Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri peresmian koperasi Tirto Mulyo Bogowonto di Wonosobo. Ia turut mengapresiasi pembentukan koperasi oleh warga terdampak proyek pembangunan Bendungan Bener di Wonosobo.
"Saya mengucapkan terima kasih, karena pola ini bisa menjadi contoh di daerah lain, sehingga ada cerita baiknya dari proses ini," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/6/2022).
Ganjar mengatakan untuk memaksimalkan koperasi tersebut pihaknya siap memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat. Sehingga kehadiran koperasi tersebut bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, ia turut berpesan agar koperasi tersebut dikelola secara profesional dan melibatkan banyak pihak.
"Kerja sama dengan BBWS harus detil. Ini bukan cerita iba, tapi dilibatkan secara profesional. Mereka mengelola kawasan greenbelt ini, siapkan design pengelolaan yang profesional, libatkan perguruan tinggi untuk jadi yang diinginkan. Apakah menjadi destinasi wisata dengan beragam produk turunannya. Kami siap bantu," kata Ganjar.
Sementara itu, Ketua Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto Komarudin mengatakan berdirinya koperasi tersebut berawal dari paguyuban yang menampung aspirasi masyarakat terdampak Bendungan Bener.
"Kami membentuk koperasi ini sebagai wadah, agar ada keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ini. Ini juga sebagai syarat dulu saat pembebasan lahan," katanya.
Ia mengatakan wilayah Desa Burat Kecamatan Kepil Wonosobo seluas 1.010 hektar akan dijadikan sebagai greenbelt atau ruang terbuka hijau. Nantinya kawasan tersebut akan ditanami oleh sejumlah tanaman buah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Jadi nanti bisa kami kelola. Kalau dikelola pihak ketiga, nanti masyarakat tidak merasakan manfaatnya. Makanya kami bentuk koperasi ini agar masyarakat bisa terlibat," jelasnya.
Terkait pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Bener, seorang warga yang terdampak Khomsatun mengatakan dirinya telah menerima uang ganti rugi untuk proyek tersebut. Tak hanya ganti rugi, dirinya bersama masyarakat yang terdampak lainnya juga bisa memanfaatkan dan mengelola lahan tersebut.
"Alhamdulillah seneng banget. Selain dapat uang ganti rugi, kami juga masih dilibatkan untuk mengelola lahan ini. Jadi kami tetap bisa mendapatkan manfaat dari lahan ini meski bukan milik kami lagi," ujar Khomsatun.
(akn/ega)