Warga Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, merobohkan Masjid Al-Fatah usai mendapatkan janji pembangunan ulang dari seorang 'dermawan'. Namun pembangunan ulang masjid tersendat gegara janji 'dermawan' itu hingga saat ini belum terpenuhi.
Warga kini hanya bisa meratapi keputusannya merobohkan masjid kampung. Masjid itu kini telah rata dengan tanah dan mereka tak mampu membangunnya lagi.
Niat renovasi disambut tawaran 'dermawan'
Menurut warga, bangunan masjid tersebut didirikan pada tahun 1991 yang merupakan sumbangan dari pelaksana proyek pembangunan Waduk Kedungombo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masjid lama itu sumbangan dari proyek Waduk Kedungombo. Desa kami memang berada di pinggir waduk raksasa tersebut," ujar Kadus Kowang, Sunardi, Senin (4/4).
Warga kemudian ingin merenovasi masjid karena ada beberapa titik yang sudah rusak. Seorang warga yang mengaku sebagai orang dekat seorang dermawan kaya raya dari Jakarta, meminta agar masjid kampung itu dirobohkan saja dan akan diganti dengan bangunan baru yang sepenuhnya akan ditanggung dana pembangunannya. Disebutkan sang dermawan semula akan membangun masjid di Lampung, namun akan mengalihkan dananya untuk membangun masjid di Dusun Kowang tersebut.
"Memang awalnya masjid butuh renovasi. Ada warga punya kenalan pengusaha itu. Karena masjid sudah ada sejak 1991, katanya sekalian dibangun ulang saja, beliau sanggup mendanai," ujar ketua panitia pembangunan Masjid Al-Fatah, Agus Pudiyono, saat dijumpai detikJateng, Selasa (4/4).
Setelah mendapatkan janji, panitia terlebih dahulu membuat desain masjid secara profesional. Anggaran pembangunan masjid terhitung sekitar Rp 1,5 miliar.
Masjid terlanjur roboh, sumbangan hanya Rp 10 juta
Warga pun akhirnya merobohkan masjid sekitar 1,5 bulan yang lalu. Namun warga kaget ketika 'dermawan' itu baru mengirim uang Rp 10 juta.
"Setelah gambar jadi, diperkirakan masjid selesai dalam 5-6 bulan. Setelah dirobohkan, dana baru cair Rp 10 juta. Warga harap-harap cemas, karena sudah terlanjur dirobohkan," ujar Agus.
Warga tak lantas menghentikan progres pembangunan. Melalui donasi, pembangunan tetap dimulai menggunakan jasa kontraktor.
"Kami cari cara agar pembangunan bisa berjalan. Kami buka donasi, kami pasang kotak infak di depan masjid, sama kami buka donasi di kitabisa.com. Kami sengaja pakai kontraktor agar bisa ditalangi dulu," ungkap Agus.
Hingga hari ini, terkumpul dana sekitar Rp 300 juta. Pembangunan masjid masih dalam proses pengerjaan fondasi. Proses ini cukup lama karena harus menguruk lahan yang cukup dalam.
"Dulu kan ukurannya 9x9 meter, sekarang 12x15 meter. Yang belakangnya harus dipasang talut dulu, kemudian diuruk tanah lagi. Untuk menguruk saja mungkin butuh Rp 300 jutaan," katanya.
![]() |
Sang 'dermawan' janji tanggung jawab
Agus mengaku 'dermawan' tersebut telah menelepon dirinya. Sang 'dermawan' siap memenuhi janji yang terucap.
"Kemarin pengusaha itu telepon saya. Baru kali ini saya dihubungi langsung oleh beliau, katanya akan bertanggung jawab dengan janjinya. Kemarin memberi tambahan Rp 15 juta," kata Agus.
Agus diberi penjelasan bahwa keluarga pengusaha tersebut tiba-tiba mengalami masalah bisnis.
"Katanya bisnis tiga anaknya sedang bangkrut bersamaan. Sebenarnya dananya sudah ada, tapi digunakan untuk anaknya dulu," ungkap dia.
Ibadah terpaksa pindah ke rumah warga
Guru agama yang juga tinggal di salah satu ruang masjid, Muhammad Sholeh atau Kiai Sholeh, mengatakan kegiatan ibadah sementara dipindah di rumah warga sekitar. Kegiatan Ramadan, seperti salat tarawih hingga tadarus di malam hari pun masih terus berjalan.
"Kebetulan ada rumah warga yang kosong, dipakai warga sementara. Untuk salat lima waktu, tarawih, tadarus, TPA, semua di sana," kata Kiai Sholeh kepada detikJateng.
DMI Jateng: ini pengalaman pahit
Cerita warga merobohkan masjid di Kowang di Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, usai menerima janji dari seorang 'dermawan' menjadi pengalaman pahit. Pihak Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah berjanji akan berupaya membantu warga.
"Pengalaman ini pengalaman sangat pahit. Artinya kalau dulu masjid itu dibangun atas dasar amal jariyah jamaah, secara lahiriah amal jamaah hangus. Padahal amal jariyah diharapkan pahala berlangsung terus selama masjid digunakan. Selama masjid berdiri dan ada orang salat maka mengalirkan pahala," kata Ketua DMI Jateng terpilih, Ahmad Rofiq, saat dihubungi wartawan, Senin (4/4).
Ahmad akan berusaha berkomunikasi dengan DMI setempat untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Ia akan usul agar saling membantu dengan menyumbangkan infak amal masjid ke masjid yang sudah dirobohkan itu.
Agar peristiwa tidak terulang di tempat lain, Ahmad juga mengimbau jika ada pengurus masjid yang mendapatkan informasi akan ada bantuan namun belum jelas asal usulnya, bisa berkomunikasi dengan DMI terlebih dahulu.
"Untuk yang sudah menjanjikan membangun masjid lebih baik cepat ditepati," tegasnya.
(aku/aku)