Semua orang tahu RA Kartini, pahlawan nasional yang namanya diabadikan WR Supratman dalam lagu. Namun, berapa banyak yang kenal Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono, kakak RA Kartini yang disebut sebagai salah satu guru presiden pertama RI Bung Karno?
Sosrokartono merupakan anak ke-4 dari 11 bersaudara, dari pasangan RM Adipati Ario Sosroningrat (Bupati Jepara tahun 1888-an) dan Ngasirah. Pria kelahiran 10 April 1877 di Mayong, Jepara, ini dikenal jenius dan menguasai 36 bahasa asing.
Berbagai catatan dan peninggalan sejarah tentang sosok Sosrokartono tersimpan di Museum Kartini di Jepara. Di sana ada ruangan khusus yang menyimpan benda-benda koleksi Sosrokartono. Semuanya asli, mulai dari foto, lukisan, ruang pengobatan, dan ruang mediasi. Ruangan itu dinamakan Dar Oes-Salam.
Pemandu di Museum Kartini, Andyan Cahya Negara, mengatakan Dar Oes-Salam adalah nama yang dipilih Sosrokartono untuk ruangan kecil di rumahnya di Bandung.
"Sepulang dari Eropa sebagai wartawan Perang Dunia I, beliau memilih tinggal di Jalan Gajah Mungkur, Bandung. Beliau di sana membuat ruangan kecil yang dinamakan Dar Oes-Salam, untuk perpustakaan, sekolah, dan praktek pengobatan," kata Nega, panggilan akrabnya, kepada detikJateng, Kamis (30/12/2021).
Nega yang sudah belasan tahun menjadi pemandu di Museum Kartini itu berujar, terlepas dari kemampuannya menguasai 36 bahasa, Sosrokartono juga dikenang sebagai salah satu guru Presiden pertama RI Soekarno.
"Sosrokartono punya kontribusi kepada Soekarno. Bung Karno mudanya di Indonesia, Kartono (dari) masa muda sampai puluhan tahun di Eropa. Ketika Soekarno menjadi presiden, banyak hal dipelajari, (termasuk) Eropa dan seluk-beluknya. Di situ ada sosok Kartono," ujar Nega.
Bung Karno pun diketahui sering berkunjung ke kediaman Sosrokartono di Bandung. "Setelah Kartono pulang ke Indonesia, beliau menjadi orang sepuh. Sering Bung Karno masuk, ini beberapa sejarawan mengiyakan," kata Nega.
Menurut Nega, ada yang melihat Sosrokartono dari kelebihan sisi spritualnya. "(Dari sisi) Spiritual karena keislaman Kartono, orang Timur Tengah menyebut dia Sufi. Orang Jawa dulu mengatakan ndoro mbah Sosro sampun pinarak lenggah wonten tasawuf, artinya keislaman Mbah Sosro memang (sudah pada tingkat) tasawuf," ungkap Nega.
Selain menimba ilmu religi, Nega menambahkan, Sukarno juga banyak belajar tentang politik Eropa dari Sosrokartono. Hal itu mengingat tingginya jam terbang Sosrokartono sebagai mantan wartawan Perang Dunia I.
"Beliau (Sosrokartono) salah satu orang memiliki wawasan negara seperti Perancis dan Jerman. Bung Karno menginginkan informasi itu sehingga ikatan terjalin. Di sini kita menyebutnya Bung Karno murid Sosrokartono," jelas Nega.
Meski dekat dengan Sukarno, Sosrokartono selalu menolak jabatan yang ditawarkan padanya, seperti jabatan duta besar, jabatan skala nasional, dan jabatan Bupati Jepara.
"Beliau memiliki prinsip seperti itu. Pemimpin sebelumnya, menurut dia, ada yang tidak layak dilakukan seperti berpoligami, memenjarakan orang, itu (dalam) ranah hukum benar. Tapi (dalam) naluri manusia salah, itu menjadikan sosok Kartono yang antikekerasan," terang Nega.
Nega menambahkan, sikap antikekerasan Sosrokartono pun ditunjukan ketika dia tidak menikah sampai akhir hayatnya. Sosrokartono dimakamkan dalam satu kompleks dengan makam Keluarga Sedo Mukti trah Tjondronegara di Kudus.
"Alasan pertamanya, menikah akan menyakiti hatinya, intinya dia meminimalkan menyakiti hati seorang perempuan. Alasan kedua, hidupnya bukan untuk wanita, bukan untuk birokrasi, bukan untuk gelar bangsawan, melainkan hidup untuk Sang Khalik," pungkas Nega.
(dil/sip)