Ketua Umum Viking Persib Club (VPC) Tobias Ginanjar merespons kericuhan yang terjadi pada laga imbang Persija vs Persib di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, Minggu (16/2/2025). Selain menyayangkan insiden itu, Tobias mengajak bobotoh tidak membalas kejadian ini sekaligus meminta supaya memutus rantai kebencian antarsuporter di Indonesia.
Pernyataan ini Tobias sampai melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya. Tobias pun mengawali dengan menyinggung tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022 silam yang merenggut nyawa 135 orang.
"Yang pertama, tentunya saya sangat menyayangkan dan menyesali terjadinya banyak insiden di pertandingan kemarin. Apalagi kalau kita berkaca pada putaran pertama di Bandung, walaupun tensi pertandingan sangat tinggi, ada dua kartu merah saat itu, tapi tidak ada pelemparan sama sekali kepada tim Persija. Bahkan keberangkatan maupun kepulangan dari hotel, pemain Persija aman, tidak ada gangguan, dan bisa pulang dengan selamat," kata Tobias dalam unggahannya sebagaimana dikutip detikJabar, Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu sangat disayangkan juga banyak aksi kekerasan yang terjadi, walaupun tentunya saya juga tidak bisa membenarkan banyaknya bobotoh yang tetap memaksakan datang, itu tetap salah. Tapi saya rasa, jalan kekerasan juga bukan solusi untuk mengatasi hal-hal tersebut. Apalagi kalau kita berkaca bahwa kita sudah berkampanye menuju rivalitas yang sehat. Momentum Kanjuruhan seharusnya menjadikan pembelajaran bagi kita untuk menciptakan rivalitas yang semakin sehat," tambahnya.
Tobias mengatakan, meski tensi pertandingan begitu panas, seharusnya rivalitas yang terjadi masih dalam batas koridor. Tapi kemudian, secara pribadi, ia menyesalkan banyak timbul korban, salah satunya seorang bapak-bapak disabilitas berjersey Persib yang jadi sasaran amukan massa.
"Kita tahu kemarin ramai viral di stasiun ada bapak-bapak yang kemudian diketahui ternyata berkebutuhan khusus bernama Bapak Iwan. Dia dipukuli karena dia memakai baju Persib, padahal stasiun itu adalah fasilitas publik yang saya rasa semua orang berhak untuk berada di stasiun selama dia mengikuti aturan yang berlaku," ungkapnya.
"Tapi dia dipukuli. Dan banyak kejadian-kejadian lainnya yang tentunya menurut saya ini di luar batas-batas kewajaran. Seperti ada yang di sosial media ramai, walaupun perlu pembuktian, ada dugaan pemerasan, lalu ada dugaan perundungan sebelum pertandingan berlangsung," tambahnya.
Tobias meminta kebencian seperti ini harus segera diputus oleh bobotoh maupun the Jakmania. Tobias menginginkan tidak timbul aksi balasan supaya kekerasan serupa tidak terulang di masa mendatang.
"Bagaimana pun rantai kebencian ini harus diputus. Oleh karena itu saya meminta dan memohon kepada Kepolisian Republik Indonesia, dalam hal ini lewat Polda Metro Jaya dan Polres Bekasi untuk bisa mengusut kejadian-kejadian yang terjadi, terutama yang di stasiun agar ada efek jera dan pembelajaran bahwa rivalitas itu harus tetap berada di koridor yang berlaku," katanya.
"Dan saya juga mengimbau kepada bobotoh semua untuk tetap menahan diri, tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Kita buktikan bahwa bobotoh itu adalah kumpulan orang-orang yang berada, kumpulan orang-orang yang bisa belajar dari kesalahan. Dan mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi dimanapun dan kapanpun."
"Sekali lagi, saya menyayangkan walaupun tidak membenarkan juga adanya bobotoh yang memaksakan hadir di sana. Tapi tentunya, jalan kekerasan bukanlah jalan terbaik yang bisa kita pilih. Oleh karena itu, ayo kita lawan secara bersama-sama praktik-praktik kekerasan di suporter sepakbola, kita putus rantai kebencian ini dari mulai diri kita sendiri," tutupnya.
(ral/sud)