Persib Bandung saat ini kokoh memuncaki klasemen Liga 1 2024/2025. Hingga pekan ke-21, skuad Pangeran Biru sudah mengoleksi 46 poin dan memperlebar jarak dari dua pesaing terdekat, Persija Jakarta dengan 39 poin hingga Persebaya Surabaya dengan 38 poin.
Dengan capaian itu, Persib tentunya berpeluang untuk menorehkan back to back juara Liga 1 2024/2025. Maung Bandung hanya perlu konsisten di setiap pertandingan supaya ambisi itu bisa tercapai.
Namun kemudian, saat ini muncul kondisi yang bisa saja mengganggu perjalanan Persib menuju tangga juara. Salah satunya tentang fenomena fanatisme berlebihan yang akhirnya berpotensi merusak rencana target back to back juara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapat ini disampaikan pengamat Persib, Indra Jaya. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Indra turut menyinggung tentang kondisi Persib sekarang dengan dikomparasikan pada Liga 1 musim 2018 silam.
Di tahun itu, Persib besutan pelatih Mario Gomes sempat menyegel status juara paruh musim. Tapi kemudian, Persib menjadi terjungkal di tengah jalan dan akhirnya menutup kompetisi dengan finish di peringkat keempat.
Satu tragedi yang paling membekas di musim tersebut adalah meninggalnya Haringga Sirla, seorang suporter Persija yang nekat datang ke Stadion GBLA. Pada pertandingan pekan ke-23 di tanggal 23 September 2018, nyawa Haringga melayang setelah menjadi korban pengeroyokan sejumlah oknum suporter tuan rumah.
"Musim 2018, banyak yang beranggapan jika Persib digembosi pihak lain. Tapi harus kita sadari juga, jika mungkin iya digembosi, itu karena ada momen mereka untuk melakukan hal itu," kata Indra Jaya, Selasa (4/2/2025).
"Hal itu jangan terjadi di musim ini. Karena secara teknis, Persib sedang dalam kondisi baik. Faktor nonteknis lah yang dikhawatirkan bisa membuat Persib jatuh dari puncak klasemen," ucapnya menambahkan.
Hingga kemudian, setelah tragedi ini, Persib harus terusir dari kandangnya di Stadion GBLA. Persib kemudian sempat bermarkas ke Stadion Batakan, Balikpapan hingga ke Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Kekalahan demi kekalahan pun harus Persib rasakan. Imbasnya, para punggawa Persib di musim tersebut seakan tak bergairah mengejar gelar juara hingga terlempar ke posisi keempat di akhir kompetisi liga.
Kekhawatiran Indra ini pun ia sampaikan bukan tanpa alasan. Sebab belum lama ini, Persib baru mendapat sanksi denda Rp 75 juta dari Komdis PSSI akibat ulah bobotoh yang melanggar aturan away dan penyalaan flare pada pertandingan tandang melawan Arema FC di Stadion Soepriadi, Blitar, Jumat (24/1/2025).
Meski tak sedikit yang menganggap sanksi ini sepele, tapi bagi Indra, kondisi ini tak bisa diabaikan begitu saja. Selain masalah badai cedera yang bisa mengganggu target back to back juara, perilaku buruk dari suporter pun bisa berpotensi menjegal perjalanan Persib musim ini.
"Sebetulnya hal-hal seperti itu juga sudah ada, sudah hinggap di Persib. Tapi hal nonteknisnya berasal dari badai cedera pemain, itu termasuk nonteknis. Cuma yang ditakutkan bukan cuma itu, tapi adanya hal yang berpengaruh performa pemain, seperti tanpa penonton nantinya kalau melakukan pelanggaran," ungkapnya.
"Terus yang ditakutkan itu ya partai usiran. Kalau tanpa penonton, asalkan di Bandung, menurut saya itu enggak masalah. Tapi kalau harus berpindah-pindah venue, itu bakal menguras kebugaran pemain dan mood pemain. Jadi lebih ditakutkan partai usiran dibanding tanpa penonton tapi tetep di GBLA," tuturnya.
Lantas, apa yang perlu dilakukan? Indra mengatakan, mulai dari sekarang, kelompok bobotoh harus lebih dewasa dalam mendukung Persib. Bagaimana pun, aturan adalah aturan yang wajib dijalankan dan tak boleh dilanggar supaya tidak menimbulkan dampak yang bisa merugikan tim kebanggaan.
"Untuk Persib, saya sering melihat postingan,kalau away ada imbauan bobotoh tidak datang untuk menonton di pertandingan away. Flare juga begitu, sudah beberapa tahun aturannya tidak boleh bawa, tidak boleh menyalakan flare," katanya.
"Kemarin juga saya sempat lihat ada yang menyalakan flare, tapi hanya beberapa detik saja. Sebagian bobotoh kemudian saling mengingatkan jangan sampai dibiarkan, makanya hanya beberapa detik aja. Ini kan menunjukkan kalau bobotoh udah paham efeknya," ungkapnya.
"Jadi kedewasaan bobotoh sudah mulai terlihat, walaupun masih ada segelintir yang kita bisa bilang oknum. Karena kalau Persib hanya bisa mengimbau menurut saya. Jadi jangan sampai kecintaan itu tanpa kita sadari justru merugikan Persib. Tetep harus mengedepankan akal sehat, jangan sampai menimbulkan fanatisme buta menurut saya," pungkasnya.
(ral/yum)