Selama lebih dari satu setengah abad, ular kobra raja atau king cobra hanya dianggap sebagai satu spesies tunggal, Ophiophagus hannah. Namun, perbedaan fisik dan warna tubuh ular ini di berbagai wilayah menjadi teka-teki bagi para ilmuwan, apakah ular ini benar-benar satu spesies atau justru terdiri dari beberapa spesies yang berbeda?
Dilansir detikInet, pada tahun 2021, pertanyaan ini akhirnya terjawab melalui penelitian yang mengungkap adanya empat spesies berbeda dari ular berbisa terpanjang di dunia ini. Penelitian ini memeriksa perbedaan genetik di antara populasi kobra raja, serta menganalisis lebih dari 150 spesimen museum. Hasil studi ini dipublikasikan di European Journal of Taxonomy.
Empat spesies yang berhasil diidentifikasi adalah kobra raja utara (O. hannah) yang tersebar di wilayah sub-Himalaya, kobra raja Sunda (O. bungarus) yang hidup di Semenanjung Malaya dan kepulauan Sunda Besar, kobra raja Ghats Barat (O. kaalinga) di semenanjung India, dan kobra raja Luzon (O. salvatana) yang hidup di pulau Luzon, Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merasa seperti menciptakan sejarah," kata penulis studi Gowri Shankar Pogiri, direktur Kalinga Centre for Rainforest Ecology yang dikutip dari Live Science.
King kobra hidup di lingkungan lembap, termasuk hutan terbuka dan rawa bakau lebat, dari India utara hingga China selatan dan di seluruh Asia Tenggara. Penampilan mereka bervariasi dalam warna tubuh, pola, dan ukuran.
Dalam studi tahun 2021, analisis DNA mengidentifikasi empat garis keturunan genetik berbeda. Studi baru mengamati perbedaan fisik 153 spesimen museum. Analisis tubuh, termasuk pola warna, lebar tubuh, dan gigi membuat peneliti mengidentifikasi empat spesies yang sesuai dengan garis keturunan genetik yang ditemukan di studi 2021.
Ular kobra raja utara (O. hannah) tersebar luas di seluruh sub-Himalaya, India timur, Myanmar, dan Indochina, dan meluas hingga semenanjung Thailand. Ular kobra dewasa dihiasi pita kuning bertepi gelap dan memiliki antara 18 dan 21 gigi.
Ular kobra raja Sunda (O. bungarus) hidup di Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di Sunda Besar, termasuk Sumatra, Kalimantan, dan Jawa di Indonesia, serta di Mindoro di Filipina. Individu besar spesies ini biasanya tidak memiliki pita atau memiliki pita sempit dan pucat dengan tepi gelap di sepanjang tubuh.
Ular kobra raja Ghats Barat (O. kaalinga) terbatas di Ghats Barat di Semenanjung India. Spesies ini berbeda dari O. bungarus karena tidak memiliki tepi gelap di sekitar pita pucat di tubuhnya.
Seperti O. kaalinga, ular kobra raja Luzon (O. salvatana) mendiami Luzon, pulau di Filipina. Ular ini memiliki pita tubuh pucat yang sangat bersudut dibandingkan pita pada tiga spesies lain.
King cobra termasuk ular paling berbisa dan melepas racun dosis besar dalam satu gigitan, dapat membunuh manusia dalam 15 menit. Studi baru bisa menjadi langkah pertama mengembangkan antibisa lebih baik. Pogiri yakin mungkin ada lebih banyak spesies ular kobra raja yang belum ditemukan di area yang tidak menjadi bagian dari penelitian ini.
Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.
(iqk/iqk)