Aktivitas Gunung Merapi kembali meningkat usai memuntahkan awan panas 11 kali dengan jarak luncur terjauh mencapai 5 kilometer, Rabu (9/3) tengah malam hingga Kamis (10/3) dini hari. Erupsi ini memicu ratusan warga mengungsi serta guyuran hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah.
"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangannya, Kamis (10/3).
Kemudian pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," imbuhnya.
Ratusan warga sempat mengungsi
Aktivitas Gunung Merapi berupa luncuran awan panas guguran (APG), lava pijar dan guyuran abu vulkanik membuat ratusan warga terpaksa mengungsi. Mereka melakukan evakuasi mandiri sejak Rabu (9/3) tengah malam.
"Adanya peristiwa APG hingga hujan abu vulkanik itu, sebanyak 253 warga mengungsi sementara ke tempat yang aman," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kamis (10/3).
Rinciannya, adalah 60 warga di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan 193 warga di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten dan BPBD Kabupaten Sleman telah melakukan pendampingan serta memberikan bantuan logistik kepada para pengungsi tersebut.
"BPBD Kabupaten Klaten, BPBD Kabupaten Magelang dan BPBD Kabupaten Sleman telah berkoordinasi dengan BPPTKG dan lintas instansi terkait guna melakukan kaji cepat, monitoring lanjutan serta mengevakuasi warga yang tinggal di sekitar lereng Gunungapi Merapi," kata Abdul Muhari.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Makwan mengatakan 193 warga Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan sempat mengungsi. Namun Kamis pagi, warga sudah mulai kembali ke rumah karena aktivitas Merapi telah melandai.
"Tadi malam pengungsi ada 193, pagi ini mereka sudah kembali semua ke Kalitengah Lor,"kata Makwan, Kamis (10/3).
Picu hujan abu di sejumlah wilayah
Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas, Rabu (9/3) tengah malam hingga Kamis (10/3) dini hari. Gunung api itu memuntahkan awan panas guguran maupun lava pijar beberapa kali.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebut, berdasarkan hasil koordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran juga memicu hujan abu di sejumlah wilayah.
Dia merinci, guyuran hujan abu vulkanik di Magelang terjadi di Kecamatan Sawangan yang meliputi Pos Pengamatan Gunungapi Babadan, Desa Tlogolele, Desa Ketep, Desa Jati, Desa Soronalan dan Desa Gantang.
Selain itu hujan abu juga terjadi di Desa Paten, Desa Sengi dan Desa Krinjing, semuanya berada di Kecamatan Dukun, Magelang. Sedangkan di Kabupaten Klaten hujan abu vulkanik hanya mengguyur satu desa, yakni Balerante yang berada di Kecamatan Kemalang.
Luncuran awan panas terjauh sejak status siaga
Gunung Merapi memuntahkan awan panas sejauh 5 kilometer ke arah Kali Gendol. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut luncuran itu merupakan yang terjauh selama status Siaga Merapi sejak November 2021.
"Betul, jadi awan panas guguran semalam sejauh 5 kilometer yang terjauh," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam siaran informasi aktivitas Gunung Merapi secara daring, Kamis (10/3).
Dijelaskan Hanik, dominasi guguran lava maupun awan panas guguran masih ke arah barat daya. Namun, dalam catatan BPPTKG, awan panas guguran juga kerap terjadi di sektor tenggara atau mengarah ke Kali Gendol.
"Untuk jarak luncur yang ke tenggara terjadi pada 25 Juni 2021 sejauh 3 kilometer dan juga untuk ke barat daya juga maksimum 3 kilometer. Untuk saat ini jarak terjauh adalah tadi malam 5 kilometer," tegasnya.
Petani terancam gagal panen
Lahan pertanian milik warga di lereng Merapi, wilayah Kabupaten Magelang, terdampak hujan abu. Kondisi ini mengancam panenan petani karena banyak tanamannya ambruk terkena abu vulkanik.
Nur Yamni, warga Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecamatan Dukun, mengatakan tanaman cabai miliknya ditanam di lahan sekitar patang kesuk atau sekitar 10.000 meter persegi. Cabai tersebut sudah mulai berbuah dan diperkirakan sebulan lagi panen. Namun karena terkena hujan abu, tanaman cabai banyak yang ambruk tidak kuat menahan tebalnya abu.
"Tanaman itu pada ambruk. Buahnya banyak, terus terkena abu, tanaman nggak kuat," katanya.
Warga cuci tanaman jagung untuk pakan ternak
Hujan abu dampak erupsi Gunung Merapi melanda 10 desa di Kecamatan Dukun dan Sawangan, Kabupaten Magelang. Hujan abu berdampak kepada warga yang terpaksa mencuci rumput untuk pakan ternak akibat terkena abu vulkanik.
"Rumput ini (terkena abu) jika langsung dikasih hewan sapi bisa berbahaya. Karena makannya kurang lahap jadi mau nggak mau harus dicuci," kata salah satu peternak sapi warga Jombong, Desa Paten, Suparjo (35) kepada wartawan, hari ini.
Tempat wisata ditutup
Objek wisata di lereng Gunung Merapi yakni Bunker Kaliadem dan Bukit Klangon, Sleman ditutup dampak erupsi Gunung Merapi semalam. Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Makwan, menjelaskan keputusan ini diambil karena jarak luncur awan panas Gunung Merapi mencapai 5 kilometer ke arah Kali Gendol.
Dengan penutupan ini maka akses ke Bunker Kaliadem juga ditutup. Sehingga jip wisata diimbau untuk tidak memasuki kawasan itu.
(aku/aku)