Maen Jeung Getihna, Filosofi-Harapan untuk Persib dari Sukabumi

Maen Jeung Getihna, Filosofi-Harapan untuk Persib dari Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 02 Mei 2025 16:30 WIB
Selebrasi para pemain Persib Bandung.
Para pemain Persib Bandung. (Foto: Dok. PT LIB)
Bandung -

Di tengah riuh rendah Liga 1 musim ini, ada satu hal yang tetap menjadi pegangan bagi para bobotoh, yakni semangat juang yang tak pernah padam. Mereka tak hanya menuntut kemenangan, tapi juga ingin melihat para pemain turun ke lapangan dengan sepenuh hati.

Di kalangan Viking, dikenal satu filosofi yang menggambarkan harapan itu, 'maen jeung getihna' alias main dengan darah dan jiwa.

Muhamad Sultan Ikhwanurrahman, Koordinator Nobar dan Divisi Merchandise Viking Kerajaan Sukabumi, menyebut bahwa semangat tersebut sangat terasa di skuad Persib musim ini. Ia tak ragu menyebut sejumlah nama yang menurutnya telah menunjukkan loyalitas dan semangat tempur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau orang Bandung bilang Maen jeung Geutihna, kami berharap pemain tetap fokus dan mempertahankan pertahanan dengan baik, bisa mengunci gelar juara," katanya.

Sultan menyoroti penampilan Ciro Alves, Nick Kuipers, dan Gustavo Franca yang dianggap sebagai pondasi pertahanan Persib. "Nick dan dua centre back itu sangat kokoh. Itu loyalitas," ujar Sultan.

ADVERTISEMENT

Bagi para bobotoh, loyalitas bukan sekadar bertahan di klub, tapi memperlihatkan dedikasi total di lapangan. Mereka menilai pemain dari bagaimana ia mengejar bola, bertahan mati-matian, dan saling menutup lini. Tackle-tackle bersih, keberanian menyundul bola dalam duel udara, dan konsistensi menjaga formasi menjadi hal yang diamati dengan takzim.

Mbith Irvan, Ketua Viking Palabuhanratu, menambahkan bahwa musim ini adalah bukti bahwa Persib tak hanya punya strategi, tapi juga semangat tempur. "Saya lihat di banyak momen, pemain rela jatuh-bangun. Nggak cuma ngejar bola, tapi ngejar kehormatan klub. Itu luar biasa," tuturnya.

Dalam budaya bobotoh, filosofi "maen jeung geutihna" diwariskan dari generasi ke generasi. Ia hadir dalam spanduk, dalam nyanyian, bahkan dalam doa sebelum pertandingan.

Sebuah pengingat bahwa Persib bukan hanya klub sepak bola, tapi perpanjangan dari identitas kolektif masyarakat Jawa Barat.

Momen Tak Terkalahkan, Saat Persib Tak Tunduk pada Raksasa

Di antara laga-laga yang paling membekas bagi bobotoh musim ini adalah saat Persib menghadapi dua lawan tangguh: Persija Jakarta dan Bali United. Tak sekadar pertandingan biasa, dua laga itu adalah medan pertempuran harga diri.

"Persib tidak kalah dari Persija dan tidak kalah dari Bali United. Itu momen paling berkesan musim ini," kata Sultan. Ia mengingat bagaimana Persib berhasil mencuri hasil imbang di Bali dan kemudian menang di Bandung. "Itu luar biasa. Bali tim besar yang biasanya susah kita taklukkan," imbuh dia.

Rivalitas dengan Persija pun punya nuansa tersendiri. "Laga lawan Persija itu selalu panas, dan kita bisa jaga harga diri. Itu penting," tambahnya. Saat hasil diumumkan, nobar di Sukabumi seketika meledak oleh euforia. Para bobotoh menangis, bersorak, dan memeluk satu sama lain dalam rasa bangga.

Terpisah, Mbith Irvan mengamini pernyataan itu. "Determinasi pemain itu tinggi. Mereka main total. Bantu rekan-rekannya, bukan cuma cari gol. Kita bangga dengan itu," ujarnya. Ia juga memberi apresiasi pada David da Silva yang dianggap tetap memberi kontribusi meski usianya terus menua.

(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads