Kasus COVID-19 di Indonesia pada pekan ini telah melonjak hingga 105 persen dibanding pekan sebelumnya. Sementara itu, kasus harian COVID-19 per Rabu (22/6) nyaris melampaui 2 ribu yakni berada di 1.985 kasus.
Penyebaran virus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dituding sebagai biang keladi lonjakan kasus COVID-19 di tanah air pada akhir-akhir ini.
Ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia memprediksi angka tersebut berada di bawah angka yang sebenarnya. Namun, banyak yang tidak terdeteksi lantaran tidak bergejala ataupun minimnya testing yang dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya sekarang sudah puluhan ribu yang terinfeksi, tapi kan mayoritas tidak bergejala. Kalau jumlah itu kembali ke kemampuan mitigasi dalam testing, yang jelas itu masih jadi PR kan, dan ini tentu ada dampaknya," kata Dicky seperti dikutip dari detikHealth, Kamis (23/6/2022).
Dia menyarankan agar pemerintah kembali melakukan pengetatan dan kembali meningkatkan testing, tracing dan treatment. Hal itu perlu dilakukan agar pemerintah memiliki gambaran yang lengkap tentang penyebarannya.
Dia juga mengingatkan bahwa virus subvarian BA.4 dan BA.5 merupakan varian yang paling menular dibanding varian yang sebelumnya. Hal ini menjadikan protokol kesehatan harus kembali diperketat.
Lebih lanjut dia juga memprediksi lonjakan kasus COVID-19 ini akan berlangsung selama 2 bulan.
"Dan ini setidaknya kita akan menghadapi masa rawan ya Agustus lah paling tidak, ini berbalik juga pada bagaimana kita memitigasinya," sambung Dicky.
(ahr/ahr)