"Kami pengurus asrama SLBN A Pajajaran dikejutkan dengan tindakan dari petugas Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat bahwa asrama putri yang digunakan untuk siswi disabilitas netra SLBN A Pajajaran harus dikosongkan dan barang-barang sedang proses dikeluarkan tanpa ada pemberitahuan resmi," tulis pesan berantai yang beredar.
Dalam pesan itu, disebutkan jika siswi SLBN A Pajajaran yang menempati asrama putri di UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar yang terletak di Kota Cimahi, harus meninggalkan asrama yang sudah lama mereka tempati. Saat dikonfirmasi, Pembimbing Asrama SLBN A Pajajaran Anggita Pratiwi membenarkan soal pesan berantai tersebut. Menurut Anggita, pesan itu dibuat sebagai bentuk kekhawatiran pengurus asrama akan kejadian 'pengusiran' mendadak yang terjadi pada Selasa (22/7/2025) kemarin.
"Saya lagi ada di sekolah semuanya (sama anak-anak). Terus tiba-tiba saya ditelepon oleh salah satu pegawai dari PPSGHD, karena memang kami kan tinggal di sana. Mereka sampaikan bahwa memang asrama itu harus dikosongkan dan terakhir itu hari ini," ucap Anggita saat ditemui di SLBN A Pajajaran, Rabu (23/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendengar kabar itu, Anggita mengajak dua siswi yang tinggal di asrama putri untuk kembali. Saat tiba di asrama, dia dikejutkan karena barang-barang siswi maupun dirinya sebagai pembimbing sudah dikeluarkan dari asrama.
"Tapi ternyata setelah saya konfirmasi ulang, itu sudah dikosongkan asrama itu. Barang anak-anak sudah dikeluarkan dan kunci gembok yang ada di kamar pembimbing itu dibongkar, dibobol secara paksa gitu," ucap Anggita kesal.
"Itu pas sudah sampai ke sana ya memang keadaan anak-anak itu syok, kaget. Mereka juga mengatakan kirain teh pulang cepat mau jalan-jalan, tapi kok ternyata malah diusir, malah dibongkar, malah kayak gini," sambungnya.
Anggita mengaku tidak tahu persis alasan pihak UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar yang meminta siswi harus keluar dari asrama putri. Menurutnya ada dua siswi yang terdampak dan terancam putus sekolah karena yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang mampu.
"Dampak siswanya memang satu terganggu ya secara mental kayak kaget dan sebagainya. Mungkin akan terancam enggak ke sekolah, kan kalau di asrama itu nanti ada yang antar jemput ke sekolah," terangnya.
Dengan kondisi itu, Anggita menyebut dua siswi yang keluar dari asrama terpaksa dikembalikan ke orang tua. Dia menyayangkan sikap dari pihak UPTD yang terkesan mendadak meminta siswi keluar dari asrama tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Enggak ada (pemberitahuan) karena memang terkesan mendadak semuanya dan kemarin pemberitahuannya sudah dikosongkan. Jadi kami juga mengkonfirmasi ke orang tua mendadak," tegasnya.
Sementara Asep Sudrajat (52), salah satu orang tua siswi yang anaknya harus 'terusir' dari asrama UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar mengaku sangat menyayangkan terjadinya hal tersebut.
"Kalau Dinas Sosial sangat tidak manusiawi menurut saya. Soalnya kan anaknya lagi sekolah ya, terus pulang ke asrama kok barang-barangnya dikeluarin gitu. (Sebelumnya) Enggak ada pemberitahuan, saya sore ada pemberitahuan dari sekolah anak harus diambil," kata Asep.
"Pas saya jemput ke sekolah, semua barang-barangnya sudah ada di luar asrama. Makanya saya tanya itu, ini yang ngambil siapa sebenarnya? Yang yang yang ngeluar-ngeluarin barang dari asrama itu siapa dari pihak mana? Tanpa ada pemberitahuan," tegasnya.
Menurut Asep, putrinya yang kini kelas 6 SD sudah tiga tahun tinggal di asrama. Ia menjelaskan alasan menitipkan putrinya ke asrama agar sang anak bisa lebih mandiri dan terus diawasi oleh pembimbing.
"Saya makanya butuh asrama yang mengawasi. Kayak Ibu Anggi kan yang ada yang mengawasi. Lebih baik dari pergaulan juga kan, kalau dia mau salat, mau apa lebih terarah mungkin," ujarnya.
Terkait kondisi ini, detikJabar telah berupaya menghubungi pihak UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar dalam hal ini Kepala UPTD Andina Rahayu. Namun belum ada jawaban dari yang bersangkutan.
(bba/sud)