Ingatkah Anda dengan perubahan tampilan Tugu Sa di Gunung Tidar, Kota Magelang, yang sempat jadi perbincangan akhir tahun lalu? Kini bentuk Tugu Sa telah dikembalikan seperti sedia kala.
Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, Yhan Noercahyo Wibowo, mengatakan keputusan untuk mengembalikan bentuk Tugu Sa seperti semula, didapatkan melalui focus group discussion (FGD) yang digelar di aula DLH beberapa waktu lalu. Pertemuan itu dihadiri anggota DPRD Kota Magelang, tokoh masyarakat, budayawan, sejarawan dan lainnya.
"Pascaagenda FGD terkait Tugu Sa, menyepakati bahwa Tugu Sa yang dulu sempat berubah bentuk dikembalikan dalam bentuk semula. Alhamdulillah hari ini sudah selesai. Pelaksanaan itu dimulai tanggal 10 Januari selesai tanggal 20 Januari," kata Yhan kepada wartawan di sela-sela aksi penanaman oleh Polres Magelang Kota di Gunung Tidar, Selasa (22/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pengembalian Tugu Sa menuju bentuk semula, kata dia, telah mulai dilaksanakan sejak tanggal 10 sampai 20 Januari 2022. Dalam proses pengembalian Tugu Sa ke bentuk semula tidak ada secuil pun yang rusak.
"Alhamdulillah untuk bangunan tidak satu pun bangunan yang rusak. Jadi alhamdulillah dalam proses pengembalian Tugu Sa itu tidak ada satu pun bentuk bangunan yang lama dalam keadaan yang rusak," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, penampilan Tugu Sa sempat diubah, Kamis (9/12/2022). Tugu Sa yang sebelumnya bercat putih itu tampak berlapis marmer.
Berdasarkan pantauan detikJateng, jika sebelumnya Tugu Sa dikelilingi dengan pagar warna hijau, kini tugu yang dianggap sebagai Paku Tanah Jawa itu berwarna cokelat gelap. Aksara Jawa 'sa' di bagian atasnya masih ada. Kemudian pagar yang melingkari tugu dicat warna putih.
Salah seorang budayawan Kota Magelang, Mbilung Sarawita, sempat mempertanyakan perubahan tugu yang mengandung makna sapa, salah, seleh itu. Sebab tugu itu berdiri di lokasi yang memiliki nilai spiritual bagi warga.
"Kalau pendapat saya perubahan wujud Tugu Sapa Salah Seleh itu harus dicari siapa yang mengganti, filosofinya apa, dasar sejarahnya apa," katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Kota Magelang, Jumat (10/12/2021).
"Proses dia membangun itu apakah sudah sepengetahuan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sekarang ini, kita sudah tidak bisa lagi lepas dari pemerintah untuk wilayah-wilayah atau tempat-tempat yang menjadi tempat wisata religius itu harus sepengetahuan minimum dinas yang terkait dengan situs-situs wisata ziarah. Kalau di Magelang, ya Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan," ujarnya.
Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi menambahkan pembangunan di Kebun Raya Gunung Tidar harus memperhatikan nilai-nilai budaya yang ada.
"Sebetulnya sampai sekarang ini, saya selaku pribadi maupun sebagai Ketua DKKM belum mengerti dan belum mengetahui kewenangan siapa terkait keberadaan Tugu Sa Sa Sa di puncak Gunung Tidar," ujar Nafi.
Sempat ditutup terpal
Akibat polemik itu, Tugu Sa sempat dibalut dengan terpal. Saat dimintai konfirmasi terkait penutupan Tugu Sa dengan terpal, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang Otros Trianto bicara soal cooling down.
"Sementara ditutup (pakai terpal). Nanti mau ada FGD, untuk mencari literasi yang jelas," kata Otros.
FGD itu nantinya akan melibatkan semua pihak terkait. Di antaranya budayawan dan sejarawan. Dia berharap dari FGD itu nantinya muncul kesepakatan terbaik tentang keberadaan Tugu Sa.
"Sementara ditutup dulu (Tugu Sa), agar tidak ada sesuatu yang ini. Cooling down dulu, nanti mau bagaimana setelah keputusan FGD dengan melibatkan semua pihak, semua unsur yang terkait budayawan, pelaku sejarah. Nanti titik temunya bagaimana supaya kita punya narasi dan literasi yang jelas," terang dia.
(aku/rih)