Saat Keturunan Belanda Napak Tilas di Linggarjati

Fathnur Rohman - detikJabar
Minggu, 30 Jul 2023 07:00 WIB
Kegiatan delegasi Belanda di Gedung Perundingan Linggarjati (Foto: Istimewa).
Kuningan -

Gedung Perundingan Linggarjati adalah salah satu monumen bersejarah di Kabupaten Kuningan. Bangunan bergaya art deco yang berusia hampir seabad itu, menjadi saksi bisu terjadinya pertemuan antara Belanda dan Indonesia.

Pertemuan yang dikenal sebagai Perundingan Linggarjati ini berlangsung pada 10-15 November 1946. Kala itu, Sutan Syahrir mendapatkan mandat dari Presiden Soekarno untuk memimpin delegasi Indonesia memperjuangkan status kemerdekaan bangsa ini. Sedangkan di pihak Belanda mengutus Hubertus van Mook dan Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn sebagai perwakilannya.

Hasil pertemuan tersebut memang tidak sesuai harapan. Pada akhirnya Belanda hanya mengakui secara de facto wilayah Indonesia terdiri dari Sumatera, Jawa serta Madura, dan dibentuknya Republik Indonesia Serikat.

Meski hasilnya lebih condong merugikan Indonesia, namun peristiwa Perundingan Linggarjati tak dapat dipisahkan begitu saja dari rentetan sejarah kemerdekaan bangsa ini. Terlebih, pasca pertemuan tersebut kedaulatan Indonesia mulai diakui oleh dunia internasional.

Menariknya, karena nilai historis itu pula Gedung Linggarjati menjadi salah satu ikon wisata bersejarah di Kuningan. Tak hanya wisatawan lokal, kehadirannya pun mampu mendatangkan turis asing. Khususnya mereka yang merupakan keturunan dari para delegator Belanda.

Ya, orang-orang Belanda itu rela datang jauh-jauh dari tempat asalnya hanya untuk melakukan napak tilas di Gedung Linggarjati. Sebab, leluhur mereka sempat singgah selama beberapa hari di bekas gubug reyot milik seorang janda bernama Jatisem.

"Zaman itu delegasi dari Belanda. Mereka ingin tahu lokasinya, ternyata di Linggarjati. Kunjungan pertama ada empat orang, kunjungan berikutnya dua orang. Bahkan dari televisi Belanda pun sempat menginap beberapa hari ke sini," ungkap Pengelola Gedung Linggarjati, Sutiyana kepada detikJabar belum lama ini.

Turis asing yang pernah bertandang ke Gedung Linggarjati, kata Sutiyana, umumnya merupakan keturunan langsung dari delegator Belanda, Hubertus van Mook. Di negeri asalnya, tokoh tersebut dikenal sebagai Ketua Departemen Urusan Ekonomi yang menjabat pada 1930-an.

Kemudian, cucu dari pemilik Gedung Linggarjati sebelumnya yaitu Jacobus Koos Johannes van Os pernah mampir untuk melihat bangunan yang pernah dipugar kakeknya itu.

Tokoh tersebut, lanjut Sutiyana, sempat menikah dengan Jatisem. Lalu pada 1921, gubuk reyot yang semula ditinggali Jatisem direnovasi menjadi bangunan semi permanen. Selain itu, Jacobus juga adalah direktur dan pemilik Technisch Burreau NV Elenbass Cirebon.

"Datangnya ke sini tuh karena keingintahuan bahwa orang tuanya sempat ke Linggarjati. Di antaranya ada yang membangun gedungnya, bahkan sempat dikasih tahu denah petanya. Kakek saya yang bangun ini," ujar Sutiyana.

Rata-rata para keturunan tokoh Belanda ini datang ke Linggarjati sebelum Pandemi COVID-19. Saat berkunjung, mereka sangat antusias dan merasa takjub karena gedung yang pernah disinggahi leluhurnya itu masih terawat sampai sekarang.

"Cerita menariknya itu, dia bangga. Dengan orang tua terdahulu menghasilkan dan memerdekakan negara ini. Walaupun di sisi lain ada campur tangan negara lain. Dia betah. Kemarin sempat datang ke sini juga. Dia sangat senang sekali adanya gedung ini," kataSutiyana.




(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork