Seragam TNI-Polri Tak Semuanya Impor Lho Pak Jokowi, Ada Buatan Sukoharjo

Seragam TNI-Polri Tak Semuanya Impor Lho Pak Jokowi, Ada Buatan Sukoharjo

Ari Purnomo - detikJateng
Selasa, 29 Mar 2022 13:20 WIB
Pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa tengah
Pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa tengah. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma)
Sukoharjo -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengatakan seragam TNI dan Polri impor. Sementara itu PT Sritex di Sukoharjo mengungkap telah memproduksi seragam TNI dan Polri sejak 1993.

"(Pembuatan seragam TNI-Polri) Sudah sejak tahun 1993," ujar Headcom PT Sritex Joy Citradewi kepada detikJateng melalui pesan singkat, Selasa (29/3/2022).

Joy menyampaikan, tak cuma untuk kebutuhan seragam TNI-Polri, PT Sritex selama ini juga melayani pesanan seragam militer 35 negara di dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejauh ini ada 35 negara yang telah memesan seragam militer ke Sritex, (Indonesia) termasuk," lanjutnya.

Jumlah seragam TNI-Polri yang diproduksi PT Sritex disebutnya cukup banyak. Namun Joy enggan membeberkan data detailnya.

ADVERTISEMENT

"Informasi itu tidak bisa kami disclose (membuka data) ya, Mas," katanya.

Ada beberapa jenis seragam TNI-Polri yang dibuat Sritex. Tetapi, untuk proses pembuatan itu semuanya melalui lelang atau tender. Sehingga, Sritex juga tidak sepenuhnya memproduksi semua jenis seragam TNI-Polri.

"Proses (pembuatan) ini selalu melewati proses tender. Jadi tidak mungkin dapat semua, pasti ada perubahan," ucapnya.

Joy menyampaikan pabrik yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo itu sudah sejak lama mengekspor kebutuhan seragam militer ke banyak negara. Jenis dan bahan seragam TNI-Polri dibandingkan negara lain berbeda salah satunya berdasarkan faktor iklim.

"Kami memiliki pengalaman (ekspor) sejak tahun 1994 untuk memproduksi seragam militer dengan jumlah besar. Tahun 1994 untuk seragam NATO," terangnya.

Selain itu, Joy mengungkap jumlah negara yang memesan seragam militer ke Sritex terus bertambah. Filipina menjadi negara yang baru saja mulai memesan seragam militer ke Sritex.

"Kalau yang dari Eropa ada Swedia, Jerman, sedangkan yang dari ASEAN ada Malaysia dan Singapura," paparnya.

Terkait proses pemesanan seragam, Joy menyampaikan, pengadaan dilakukan dengan sistem tender dengan setiap negara.

"Di mana negara tersebut dapat memilih supplier terbaik untuk seragam tersebut," ucap Joy.

Desain seragam militer yang dipesan, kata Joy, berbeda-beda sesuai dengan negara yang memesan. Hal ini dikarenakan, setiap negara mempunyai ciri khasnya masing-masing.

"Setiap negara sudah mempunyai ciri khas seragamnya sendiri (tipe camo, warna), namun ada beberapa detail yang bisa dipertajam secara teknis untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk development lebih lanjut, selain design juga mencakup technical features seperti performance fabric," urainya.

Selain ciri khas, seragam yang dipesan juga memiliki klasifikasi tertentu yang sangat mumpuni. Misalnya bisa tahan api hingga 700 derajat celcius.

"Rata-rata negara Eropa mempunyai permintaan bahan antiradiasi dan api. Ada yang anti radiasi, anti nyamuk, anti api (hingga 700 derajat celsius). Seragam anti api ini menggunakan bahan yang dipakai oleh anggota NASA, yakni Polybenzimidazole (PBI). Bahan ini mampu menahan panas hingga suhu 700 derajat celcsius," bebernya.

Terkait pasokan bahan baku yang digunakan, Joy menjelaskan, mayoritas sudah tersedia di Indonesia.

"Mayoritas dari bahan baku sudah tersedia di Indonesia. Sritex selalu mengedepankan 100 persen buatan Indonesia alias made in Indonesia," ungkap Joy.

"Pasokan bahan baku berupa polyester dan rayon pun sudah cukup mumpuni dari dalam negeri, meski pasokan katun masih harus impor. Namun hal ini bisa diminimalisir dengan inovasi baru," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengungkapkan rasa geramnya akan 'budaya' impor. Jokowi menyebut salah satu pengadaan barang yang impor adalah seragam dan sepatu TNI-Polri.

Hal itu diungkapkan Jokowi saat memberi pengarahan tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3). Dia menyayangkan kegiatan impor produk-produk yang sebenarnya bisa diproduksi produsen dalam negeri.

"Coba, CCTV beli impor. Di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini? Dipikir kita bukan negara yang maju, buat CCTV saja beli impor. Seragam dan sepatu tentara dan polisi beli dari luar. Kita ini produksi di mana-mana bisa," ungkap Jokowi.

Dia pun meminta dengan tegas pengadaan barang dengan cara demikian segera dihentikan. "Jangan diterus-teruskan," tegas Jokowi.

Terkait hal ini Polri juga telah meluruskan dan memastikan seragam yang mereka kenakan 98 persen buatan dalam negeri.

"Sebagian besar belanja barang-barang Polri menggunakan produk dalam negeri, sampai 98 persen. Polri menggunakan produk dalam negeri yang sesuai target dari Kementerian Manives. Kan 40 persen belanja barang itu harus dibelanjakan untuk produksi dalam negeri, Polri sudah melampaui itu," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Senin (28/3/2022).

Dedi menjelaskan, 2 persen dari alokasi anggaran diperuntukkan membeli sejumlah perlengkapan di luar negeri. Belanja perlengkapan produksi luar negeri terjadi karena belum ada produsen dalam negeri yang membuat perlengkapan tersebut. Seperti baju untuk tim Penjinak Bom (Jibom) Gegana.

Selain jibom, kata Dedi, masih ada Unit KBR (Kimia, Biologi, dan Radioaktif) yang memerlukan standar serupa. Sebab, baju tersebut memerlukan ketahanan radiasi yang mumpuni.




(sip/mbr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads