Deretan pagar bambu berdiri rapi, kain sarung hitam putih membalut pohon di pinggir jalan, sementara lampu hias dari anyaman bambu menggantung berjejer di atas jalan desa. Suasana itu kini menyambut setiap orang yang melintas di Jalan Raya Ciaul Pasir, Desa Sukajaya, Kecamatan Sukabumi.
Dari jalan biasa yang dulu sepi, kawasan ini menjelma jadi destinasi wisata budaya yang ramai dikunjungi.
Sekitar 200 meter jalan di depan Kantor Desa Sukajaya disulap penuh nuansa etnik. Warga yang melintas tak lagi sekadar lewat, tapi banyak yang berhenti untuk berfoto atau sekadar menikmati suasana kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya sederhana, hanya untuk memperindah desa. Tapi ketika dikerjakan, banyak masukan, akhirnya kita adopsi konsep Lembur Pakuan Pak Gubernur Jabar yang sempat viral. Kebetulan desa ini kaya bambu, jadi kita manfaatkan potensinya," kata Kepala Desa Sukajaya, Deden Gunaefi, Selasa (30/9/2025).
Sukajaya merupakan desa pemekaran yang awalnya minim fasilitas publik. Kreativitas warga mengubah keterbatasan itu menjadi peluang. Desa ini memang dikenal sebagai penghasil bambu terbaik di Sukabumi, yang biasanya dipakai perajin untuk membuat besek mochi.
"Kita sosialisasikan ke masyarakat supaya bambu ini tidak hanya untuk kerajinan, tapi juga mempercantik desa. Kalau bisa bukan hanya 200 meter, tapi 500 meter bahkan 1 kilometer," ujar Deden.
![]() |
Proses pembangunan dilakukan secara gotong royong. Perangkat desa, karang taruna, hingga sembilan ketua RW ikut turun tangan. Ada yang memotong bambu, memasang pagar, hingga menata jalan. "Semua warga terlibat, sesuai motto desa kita Tikukur, Ti Urang, Ku Urang, Keur Urang," tambahnya.
Wajah baru Desa Sukajaya pun cepat viral di media sosial. Banyak pengunjung berdatangan, dari warga sekitar hingga konten kreator luar daerah. Bahkan ada yang sengaja menginap untuk membuat konten.
"Waktu kita coba bikin stand UMKM, hasilnya luar biasa. Warga jual gorengan, cilok, kopi, sampai hasil kebun. Ekonomi jadi berputar. Ini bukti kecil kalau desa bisa berkembang dari kreativitas warganya," jelasnya.
Menariknya, seluruh pembangunan ini tidak mengandalkan dana besar. Dari 2.000 batang bambu yang terpasang, semuanya berasal dari swadaya masyarakat dan dukungan pengusaha lokal. Ada yang menyumbang bambu, lampu, hingga pasir.
"Kalau dihitung nilainya bisa puluhan juta. Tapi ini semua lahir dari semangat gotong royong," ucapnya.
Meski baru 75 persen rampung, Desa Sukajaya sudah diproyeksikan jadi destinasi wisata budaya berbasis masyarakat. Ke depan, desa ini berencana menghadirkan kafe tradisional, kebun anggur, hingga konsep makan liwetan tempo dulu dengan kayu bakar.
![]() |
Bahkan, komunitas sineas Sukabumi berencana menjadikan Desa Sukajaya sebagai kampung film. Lokasi ini sebelumnya pernah dipakai syuting sinetron legendaris Keluarga Cemara.
Sejumlah warga yang berkunjung mengaku kagum dengan perubahan wajah Desa Sukajaya. Mereka nampak menikmati suasana baru di desa tersebut sambil berswafoto.
"Sekalian jalan-jalan, bagus, tertib juga. Kebetulan habis senam di Lapang Merdeka, saya mampir bareng teman. Dari medsos lihat foto, terus penasaran datang. Nuansanya alami sekali kata Heni Nurbaeti (61), warga Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.
(dir/dir)