Dampak Besar Turis China untuk Pariwisata Jepang

Kabar Internasional

Dampak Besar Turis China untuk Pariwisata Jepang

Tim detikTravel - detikJabar
Selasa, 12 Nov 2024 23:30 WIB
People take pictures with the cherry blossoms in full bloom at the Chidorigafuchi palace moat in Tokyo Wednesday, April 10, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)
Ilustrasi wisata Jepang (Foto: AP/Shuji Kajiyama)
Jakarta -

Daya tarik wisata Jepang masih menjadi magnet para turis meski suhu di sana mulai menurun. Pelancong asal China memberikan kontribusi besar. Berdasarkan data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, jumlah wisatawan internasional mencapai 2,93 juta pada Agustus dan 2,87 juta pada September. Angka ini bahkan melampaui jumlah kunjungan pada bulan yang sama di tahun 2019, yaitu 2,52 juta dan 2,27 juta.

Dilansir detikTravel yang melansir CNBC, biasanya, bulan Agustus dan September cenderung sepi pengunjung di Jepang. Namun, tahun ini berbeda karena jumlah wisatawan, khususnya dari China, terus mengalir deras meskipun cuaca mulai mendingin.

Kunjungan wisatawan asal China selama bulan September 2024 meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 325.645 menjadi 652.300 kunjungan. Sepanjang Januari hingga September, tercatat lebih dari 5,2 juta wisatawan dari China berkunjung ke Jepang, meningkat 228% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati begitu, jumlah tersebut masih jauh dari angka 9,6 juta wisatawan yang tercatat pada tahun 2019, menunjukkan adanya ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut.

Meski dua pertiga pengunjung berasal dari Asia Timur seperti Korea Selatan, China, Taiwan, dan Hong Kong, pertumbuhan terbesar pada paruh pertama tahun ini justru datang dari wisatawan asal Amerika Utara dan kawasan Asia-Pasifik lainnya.

ADVERTISEMENT

Laporan dari Mastercard Economics Institute yang dirilis pada September, menyebutkan bahwa jumlah wisatawan asal Amerika Serikat meningkat 153% pada paruh pertama tahun 2024, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Begitu pula dengan pengunjung dari Kanada (148%), Australia (141%), Singapura (140%), Selandia Baru (138%), serta India dan negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia.

Wisatawan dari Amerika Utara dan Eropa yang melakukan perjalanan jarak jauh, cenderung tinggal lebih lama di Jepang dengan sekitar 40% di antaranya menginap antara dua hingga tiga minggu. Sebaliknya, 75% pengunjung asal Korea Selatan yang merupakan pasar utama pariwisata Jepang, hanya tinggal kurang dari seminggu.

itu mempengaruhi pengeluaran wisatawan, di mana wisatawan dari Amerika Utara dan Eropa menghabiskan lebih banyak uang untuk akomodasi dan makanan, sementara wisatawan Asia lebih banyak berbelanja. Laporan Mastercard juga mencatat bahwa dengan melemahnya yen, banyak wisatawan yang menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja, terutama di kalangan wisatawan dari Singapura, Amerika, dan Eropa.

Jepang diperkirakan akan menyambut sekitar 35 juta wisatawan pada akhir 2024, meningkat 10% dibandingkan dengan tingkat kedatangan pada tahun 2019. Namun, pihak berwenang berharap untuk menerima lebih banyak lagi dengan target mencapai 60 juta pengunjung pada tahun 2030.

Walaupun Jepang tentang menghadapi tantangan terkait pariwisata berlebihan yang menyebabkan tempat-tempat wisata seperti kuil-kuil, taman zen, dan berbagai lokasi lainnya semakin penuh sesak, bahkan ada kekurangan beras di beberapa daerah.

Menurut laporan Mastercard, kepadatan wisatawan paling terasa di empat kota utama yakni Kyoto, Tokyo, Osaka, dan Okinawa. "Pada bulan April 2024, Kyoto memiliki proporsi tamu asing tertinggi yaitu 68%, sementara Tokyo hanya 36%. Di luar kota-kota besar ini, rasio tamu asing umumnya turun di bawah 10%, angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan 2019, ketika Kyoto dan Tokyo memiliki rasio tamu asing rata-rata masing-masing 38% dan 17%," jelas laporan tersebut.

Jepang juga banyak masuk dalam daftar destinasi wisata yang diprediksi akan tren pada tahun 2025, termasuk dalam 'Unpack '25: The Trends in Travel' versi Expedia dan 'Best in Travel' versi Lonely Planet. Selain itu, Tokyo dan Osaka masuk dalam daftar 10 kota global yang paling tren untuk destinasi musim dingin versi Airbnb.

Laporan yang dirilis pada 16 Oktober menunjukkan bahwa Jepang masih menjadi tujuan favorit bagi wisatawan. Laporan Tren dari Hilton untuk tahun 2025 juga mengungkapkan minat besar terhadap Jepang dengan tiga hotel mewah teratas yang paling banyak ditukarkan poin oleh anggota Hilton Honors berada di Jepang, yaitu Conrad Tokyo, Conrad Osaka, dan Roku Kyoto.

Artikel ini telah tayang di detikTravel. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads