Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat melaporkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah wisatawan pada bulan Juli hingga Agustus 2024.
Data menunjukkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel gabungan berbintang dan non-berbintang mencapai 41,44%, dengan penurunan sebesar 3,52 poin secara bulanan (month-to-month) dan 0,28 poin secara tahunan (year-on-year).
Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, menyatakan minimnya hari libur pada bulan Agustus menjadi salah satu faktor utama penyebab penurunan ini. "Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pola musiman masih terlihat, namun kondisi pada tahun 2023 menunjukkan adanya perbaikan secara bertahap," ujarnya seperti dikutip dari rilis berita statistik BPS Jabar, Selasa (1/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TPK hotel berbintang tercatat mengalami penurunan lebih besar dibandingkan hotel non-berbintang. Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu sedikit meningkat dari 1,34 hari menjadi 1,38 hari, namun kenaikan ini belum dianggap signifikan.
Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Barat juga mengalami penurunan, terutama yang terpantau melalui Bandara Internasional Kertajati. Wisatawan asing yang tercatat turun sebesar 5,93%, dari 1.365 kunjungan pada Juli menjadi 1.284 kunjungan di Agustus 2024.
"Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, kunjungan wisatawan mancanegara pada Agustus 2024 jauh lebih rendah dari 13.894 kunjungan pada Agustus 2019. Pengaruh pandemi dan perubahan operasional bandara dari Husein Sastranegara ke Kertajati sangat signifikan dalam hal ini," jelas Darwis.
Wisatawan mancanegara terbesar masih berasal dari Malaysia, mencapai 88,71% dari total kunjungan. Sisanya berasal dari Thailand, Tiongkok, Arab Saudi, dan beberapa negara lain yang masing-masing berkontribusi kurang dari 1%.
Transportasi udara domestik juga mengalami penurunan drastis di Jawa Barat. Pada Agustus 2024, jumlah penumpang domestik tercatat 9,67 ribu orang, turun sebesar 14,64% secara bulanan dan 72,23% secara tahunan. Penurunan ini mencapai 59,84% jika dibandingkan dengan angka sebelum pandemi.
Darwis menambahkan bahwa beragam moda transportasi yang kini tersedia turut memengaruhi penurunan angka tersebut. "Ada banyak pengaruh, termasuk penggunaan moda transportasi yang lebih beragam. Wisatawan kini bisa memilih bandara lain, atau bahkan menggunakan transportasi cepat seperti kereta whoosh, serta moda transportasi lainnya," ungkapnya.
Di sisi lain, sektor transportasi laut di Jawa Barat menunjukkan peningkatan. Dari tujuh pelabuhan utama, seperti Pelabuhan Cirebon dan Patimban, tercatat peningkatan muatan barang dan peti kemas sebesar 46,91% month-to-month dan 46,33% year-on-year.
Sementara itu, jumlah penumpang kereta api di Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung dan Daop 3 Cirebon juga mengalami peningkatan. Pada Agustus 2024, tercatat sebanyak 1,78 juta penumpang, menunjukkan minat masyarakat yang cukup besar untuk menggunakan moda transportasi darat.
Menjelang periode liburan Natal dan Tahun Baru (nataru), diperkirakan kunjungan wisata akan meningkat. Selain itu, dengan adanya aktivitas pemerintah dan swasta, seperti pertemuan dan acara pariwisata, diprediksi TPK juga akan mengalami peningkatan.
"Biasanya, inflasi jelang hari raya lebaran mempengaruhi permintaan transportasi angkutan udara, sehingga harga eceran tertinggi (HET) juga tinggi. Hal ini akan berdampak pada transportasi dan komoditas kebutuhan bahan makanan yang akan berpola," kata Darwis.
"Kunjungan wisatawan dan tingkat hunian kamar diprediksi akan semakin tinggi seiring dengan kegiatan yang diadakan di daerah ini," tambahnya.
(sud/sud)