Ide Ganjar Pranowo Menabung Air di Dataran Tinggi

Ide Ganjar Pranowo Menabung Air di Dataran Tinggi

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 03 Jul 2022 15:44 WIB
Nepal van Java julukan dari Dusun Butuh, yang berada di Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah memiliki lanskap yang menarik untuk dikunjungi. Deretan rumah berwarna-warni diketinggian 1.600 mdpl yang berada di kaki Gunung Sumbing itu hampir mirip dengan kontur yang ada di Pegunungan Himalaya, Nepal.
Salah satu desa di pengunungan di kawasan Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah. Foto: Kemenparekraf
Semarang -

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar menawarkan sebuah ide dari rumah dinasnya di Semarang, awal pekan ini. Dia menyebut ide itu perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan banjir, terutama yang kerap terjadi di dataran rendah.

Gagasan itu adalah meminta warga yang tinggal di dataran tinggi untuk membuat sumur resapan di rumah atau pekarangannya. Tujuannya agar air tidak langsung turun ke dataran rendah. Maka menurutnya perlu ada sebuah manajemen di mana air bisa cepat meresap ke tanah, salah satunya melalui sumur resapan.

"Untuk menangani seluruh air yang turun, jadi kalau hujan turun dan kemudian hutannya gundul dan sebagainya pasti air akan langsung turun sampai bawah," kata Ganjar di Puri Gedeh Semarang, Senin (27/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagaimana menjaga air agar tidak muspro (sia-sia), tidak mengalir begitu saja. Maka sumur resapannya dibikin di dataran tinggi. Sebenarnya sebelum dia mengalir ditahan dulu, dan itu nanti akan berdaur dan limpahannya tidak sampai ke bawah," jelasnya.

Ganjar mengaku sudah mulai melakukan aksi untuk merealisasikan gagasan itu. Dia telah meminta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jateng untuk berkoordinasi dengan kota dan kabupaten yang berada di dataran tinggi.

ADVERTISEMENT

Melalui koordinasi itu, dia berharap setiap rumah di dataran tinggi bisa diwajibkan untuk membangun sumur resapan. Tentunya aturan itu akan didahului dengan pemetaan untuk memilah daerah mana yang warganya wajib membuat sumur resapan itu.

"Yuk semua buat, maka kalau kemudian secara teknis dihitung dan mana yang masuk dataran tinggi, dan di sana katakan ada kawasan perumahan dan sebagainya, kita wajibkan saja. Agar setiap rumah membuat satu saja sumur resapan di halamannya, kalau dibuat serentak bisa membantu mengelola air dengan baik," jelas Ganjar.

Bukan Gagasan Baru

Ide untuk membuat sumur resapan demi mengatasi persoalan banjir sebenarnya bukan barang baru. Di DKI Jakarta, pembangunan sumur resapan sudah dilakukan sejak gubernur dijabat oleh Joko Widodo (Jokowi).

Dikutip dari detikNews, gagasan tersebut dituangkan dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan.

Dalam pergub itu disebutkan sumur resapan merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung dan meresapkan air ke dalam tanah yang bersumber dari air hujan maupun air bekas wudu, air condenser, ataupun air limbah lainnya yang telah diolah sesuai dengan baku mutu air yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang dapat berbentuk sumur, kolam, saluran, atau bidang resapan.

Berdasarkan aturan tersebut, Jokowi lantas membangun sejumlah sumur resapan, kebanyakan dibuat di lahan terbuka hijau. Salah satunya ialah sumur resapan di zona Taman Suropati. Semua sumur resapan minimal harus punya kedalaman 60 meter.

Selain Taman Suropati, zona sumur resapan air juga dibangun di Lapangan Banteng, Cempaka Putih, dan Kebon Sirih.

Kemudian di era Anies Baswedan, sumur resapan dibangun di bawah jalan raya. Sayangnya, ada beberapa dari proyek itu yang justru membuat jalan retak sehingga kebijakan itu panen kritik.

Berbeda dengan gagasan Jokowi dan Anies, dalam ide Ganjar, pembangunan sumur resapan itu dibebankan kepada masyarakat di dataran tinggi untuk melindungi masyarakat di dataran rendah.




(ahr/ams)


Hide Ads