Ekoriparian Leuwi Padjadjaran, Alternatif Tempat Healing Warga Jatinangor

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 10 Jul 2024 06:30 WIB
Ecoparian Leuwi Padjadjaran. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Suasananya nyaman, tenang dan rindang. Pemandangannya cocok sekali buat dijadikan sebagai tempat untuk melepas penat di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari.

Tidak banyak yang tahu, tempat seindah ini ada di kawasan Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Jika Anda ingin berkunjung ke tempat ini, Sabtu pagi atau Minggu pagi menjadi waktu yang cocok karena banyak pengunjung yang datang ke tempat ini.

Tempat yang dinamai Ekoriparian Leuwi Padjadjaran ini memiliki danau besar yang dapat dijadikan sebagai kolam retensi dan juga ada dermaga yang bisa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan hingga berswafoto.

Meski keberadaanya sudah ada cukup lama, lokasi ini terus bersolek apalagi setelah Unpad dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebersihan resmi bekerjasama.

Ekoriparian Leuwi Padjadjaran ini dapat menjadi obyek wisata alternatif bagi warga Bandung Timur khususnya yang tinggal di kawasan Jatinangor.

"Ini adalah Ekoriparian dan tempat ini ruang publik yang dibuat dengan indah dan dilengkapi infrastuktur dengan IPAL dan mencegah sampah masuk ke aliran seuntai dengan membuat komposting dan lainnya," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Ir Sigit Reliantoro usai peresmian, Selasa (9/7/2024).

Sigit berharap, keberadaan tempat ini dapat dijaga dengan baik dan pengunjung yang datang ke tempat ini dapat menerapkan lingkungan hijau yang ada di Ekoriparian Leuwi Padjadjaran di lingkungan rumahnya masing-masing.

"Fungsinya itu di pinggir sungai bisanya jadi tempat pembuangan sampah sehingga orang cenderung kalah ada satu yang buang diikuti yang lain sehingga jadi gunungan sampah. Di beberapa tempat kita ubah kadi tempat menarik, tempat bersih sehingga orang malu untuk buang sampah ke sungai," ungkapnya.

Sigit menyebut, tak hanya bekerjasama dengan perguruan tinggi, KLHK juga banyak bekerjasama dengan desa-desa dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau.

"Di tempat yang sudah kita bangun dikombinasikan dan dikelola oleh kelompok setempat dan diharapkan menjadi pusat ekonomi, bahkan ada yang investasi dari dana Bumdes seperti di Bekasi membuat sarana olahraga yang bisa disewakan. Ada edukasi, ada ekonomi dan ada perbaikan lingkungan di suatu tempat," terangnya.

Ekoriparian Leuwi Padjadjaran. Foto: Wisma Putra

Ekoriparian serupa yang sudah diresmikan KLHK mencapai 16 seperti di Karawang, Bekasi, Pekan Baru dan di dekat IKN di mana KLHK konsepkan lahan bekas tambang yang dikombinasikan dengan ekoriparian.

Disingung apakah konsep ekoriparian itu bisa dibangun disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Sigit sebut bisa asalkan ada lahanya.

"Sebetulnya konsep ini bisa diimplementasikan asal ada space seperti ini, kita selalu komunikasi dengan pemerintah daerah karena dalam hal ini KLHK tidak boleh beli tanah karena diserahkan kepada komunitas, sepanjang bisa diidentifikasi bisa disulap ekoriparian itu bisa, bisa jadi lebih bagus," tuturnya.

Sigit juga bandingkan Sungai Citarum, sungai-sungai lain di Indonesia dan sungai yang ada di Thailand.

"Sebenarnya di Bangkok sungainya enggak bangus-bagus banget dan warnanya hampir sama dengan sungai di Indonesia tapi karena bisa mengemas lebih bagus mereka juga bisa manfaatkan sungai jadi tempat wisata" tuturnya.

Sigit berharap, setelah masyarakat dan mahasiswa yang datang ke tempat ini bisa jadikan sungai sebagai halaman depan dan bukan halaman belakang. "Sungai itu halaman depan, bukan halaman belakang. Jadi halaman menarik dan orang bisa beraktivitas di sana," tuturnya.

Terpisah Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc menyebut, Unpad memiliki kurikulum sebagai bagian pendidikan di semester awal, Unpad ajarkan pola ilmiah pokoknya yaitu bina mulia hukum dan lingkungan hidup.

"Keberadaan tempat ini jadi bagian penting dalam implementasi, dengan keberadaan ini dengan melihat wujudnya ini mahasiswa tetap ingat dan di sisi lain kami perhatikan masyarakat sekitar terutama di hari kubu banyak yang datang ke sini," tuturnya.

"Mahasiswa menjaga dan masyarakat datang mereka lihat ini dan memahami akan pentingnya menjaga lingkungan saya yakin Jatinangor jadi bagian ada kesadaran masyarakat untuk memelihara sendiri dan ini bagian penting tidak hanya bagi manusia karena banyak tumbuhan dan hewan yang hidup di sini," pungkasnya.



Simak Video "Video: Geger Karyawan Ayam Jatinangor Masak Tanpa Baju Berujung Penutupan Gerai"

(wip/tey)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork