Warga Kompak Jaga Tanah Leluhur di Kampung 'Matahari Kesiangan'

ADVERTISEMENT

Warga Kompak Jaga Tanah Leluhur di Kampung 'Matahari Kesiangan'

Yuga Hassani - detikJabar
Minggu, 04 Des 2022 13:00 WIB
Mata air di Kampung Heubeul Isuk, Soreang, Kabupaten Bandung
Mata air di Kampung Heubeul Isuk, Soreang, Kabupaten Bandung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Warga Kampung Heubeul Isuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung kompak dalam menjaga tanah leluhurnya. Mereka tidak ingin nantinya kampungnya tidak bisa dinikmati anak cucunya kelak.

Salah satu warga yang dituakan di Kampung Heubeul Isuk, Kaiman Toris (53) mengatakan semua masyarakat di Kampung Heubeul Isuk telah bersepakat untuk tidak menjual tanahnya ke orang lain. Apalagi hampir semua masyarakat tersebut semuanya satu saudara.

"Tanah di sini gak boleh di jual ke luar keluarga. Jadi peninggalan si kakek atau abah almarhum ada sekitar 13 hektar. Jadi kami juga sepakat untuk tidak menggunduli kampung. Makanya kita tidak akan kekurangan air," ujar Kaiman, saat ditemui detikJabar, Sabtu (3/12/2022).

Kaiman mengaku masyarakat Kampung Heubeul Isuk tidak pernah kekurangan air. Pasalnya sumber airnya hingga saat ini terus dijaga.

"Insyaallah pasokan air di kami tidak akan kekurangan. Soalnya di atas kita punya sumber air untuk kita sendiri," katanya.

Kampung Heubeul Isuk di Spreang, Kabupaten BandungKampung Heubeul Isuk di Spreang, Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Pihaknya menegaskan pohon-pohon yang ada di kampungnya tidak pernah ditebang. Sehingga hingga saat ini kampung tersebut masih terlihat asri.

"Iyah kami sangat menjaga kelestarian alam. Terus kami juga sepakat bahwa kampung ini jangan digunduli. Makanya di sini rindang dan adem. Kalau daerah ini digunduli, takutnya longsor, kurang air, kita juga yang repot kan," jelasnya.

Dia menyebutkan mata air di kampung tersebut selalu ditawari untuk dibeli oleh salah satu perusahaan air minum ternama di Indonesia. Namun warga kompak menolak keras sumber airnya dijual.

"Sumber air sempet akan dibeli sama A***, udah sering pada ke sini. Cuma kita sepakat tidak jual, ini buat anak cucu kita lah. Mereka sudah nawar hampir Rp 3 miliar lebih lah, tapi kita gak mau," ucapnya.

Kaiman menambahkan beberbagai sejarah terdapat di kampungnya. Hal tersebut diketahui berdasarkan keterangan dari sesepuh saat masih hidup.

"Di sini juga kata sesepuh dulu itu ada patilasan Prabu Siliwangi. Sehingga mungkin kampung di sini tidak pernah kekurangan air, dan sebagainya," pungkasnya.

(yum/yum)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT