Tak terpikirkan sebelumnya untuk melakukan solo trip ke luar negeri hanya untuk menyaksikan Coldplay band asal Inggris yang terkenal akan magic konsernya.
Sebelumnya kenalin dulu, aku Rindy (26), asal Bandung yang saat ini sedang bekerja di salah satu media online terbesar di Indonesia.
Flashback ke tahun lalu, awal mula perjalanan solo trip ini terjadi pada Juni 2023.
"Mau iseng war tiket Coldplay di Singapura ah sekalian jalan-jalan," ucapku ke salah satu teman dekat bernama Ayu.
Baca juga: Misterius! Turis Hilang di Air Terjun |
Tak berharap banyak, ternyata war Coldplay Singapura yang diketahui masuk ke websitenya saja sangat susah, tiba-tiba lancar hingga akhirnya berhasil mendapat kursi di CAT 7 tanggal 23 Januari 2024.
Saat itu, tentunya kegirangan hingga sedikit tremor karena merasakan moment detik-detik war dengan hasil tangan sendiri. "Wishlist konser ke centang satu nih," kataku dalam hati.
Tanpa berpikir panjang, langsung memesan tiket pesawat pulang-pergi karena saat itu harganya sudah tinggi hingga dua kali lipat dari sebelumnya.
Singkat cerita, setelah mencari informasi melalui aplikasi TikTok. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke KualaLumpur terlebihdulu lalu dilanjutkan ke Singapura dan pulang lewat Johor menggunakan bus ke Kuala Lumpur. Karena harganya lebih murah dibandingan langsung dari Jakarta-Singapura maupun sebaliknya.
Lika-liku Perjalanan Solo Trip
Hingga tiba hari keberangkatan, Senin (22/01/2024) aku berangkat ke Bandara Soetta menggunakan travel tujuan Pasteur-Terminal 3 Soetta. Rasa degdegan, takut hingga excited, campur aduk kala itu. "Beneran solo trip sendiri ini teh," lagi-lagi kataku dalam hati.
Sampainya di Bandara Soetta, suasananya saat itu lumayan padat. Mulai dari muda-mudi hingga orang tua ada dengan tujuannya masing-masing. Hingga beberapa kali grup aamaah umroh juga terlihat menunggu keberangkatan ditemani sanak keluarganya.
Sambil menunggu keberangkatan sore hari pukul 16.15 WIB, siangnya memutuskan untuk makan siang karena perut sudah keroncongan. Sesudahnya, aku membuka laptop karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan.
Karena memilih penerbangan sore hari, tentunya pemandangan kala di pesawat sangat indah. Pertama kalinya menikmati sunset di atas ketinggian hingga beberapa kali tertidur karena tidak bisa melawan kantuk.
Oya, sekilas info bahwa waktu Malaysia 1 jam lebih cepat dari Indonesia. Pukul 19.30 waktu Malaysia aku landing di KLIA. "Ya Allah ini ambil bagasi kemana, bingung baru pertama kali. Ikutin orang Indonesia yang tadi satu pesawat deh," berbicara pada diri sendiri.
Aku bergegas berjalan cepat mengikuti orang-orang yang satu pesawat denganku hingga sampailah di imigrasi Malaysia. Seketika tempat imigrasi penuh dengan orang-orang dari berbagai negara. Mulai dari Korea, India hingga bule, dan seringkali juga menemukan orang Indonesia.
Tak terpikirkan bahwa saat itu di imigrasi Malaysia akan memakan waktu 2 jam lebih. Aku yang memiliki penerbangan lagi pukul 22.00 waktu setempat dari Kuala Lumpur ke Singapura merasa gelisah dan takut ketinggalan pesawat. Dan benar saja pukul 21.10 aku baru selesai mengambil bagasi.
Sebelumnya, saat pemeriksaan imigrasi itu lancar bahkan saat melontarkan pertanyaan petugasnya memakai bahasa Indonesia dengan logat melayu. Namun, saat aku bilang "aku ada flight lagi pukul 22.0 0,". Petugasnya syok dan bilang "wah kamu bakal ketinggalan pesawat, belum lagi dari sini ke KLIA 2," tegasnya.
Atas hal itu, aku langsung berpikir benar-benar sudah tidak bisa mengejar untuk chek in dan boarding. Hingga akhirnya aku berjalan santai mencari tempat duduk untuk mencari bus dari KLIA langsung Singapura.
Memang tidak ada yang bisa menduga kehendak Tuhan. Kala itu pukul 20.13 aku menelpon kerabat yang tinggal di Malaysia Kang Helmi untuk menanyakan memesan bus dari Bandara KLIA ke Singapura. Ternyata pukul 20.29 aku mendapatkan pesan dari Traveloka bahwa penerbangan KL-SG di reschedule menjadi pukul 22.45. Sontak aku bergegas menggeret koper yang cukup berat dari KLIA ke KLIA 2 menggunakan bus gratis dan berpikir semoga masih ada harapan.
Paniknya lagi, jarak dari KLIA ke KLIA 2 memakan waktu kurang lebih 15 menit belum lagi bus gratis yang disediakan mengetem setiap 15 menit sekali. Pukul 21.49 bus baru jalan ke KLIA 2.
"KLIA 2 bandaranya besar, kamu harus sedikit lari-lari kalo udah sampe. Semoga kekejar," kata Kang Helmi via telepon sebelum naik bus ke KLIA 2.
Dan benar saja, sesampainya di sana ternyata KLIA 2 counter tempat checkinnya ada di lantai 4 dan lantai 1-3 adalah mall. Meski lelah, saat itu aku geret koper dan sedikit lari-lari menuju esklator hingga lantai 4. Karena panik, saat itu tidak kepikiran kenapa tak naik lift agar lebih cepat.
Sampailah di lantai 4 22.00 waktu setempat dengan ngos-ngosan, terlihat suasana counter Airasia saat itu sudah sepi. Dan aku tetap nekat menanyakan apakah boleh check in karena penerbangan di reshedulle menjadi pukul 22.45 masih ada spare waktu 45 menit.
Dan 'tara' petugas counter Air Asia saat itu mengatakan "Mohon maaf miss, tidak bisa check in saat ini penumpang lainnya sedang boarding," katanya. Seketika kesal dengan diri sendiri dan mengatakan "Thank you" dengan muka jutek.
Ku geret koperku dengan lemas karena kelelahan berlari dan duduk menatap counter Airasia. 5 menit melamun sambil berpikir harus menemukan tiket bus ke Singapura malam ini juga.
Dengan nafas yang masih tak beraturan aku raih handphone yang digantung dengan lanyard di leherku dan membuka aplikasi Easybook untuk membeli tiket bus menuju Singapura. Aku temukan tiket bus dari TBS - Singapura pukul 11.30 waktu setempat dan membelinya.
Tanpa berpikir panjang, aku geret lagi koperku menuju pintu keluar KLIA 2 untuk mencari transportasi ke TBS. Suasana kala itu cukup ramai dan aku mendapatkan taxi pukul 22.44 dari KLIA 2 ke TBS dengan harga 100 ringgit atau Rp 330.000 rupiah. "Mahal banget, tapi gapapalah yang penting sampe," ucapku.
Kupikir saat itu langsung naik taxi tapi ternyata harus menunggu 15 menit lagi karena sistemnya satu orang stay di KLIA 2, jika sudah oke dengan penumpang barulah memanggil drivernya.
Pukul 23.05 aku baru duduk di taxi yang mahal itu. Dengan kondisi yang sudah kelelahan dan masih kesal karena ketinggalan pesawat.
"Sir, aku ada bus pukul 11.30," kataku kepada driver dengan singkat.
"Wah ketinggalan kamu ini, harus beli lagi tiket bus. Tapi kita coba dulu saja," katanya dengan logat melayu.
Mendengar hal itu, rasa kesal, mau teriak, nangis, kelelahan rasanya semua menjadi satu hingga tidak bisa berkata-kata lagi dan hanya duduk sambil menyender serta menatap jam di ponsel.
Pas pukul 11.30 waktu setempat aku sampai di TBS tempat naik bus. Sampai di TBS aku kelelahan dan kebingungan mencari tempat check in bus tujuanku. Namun, kala itu karena sudah kesal hingga cape sekali aku memutuskan untuk mengantre di counter dan berniat membeli lagi tiket bus TBS langsung ke Singapura karena pasti sudah ketinggalan bus lagi.
"I want to go Singapura. You have ticket bus tonight?," ucapku dengan lemas.
"Nothing. Tuesday at 2.45 am ready," sahutnya.
"Ya, im order one," lanjutku.
"Akhirnya bisa istirahat dulu Ya Allah," kataku bergumam.
Range harga bus dari TBS ke Singapore berbeda-beda disesuaikan dengan kenyamanan busnya mulai dari Rp 120.000 hingga Rp 500.000. Tiket pertama ku beli seharga Rp 172.000 dan tiket ke dua pukul 2.45 am ku beli dengan harga Rp 120.000 jika dirupiahkan.
Tak terasa hari sudah berganti, Selasa (23/01/2024). Kala itu aku sedang berada di TBS menunggu perjalanan bus dini hari. Saat itu suasananya lengang dan banyak orang beristirahat di kursi yang disediakan di terminal itu hingga ada yang duduk selonjoran di lantai.
Sambil menunggu bus, aku berkeliling melihat ada apa saja di sana karena perut sudah keroncongan setelah lari kesana-kemari dengan menenteng koper. Hanya ada beberapa minimarket di lantai 1 yang buka. Aku sambangi salah satu minimarket dan memutuskan membeli roti dan susu dan permen untuk mengganjal perut.
Perasaan saat itu sudah mati gaya, menunggu pukul 2.45 am terasa lama sekali hingga resah dan tak sabar untuk naik bus lalu tidur.
Akhirnya yang ditunggu tiba, bus tujuanku datang dan langsung cepat-cepat menyimpan koper di bagasi dan duduk ditempat dudukku ke dua terakhir. Tak kuat menahan kantuk, akupun terlelap.
Oiya, jika detikers berniat untuk liburan ke Malaysia, diwajibkan untuk mengisi dahulu Malaysia Digital Arrival melalui website https://imigresen-online.imi.gov.my/mdac/main tiga hari sebelum keberangkatan. Karena nantinya akan dicek saat detikers melakukan pengecekan imigrasi Malaysia oleh petugas.
Selain itu, karena aku memilih jalur melalui Malaysia ke Singapura. Maka, nantinya akan cek imigrasi sebanyak dua kali. Sebelum keluar Malaysia dan sebelum masuk Singapura.
Selasa (23/01/2024) pukul 07.26 waktu Malaysia aku tiba di imigrasi Malaysia, suasana kala itu sangat ramai sekali, orang-orang terlihat berjalan cepat untuk mengantri imigrasi. Tiba saat pengencekan oleh petugas lancar sekali, karena aku sudah memiliki tiket pulang, booking hotel hingga mengisi Malaysia Digital Arrival.
Sesudah pengecekan aku berjalan kembali ke bus yang sebelumnya aku tumpangi dan melanjutkan perjalanan ke Singapura dan sampai di imigrasi Singapura pukul 08.45 waktu Singapura.
Berbeda dengan Malaysia, imigrasi Singapura sudah menggunakan teknologi scan saat pengecekan. Aku hanya perlu me-scan passportku dan menunjukkan wajah ke camera scan yang tersedia lalu scan jari telunjuk. Namun, setiap pengecekan tentunya dijaga ketat oleh petugas.
Dan setelah melalui perjalanan dengan waktu tempuh 6 jam 30 menit akhirnya aku sampai di Singapura.
(mso/mso)