Dua tumpukan batu dengan tinggi hampir 8 meter menjulang saling berhadapan, posisinya langsung menghadap ke laut lepas. Tidak jauh dari dua batu tersebut, terdapat sebuah panel bertuliskan UNESCO Geopark Ciletuh. Batu karut berada di kawasan hotel bersejarah, Grand Inna Samudera Beach Hotel (GISBH).
Dalam panel itu, tertulis kalimat "Kekar kolom (Batu Karut) terbentuk ketika lava atau abu vulkanik yang sangat panas perlahan menjadi dingin secara alami. Suhu pertama jatuh di permukaan lapisan abu panas di mana material terkena atmosfer, dan di dasar, di mana itu bersentuhan dengan permukaan yang lebih dingin", kutip detikJabar dari panel tersebut, Kamis (5/5/2022).
Masih dalam panel itu, tertulis bahwa dua batu itu dipercaya sebagai pintu gerbang bagi lautan untuk memasuki kerajaan bawah laut. Cerita itu dijelaskan dalam panel keterangan yang berada di dekat tumpukan batu. Dalam panel itu tertulis "Menguak Lanskap Budaya dari zaman batu sampai modern".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menarik di sini adalah bahwa dua balok batu ini terlihat seperti gerbang. Penduduk setempat percaya, itu adalah pintu gerbang bagi lautan untuk memasuki kerajaan di bawah lautan. Di sinilah nama "Palabuhanratu," berasal," tulis panel tersebut.
![]() |
Terlepas dari kisah tersebut, Batu Karut adalah peninggalan masa lampau yang kemudian dicatatkan UNESCO sebagai kawasan Geosite bagian dari Ciletuh Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGG). Sabur Hendriayana, Marketing Manager GISBH mengatakan posisi Batu Karut memang berada di kawasan GISBH.
"Batu Karut pada saat peresmian asesor UNESCO, posisinya ada di area Grand Inna Samudera Beach Hotel dan ditentukan disitu menjadi Geosite, identik dengan batu itu hampir sama dengan batu yang ada di Gunungpadang atau di daerah (Situs) Cengkuk sana," jelas Sabur.
Ramai Pengunjung
Sepanjang libur Lebaran, kawasan itu ramai dikunjungi wisatawan. Tidak sedikit juga dari mereka sekedar botram (makan bersama) sambil menatap keindahan teluk Palabuhanratu. Tidak sedikit juga dari wisatawan yang bermain air dan pasir bersama keluarganya.
Pihak hotel sendiri sudah mengantisipasi hal itu dengan tersebarnya papan larangan berenang. Antisipasi lainnya pihak hotel juga menyiagakan Life Guard untuk melakukan penjagaan di sekitar lokasi pantai di kawasan GISBH.
"Dari awal kita antisipasi, kita pasang plang peringatan larangan berenang. Namun namanya pengunjung datang ke pantai, imposible pengunjung main ke pantai tanpa menyentuh pasir atau air. Di satu sisi kita sebagai manajemen menjaga keselamatan pengunjung tamu kita yang datang ke sini, kita bekerja sama dengan lifeguard yang ada di Kabupaten Sukabumi," jelas Sabur.
"Lifeguard standby apalagi selama kesibukan liburan panjang ini, mereka tetap standby sampai jam 19.00 WIB," tambahnya
Tingkat Okupansi Tak Naik Signifikan
Meski tingkat kunjungan ke lokasi wisata Palabuhanratu terjadi kenaikan karena longgarnya aturan dan tidak ada penyekatan, hal itu tidak berpengaruh ke hotel yang digagas Presiden Soekarno pada tahun 1965 itu. Tingkat okupansi atau keterisian kamar hanya mencapai 60 sampai 65 persen.
"H + 1 sampai hari ini tingkat okupansi hotel memang tidak seperti tahun-tahun 2018 - 2019 dimana tidak ada Pandemi Covid sendiri, mungkin ada peningkatan kalau dibandingkan dengan tahun 2020-2021 saat masa pandemi. Nah di 2022 dari pemerintah sendiri ada kelonggaran apalagi tidak ada penyekatan, namun tingkat hunian belum maksimal, posisinya saat ini 60 - 65 persen okupansinya," jelas Sabur seraya menjelaskan ada 103 kamar yang disiapkan pihak GISBH.
![]() |
Meskipun ada kelonggaran aturan, pihak hotel tetap melaksanakan protokol kesehatan lengkap. Mulai dari pintu masuk hingga area kamar hotel.
"Prokes mengikuti regulasi pemerintah selalu mulai dari pintu masuk, tamu tidak pakai masker kita arahkan untuk memakai masker. Semuanya masih tetap anjuran dari pemerintah di tiap kamar juga harus steril, kita pasang stiker bahwa kamar sudah kita sterilkan," pungkasnya.
![]() |
(sya/ors)