Dampak Buruk Praktik Pungli di Mata Pengelola Wisata Lembang

#BasmiPungli

Dampak Buruk Praktik Pungli di Mata Pengelola Wisata Lembang

Whisnu Pradana - detikJabar
Jumat, 10 Mei 2024 09:45 WIB
Suasana Arus Lalu Lintas di Kawasan Wisata Lembang
Kawasan wisata Lembang (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung Barat -

Kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi salah satu tulang punggung pendapatan daerah Kabupaten Bandung Barat. Namun, ragam permasalahan kerap mewarnai dunia pariwisata di Lembang, salah satunya soal pungli atau pungutan liar.

Di tahun 2021 misalnya, kawasan wisata Lembang sempat terganggu akibat ulah tiga oknum warga yang mematok tarif selangit pada bus pariwisata. Kejadian itu viral di media sosial, beruntung ujungnya damai dan kini keadaan kembali kondusif.

Namun perlu diakui, jika ulah nakal pelaku getok parkir yang masuk kategori pungutan liar alias pungli itu membawa efek negatif. Bagi pengelola wisata hingga pemerintah daerah yang dianggap tak mampu menjamin kenyamanan dan keamanan penyumbang cuan ke kas daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya tentu negatif, jadi citra kurang baik buat Lembang. Efeknya bisa meluas karena adanya pungli waktu itu," kata Public Relation Floating Market Lembang, Intania Setiati kepada detikJabar.

Di satu sisi, pengelola wisata juga tak bisa berbuat banyak. Sebab biasanya, aksi pungli terhadap wisatawan per orangan maupun rombongan biasa terjadi di luar objek wisata.

ADVERTISEMENT

"Kita juga tidak punya kapasitas melarang mereka, karena kan kejadian waktu itu (2021) misalnya di luar objek wisata kita (The Great Asia Africa). Hanya saja memang wisatawannya mau berlibur ke kita," kata Intania.

Lantas bagaimana ia dan pengelola wisata lainnya yang berada di Lembang mengatasi praktik pungli itu? Menurut Intan, yang bisa dilakukannya sebatas berkoordinasi dengan perangkat daerah desa, kecamatan, serta kepolisian setempat.

"Alhamdulillah kita berkomunikasi baik dengan pemerintah desa dan Kecamatan Lembang, termasuk dengan kepolisian. Sekarang sudah tidak ada lagi yang seperti itu, ya pokoknya jangan sampai ada lagi," kata Intania.

Jaminan sterilnya kawasan wisata seperti Lembang dari praktik pungli, bakal mendongkrak kunjungan wisatawan. Namun sebaliknya, jika dibiarkan maka pungli bakal merugikan.

"Kalau dibiarkan, nanti wisatawan bisa kapok. Mereka berfikir ngapain ke Lembang, banyak pungli terus dibiarkan. Makanya pencegahan pungli itu penting, karena kita harus membuat wisatawan nyaman dan aman," tutur Intania.

Dewi Pajmawati (56), warga Bandung, punya pengalaman kurang menyenangkan beberapa tahun lalu. Ia juga sempat jadi korban getok parkir di salah satu.tempat parkir objek wisata di Lembang.

"Ya pernah juga, lagi liburan sama keluarga pakai mobil pas mau pulang bayar parkirnya mahal. Tahun 2022 kalau enggak salah, liburan ke Lembang, karena parkirnya penuh jadi parkir di pinggir jalan. Waktu itu bayarnya Rp25 ribu per mobil," kata Dewi.

Menurutnya, tarif parkir Rp25 ribu untuk posisi parkir di tepi jalan sangat mahal. Bukan tanpa alasan, menurutnya pengelola parkir liar yang juga jadi oknum pungli, tak menjamin keamanan kendaraan dan barang di dalamnya.

"Soalnya kan enggak ada karcis parkir, terus mereka enggak standby jadi enggak diawasi. Kalau kehilangan pasti enggak mau tanggung jawab. Di satu sisi kita dirugikan, tapi di sisi lain kita parkir di situ karena terpaksa," ujar Dewi.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads