Cerita Wahyu soal Tanjakan Emen yang Melegenda

Kabupaten Subang

Cerita Wahyu soal Tanjakan Emen yang Melegenda

Fahmy Fauzy Muhammad - detikJabar
Minggu, 19 Nov 2023 06:00 WIB
Tanjakan Emen Subang
Tanjakan Emen Subang (Foto: Yudha Maulana/detikJabar).
Subang -

Sudah tak asing mendengar nama Tanjakan Emen bagi warga Ciater Subang atau penggemar konten horor. Tanjakan yang sering diperbincangkan masyarakat Subang dan menjadi konten horor di internet ini konon menyimpan kisah mistis hingga tragedi berdarah mengenai asal usulnya.

Terletak di Jalan Raya Subang, Kecamatan Ciater, jalan yang menghubungkan Kabupaten Subang dan Bandung Barat ini memang sering terjadi kecelakaan. Medan jalan yang berkelok ditambah turunan curam, seringkali membuat rem kendaraan menjadi panas dan mengalami rem blong.

Karena sering terjadi kecelakaan di Tanjakan Emen, beredar beberapa cerita mistis dan mitos yang harus dilakukan ketika melewati Tanjakan Emen, seperti membunyikan klakson atau melempar rokok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu (77) anak sulung dari Taing atau yang lebih dikenal dengan nama Emen menceritakan asal usul Tanjakan Emen kepada detikJabar. Menurut cerita dari Wahyu, tragedi kecelakaan yang menimpa Emen terjadi di tahun 1956 saat sedang membawa kendaraan oplet dari arah Lembang menuju Jalancagak.

"Kecelakaan nya itu di bulan 12, tahun 1956. Itu kejadiannya ayah saya (Emen) lagi bawa oplet dari Lembang mau ke Jalancagak, Subang. Terus di daerah Cicenang rem nya blong sampai nabrak tebing dan masuk ke jurang," kata Wahyu saat ditemui detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT
Wahyu, anak sulung Emen.Wahyu, anak sulung Emen. Foto: Fahmy Fauzy Muhammad

Saat itu di dalam oplet yang dikendarai oleh Emen terdapat kondektur dan satu orang penumpang. Beruntungnya kondektur dan penumpang yang berada di dalam oplet berhasil selamat, namun nasib buruk menimpa Emen karena kelistrikan dari oplet menyambar tangki bahan bakar sehingga membakar oplet dan Emen yang ada di dalamnya.

"Di dalam mobil itu ada kondektur nya sama satu penumpang, jadi ada tiga orang di dalam. Alhamdulillah kalau yang lain selamat karena keburu lompat, tapi pak Emen kena api yang dari tangki bensin itu jadi kebakar," tutur Wahyu.

"Jadi oplet nya itu masuk jurang dan posisi kebalik. Karena oplet itu kan tangki bensinnya di samping sopir ya, terus dekat sama kelistrikan juga, jadi kebakar lah itu bensin karena korsleting listrik," tambahnya.

Saat setelah kecelakaan terjadi, Emen masih dalam keadaan hidup dan langsung dilarikan ke rumah sakit Rancabadak yang sekarang menjadi rumah sakit Hasan Sadikin. Setelah menjalani perawatan selama dua bulan di RS Rancabadak, nyawa Emen tak tertolong dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.

"Terus habis kecelakaan itu dibawa ke Rumah Sakit Rancabadak, kalau sekarang namanya Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tidak langsung meninggal di tempat, tapi dibawa ke rumah sakit dulu sama dirawat selama dua bulan," ujar Wahyu.

Wahyu mengungkapkan saat ini letak makam Taing atau Emen terletak di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, walaupun keluarga dari Emen lebih banyak yang tinggal di daerah Subang.

"Nama aslinya itu Taing, tapi sama orang-orang sering disebut Emen, jadi yang dikenal sampai sekarang itu nama sebutannya. Makam nya bukan di daerah sini (Subang) tapi di makam kan di Jayagiri, karena kan memang aslinya orang Lembang," pungkasnya.

Sejak tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mengubah nama kawasan Tanjakan Emen menjadi Tanjakan Aman. Dilansir dari detikNews, selain Kemenhub, kesepakatan penggantian nama Tanjakan Emen jadi Tanjakan Aman ini melibatkan Komisi IV DPRD Jawa Barat, Jasa Raharja, serta Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

(mso/mso)


Hide Ads