Pakar UGM: Jika Hubungan Mega-Jokowi Renggang, Ganjar Tak Mampu Jadi Perekat

Pakar UGM: Jika Hubungan Mega-Jokowi Renggang, Ganjar Tak Mampu Jadi Perekat

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Jumat, 03 Jun 2022 16:57 WIB
Jokowi dan Megawati Tinjau Persemaian Modern Rumpin
Jokowi dan Megawati Tinjau Persemaian Modern Rumpin, Marel 2020 lalu. (Foto: Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Yogyakarta -

Isu renggangnya hubungan Joko Widodo-Megawati Soekarnoputri kian santer beredar. Megawati diketahui tidak hadir di sejumlah kegiatan Jokowi.

Pengamat politik UGM Wawan Mas'udi menilai jika hubungan keduanya belum bisa dikatakan renggang. Apalagi Mega belum menarik diri dari seluruh jabatan publik.

"Ya mungkin ada satu dua aspek yang sedang tidak sepenuhnya sejalan, tetapi kan bagaimana juga posisi bu Mega kan menjadi semacam penasihat untuk beberapa unit pemerintahan yang strategis. Jadi kalau dikatakan ada kerenggangan kok tidak ya," kata Wawan saat dihubungi wartawan, Jumat (3/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Justru, Wawan menilai keduanya tengah berbagi peran. Mega mengurusi internal partai sementara Jokowi memosisikan diri sebagai presiden yang mengemban fungsi tertentu.

"Ya pertama kita tidak tahu panggung depan, panggung belakang ya. Bisa jadi panggung depannya seolah-olah sedang tidak rukun atau bersama dan itu yang dibaca publik. Sementara jangan-jangan di panggung belakangnya itu sedang berbagi peran ini beliau berdua ini," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pembagian peran itu, menurut Wawan, Mega memastikan konsolidasi di internal partai agar kelak tidak ada perselisihan dalam memutuskan proses politik. Khususnya untuk pencalonan Presiden maupun Wapres.

"Kebijakan yang dilakukan kan mungkin terus membangun komunikasi, membiarkan yang ada tetapi pada saat yang bersamaan beliau kan tetap memposisikan diri sebagai solidarity maker-nya partai kan," jelasnya.

Sementara Jokowi, memposisikan diri sebagai Presiden yang harus melakukan fungsi-fungsi tertentu. Baik itu fungsi kenegaraan maupun fungsi untuk proses kaderisasi calon kepemimpinan ke depan.

"Karena kan pasca 2024 pasti masih akan sangat banyak program yang belum selesai. Program utamanya Jokowi yang belum selesai dan itu kan harus dijamin sustainabilitasnya atau setidaknya dilanjutkan," bebernya.

Wawan meyakini kendati pertemuan di depan publik tidak dilakukan, keduanya tetap melakukan komunikasi. "Saya yakin sebenarnya ada proses komunikasi yang terus dijalin antara presiden dengan ketua partai khususnya PDIP pasti pertemuan-pertemuan rutin itu ada, komunikasi-komunikasi itu," paparnya.

Wawan melanjutkan, jika isu renggangnya Mega-Jokowi ini semakin memanas, tokoh seperti Ganjar Pranowo tak akan mampu untuk merekatkan keduanya. Sebab, posisi Ganjar di partai berlambang banteng itu juga sulit.

"Oh tidak bisa. Ganjar tidak bisa menjadi penjembatan siapapun ke PDIP ya. Susah karena posisi Ganjar. Kecuali kalau Ganjar punya posisi formal sebagai apa yang itu penting bagi kepengurusan PDIP baru bisa, tapi kalau enggak ya susah," katanya.

Ganjar, kata Wawan, hanya menjadi satu tokoh di antara banyak tokoh di PDIP. "Posisi ganjar dalam konteks PDIP tidak bisa menjadi penjembatan karena dia hanya menjadi salah satu aktor saja di situ," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dinilai merenggang. Beberapa sinyal politik dinilai cukup jelas menunjukkan merenggangnya hubungan keduanya.

"Kode hubungan Megawati dan Jokowi merenggang itu kan dari Idul Fitri, Pak Jokowi nggak ke Teuku Umar, malah ke Sultan Yogyakarta. Setelah ke Jakarta pun nggak langsung ke Teuku Umar," kata pakar politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan, Kamis (2/6).

Pernyataan Jokowi tentang 'ojo kesusu' soal capres 2024 yang diucapkan saat pembukaan Rakernas Projo juga dinilai meningkatkan suhu politik keduanya. Jokowi dinilai memberi sinyal kuat tidak mendukung pencapresan putri mahkota PDIP, Puan Maharani.

"Diperparah lagi pernyataan Pak Jokowi di Magelang, dia bilang ojo kesusu tapi dia sendiri kesusu keceplosan bahwa yang dia dukung mungkin ada di sini, which is PDIP kan lagi naikin Puan Maharani, tidak ada di situ," kata founder lembaga survei KedaiKOPI ini.

Rentetan peristiwa politik sebelumnya juga disorot oleh Hendri Satrio. Salah satunya ketidakhadiran Megawati Soekarnoputri pada acara pernikahan adik Jokowi.




(aku/mbr)


Hide Ads