Cikapundung Riverspot, taman tepi sungai yang terletak di jantung Kota Bandung, terkenal sebagai tempat wisata populer dengan berbagai aktivitas menarik dan pemandangan indah. Namun, di balik gemerlapnya, terdapat sisi lain Cikapundung Riverspot yang jarang terekspos, yaitu permasalahan sampah di tepi sungai yang dangkal ini.
Jauh sebelum menjadi taman wisata, Cikapundung Riverspot merupakan bantaran sungai yang kumuh dan penuh sampah. Pada tahun 2014, pemerintah kota Bandung melakukan revitalisasi besar-besaran, mengubahnya menjadi ruang publik yang asri dan nyaman.
Cikapundung Riverspot bukan hanya tentang taman dan sungai, tetapi juga tentang kehidupan masyarakat lokal yang tinggal di sekitarnya. Berjalan kaki di sepanjang bantaran sungai, pengunjung dapat melihat aktivitas sehari-hari warga,seperti bercocok tanam, memancing, atau bermain bersama anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Interaksi dengan masyarakat lokal ini memberikan pengalaman budaya yang autentik dan memperkaya pemahaman tentang kehidupan di sekitar sungai.
Tetapi di balik semua itu, pada sungai yang dangkal ini sangat mudah ditemukan sampah-sampah yang sudah bercampur dengan tanah dan mengendap di dasar dan tepian sungai. Padahal sangat terlihat dengan jelas peraturan dilarang membuang sampah terpasang di area pagar sungai.
Meskipun petugas kebersihan terus bekerja keras, sampah masih menjadi masalah utama di Cikapundung Riverspot. Sampah rumah tangga, plastik, dan sisa makanan masih sering terlihat di sungai dan di sekitar taman. Hal ini tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga mencemari lingkungan dan membahayakan biota air.
Pantauan detikJabar, walau pun telah dilakukan beberapa kali revitalisasi, masih terdapat beberapa fasilitas di Cikapundung Riverspot yang perlu diperbaiki.
Kurangnya toilet umum, tempat duduk yang tidak memadai, dan penerangan yang kurang terang di beberapa area,membuat pengunjung merasa tidak nyaman dan aman.
Pantauan detikJabar (12/06/2024), banyak para petugas kebersihan yang sedang melakukan bersih-bersih di area Cikapundung Riverspot, walaupun memang untuk di area sungai masih banyak sampah yang terlihat.
Amar (40), salah satu petugas kebersihan yang sering bersih-bersih di area Cikapundung Riverspot, mengatakan bahwa masih banyak orang yang belum sadar akan kebersihan lingkungan. Tak hanya dari kalangan wisatawan tetapi warga sekitar juga masih banyak yang suka membuang sampah di area sungai.
"Memang beberapa kali saya juga sering mendapatkan beberapa orang yang memang sengaja melempar sisa makanan atau bungkus plastik langsung ke area sungai, tanpa rasa salah mereka kaya acuh saja melempar. Padahal di sini juga banyak penjagaan dari aparat sekitar," ucapnya.
Kurang sadarnya warga sekitar juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi banyaknya sampah dan berakhir juga di bantaran Cikapundung Riverspot.
"Kan aliran sungai ini juga dekat dengan permukiman warga ya, itu juga salah satu masalahnya. warga sekitar kurang menyadari bahwa yang mereka lakukan itu sangat berbahaya juga kan buat mereka, kayak waktu itu kejadian banjir di area ini," lanjutnya.
![]() |
Salah satu pengunjung juga mengatakan bahwasannya Cikapundung Riverspot ini bisa jadi wisata yang sangat bagus untuk bersantai dan menikmati hijaunya pepohonan.
"Tadi saya dari arah jalan Asia-Afrika, melihat ada spot yang banyak pepohonan. Pas saya ke sini enak adem ya sambil nikmati taman ini, cukup bagus ya paling ini sih tadi agak nyium aroma bau pesing ya sama itu bau dari sampah pinggir sungainya yang kurang enak juga. Padahal kalau diurus bisa juga jadi spot yang bagus," ungkap syela kepada detikJabar.
Sejarah Singkat Sungai Cikapundung
Asal usul nama Sungai Cikapundung Namanya berasal dari bahasa Sunda, ci (air) dan nama tanaman kapundung atau kepundung. Beberapa wilayah di Kota Bandung memang ditanam banyak pepohonan jenis tertentu. Kemudian nama daerahnya pun dikenal dari jenis tanaman yang banyak ditemui, contohnya daerah Kebon Kawung dan Kebon Jati. Pada wilayah Sungai Cikapundung kala itu banyak tanaman kapundung, sehingga dinamai Cikapundung.
Sungai Cikapundung berasal dari Curug Ciomas, Lembang, atau hulunya di Bukit Tunggul. Ada juga yang mengatakan berhulu di Maribaya Kabupaten Bandung Barat dan berujung di Sungai Citarum di Baleendah atau dulunya Karapyak, Kabupaten Bandung.
Sungai ini dikenal karena alirannya membelah jalan Asia Afrika, dan mengalir di bawah jalanan jantung kota Bandung seperti jalan Braga dan Wastukencana. Cikapundung telah menjadi hal penting bagi tiga peradaban di Jawa Barat, yaitu prasejarah, Sunda klasik, dan masa kolonial.
Pada tahun 1960-an, nama sungai tersebut bahkan diabadikan dalam lagu yang dibawakan Titim Fatimah berjudul "Cikapundung", juga dalam lagu pop Sunda "Sorban Palid".
Cikapundung Riverspot memiliki potensi yang besar untuk menjadi ruang publik yang indah, nyaman, dan aman. Dengan mengatasi permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas infrastrukturnya, Cikapundung Riverspot dapat menjadi kebanggaan Kota Bandung dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
(yum/yum)