Dilansir dari detikTravel, Greenland merupakan pulau terbesar di dunia yang sebagian besarnya ditutupi oleh es dan gletser. Greenland dihuni oleh 57 ribu penduduk asli. Mereka sangat bergantung pada ekosistem alami.
Namun saat ini, kondisi di kawasan tersebut sedikit berubah. Pemanasan global jadi pemicunya. Parah ahli menuturkan bila kondisi ini akan berdampak pada banyak hal.
Sebuah studi yang baru-baru ini dirilis mengungkapkan bila Greenland kehilangan area es cukup banyak. Bahkan es yang hilang mencapai 36 kali luas kota New York, Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir.
Lahan berubah dari yang dulunya tertutup es kini menjadi lahan basah dan semak belukar.
Analisa citra satelit mengungkap es yang hilang totalnya seluas 28.707 kilometer persegi selama periode tersebut. Penelitian juga mengungkap adanya peningkatan vegetasi dari pertengahan 1980-an hingga pertengahan 2010-an.
Ada juga transformasi lanskap yang dulunya es dan bersalju kini menjadi batu tandus, lahan basah, serta daerah yang tertutup semak. Lahan basah pun mengalami perluasan empat kali lipat.
Ahli menyebutkan peningkatan suhu udara jadi lebih hangat merupakan penyebabnya. Kenaikan suhu tanah dan mencairnya lapisan es di bawah permukaan.
Kondisi ini juga mengancam terlepasnya karbon dioksida dan metana. Hal ini berimbas pada ketidakstabilan tanah dan berisiko terhadap infrastruktur bangunan.
Laporan juga mengungkap adanya lingkaran umpan balik yakni hilangnya es mengekspos batuan gundul, mendorong penghijauan lebih lanjut di Greenland karena tundra dan semak belukar menyebar.
Konsekuensinya hanya terjadi di Greenland. Saat es menghilang, daerah-daerah menyerap lebih banyak energi matahari, meningkatkan suhu permukaan tanah dan membuat pencairan lebih lanjut.
Bagi Greenland, pemanasan dua kali lipat dari tingkat rata-rata global sejak 1970-an. Hal ini bisa memicu suhu yang lebih ekstrem ke depannya.
Artikel ini sudah tayang di detikTravel, baca selengkapnya di sini
(dir/dir)