Tahun 1970an jalur kereta api (KA) Banjar-Pangandaran masih aktif. Keberadaan jalur itu menyimpan kenangan tersendiri bagi penumpangnya.
Saat itu, aktivitas wisatawan yang menggunakan jasa kereta api dari Banjar ke Pangandaran masih sibuk. Namun kini semua itu tinggal kenangan.
Beberapa jalur rel peninggalan KA Banjar-Pangandaran mulai hilang dan sebagian ditarik aset. Bahkan, eks bangunan Stasiun Kereta Api (KA) Pangandaran kini terbengkalai bak rumah hantu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan stasiun KA Pangandaran yang terletak di Dusun Bojongjati, Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran itu kini hampir roboh. Kondisi bangunan KA Pangandaran masih terlihat kokoh, tetapi bagian atapnya merosot termakan usia. Bangunannya mulai retak-retak.
Halaman depan Stasiun KA Pangandaran terdapat gerobak salah satu pedagang warga setempat. Penampakan stasiun sudah mirip tempat rongsokan.
Pada bagian stasiun yang terbuka dimanfaatkan warga untuk garasi mobil. Kemudian bagian depannya terdapat rumput ilalang dan tumpukan sampah.
Tokoh Masyarakat Pangandaran Anton Sugandi (69) menyebutkan pada masanya stasiun KA Pangandaran sibuk dengan aktivitas wisatawan yang main ke Pantai Pangandaran. Bahkan, tidak hanya wisatawan geliat bisnis melalui jalur tersebut terbilang ramai.
"Dulu tahun 1980-an saya masih jadi pemandu wisata, biasanya jemput wisatawan di stasiun Pangandaran. Mereka dijemput andong, karena beca belum terlalu populer," kata Anton, Rabu (12/3/2025).
Menurutnya, setiap weekend sudah pasti ada saja wisatawan asing yang masuk ke sana. Bahkan, menjadi salah satu transportasi favorit bagi WNA.
"Karena momen yang mereka ingin lihat itu saat melewati jembatan Cikacepit dan terowongan terpanjang Wihelmina. Kedua titik itu menjadi spot yang wisatawan nantikan," ucap Anton.
![]() |
Ia mengetahui hal dan momen tersebut dari cuitan para turis asing saat tiba di Pangandaran. "Pasti mereka bercerita soal melewati jembatan Cikacepit yang panjang dengan spot langsung pantai," katanya.
Selain itu, jalur KA Pangandaran-Banjar dianggap menjadi transportasi pengiriman barang hasil bumi dari Pangandaran ke berbagai daerah. Sehingga seiring berjalannya waktu menjadi komersil.
"Kalau dulu emang diceritakan jalur KA ini sebagai alat transportasi pengangkutan barang," ucapnya.
![]() |
Sebagai warga asli Pangandaran, kata Anton, tentunya sangat merindukan pengaktifan kembali KA Pangandaran. Selain suasananya, ia pun mengingat masa-masa indah pulang pergi Banjar untuk sekedar membawa sang penyejuk hati.
"Banyak kenangannya stasiun Pangandaran. Baheula mah (dulu) loba nu ngahaja bobogohan kakaretaan tepi ka Banjar terus balik deui (banyak yang sengaja pacaran naik kereta sampai ke Banjar lalu pulang lagi)," ujarnya sambil senyum.
Ia meyakini jika ada KA Pangandaran kembali aktif wisata di daerah ini bakalan kena efeknya. "Kalau aktif lagi pasti ramai wisatawan Pangandaran," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budaya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Pangandaran Sugeng mengatakan jika bangunan stasiun KA Pangandaran sudah masuk daftar cagar budaya. "Di catatan kami itu ada dua stasiun Cijulang dan stasiun Pangandaran yang masuk cagar budaya. Sisanya itu rel, jembatan, dan bangunan kecil," ucapnya.
(yum/yum)