Dari Kumuh Jadi Ikonik: Cipeujeuh Kulon Bangkit Lewat Sentuhan Bambu

Dari Kumuh Jadi Ikonik: Cipeujeuh Kulon Bangkit Lewat Sentuhan Bambu

Devteo Mahardika - detikJabar
Selasa, 29 Jul 2025 06:00 WIB
Suasana Gapura di Desa Cipejeuh Kulon
Suasana Gapura di Desa Cipejeuh Kulon (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Di tengah geliat pembangunan yang kerap bergantung pada anggaran besar, sebuah desa kecil di Kabupaten Cirebon justru membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal sederhana dengan niat tulus, semangat gotong royong, dan sebatang bambu.

Desa Cipeujeuh Kulon, Kecamatan Lemahabang, kini mencuri perhatian. Sebuah kawasan yang dulunya tampak biasa, bahkan cenderung kumuh di perbatasan desanya, kini menjelma menjadi kampung yang bersih, indah, dan penuh sentuhan seni lokal.

Transformasi itu diberi nama Kampung Bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gapura megah berbahan bambu berdiri gagah di atas jembatan Sungai Ciputih, menyambut siapa pun yang melintas. Tak hanya itu, pagar bambu setinggi lima meter kini membentang sejauh 30 meter, menghadirkan kesan alami sekaligus menghadang kebiasaan buruk yang sudah lama menghantui desa ini yang membuang sampah sembarangan ke sungai.

"Selama ini Desa Cipeujeuh Kulon tidak punya ikon. Alhamdulillah, dengan adanya gapura bambu ini, kami bukan hanya mempercantik desa, tapi juga mencegah masyarakat membuang sampah ke sungai," ujar Kepala Desa, Lili Mashuri, Senin (28/7/2025).

ADVERTISEMENT

Bambu dan Kearifan Lokal

Pilihan menggunakan bambu bukan tanpa makna. Selain mudah diperoleh, bambu merepresentasikan kekuatan, kelenturan, dan identitas lokal. Sebuah simbol dari kehidupan pedesaan yang bersahaja namun penuh makna. Ia menyebut proyek ini sebagai bentuk konkret agar setiap desa mengangkat potensi lokal masing-masing.

"Bambu ini bukan sekadar hiasan. Ia adalah pesan bahwa kita bisa berbenah tanpa harus meninggalkan akar budaya kita," ungkapnya.

Lebih mengesankan lagi, seluruh pembangunan tahap awal ini mulai dari desain, material, hingga pengerjaannya tidak bersumber dari Dana Desa ataupun APBD Kabupaten. Semuanya murni dari kantong pribadinya.

"Pembangunan ini baru 50 persen, insyaallah kalau sudah selesai 100 persen akan lebih cantik lagi. Dan saya tegaskan, ini tidak menggunakan anggaran desa, semuanya saya biayai sendiri," kata Jiwu dengan nada tegas namun rendah hati.

Apa yang dimulai dari sepasang gapura, kini berkembang menjadi gerakan kolektif. Pemerintah desa memperluas pembangunan pagar bambu hingga ke sepanjang jalan poros desa, bahkan menawarkannya kepada rumah-rumah warga yang bersedia mempercantik lingkungan mereka dengan pagar bambu.

Pintu masuk Kantor Balai Desa juga tak luput dari sentuhan bambu, memperkuat kesan tematik Kampung Bambu yang ingin mereka bangun. Dalam waktu dekat, ia berharap seluruh ruas jalan utama desa tertata rapi dan seragam dengan pagar bambu, menjadikan desa ini sebagai destinasi inspiratif di Kabupaten Cirebon.

"Semoga cita-cita kami menjadikan desa ini sebagai Kampung Bambu segera terwujud. Ini bukan sekadar soal estetika, tapi juga tentang kesadaran lingkungan dan kebanggaan terhadap identitas lokal," tutupnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads