Sejumlah masalah masih menghantui sepakbola Indonesia. Teranyar, terjadi tiga kerusuhan suporter hanya dalam kurun 15 hari.
Kasus terbaru terjadi saat PSIS Semarang memetik kemenangan atas PSS Sleman. Dalam pertandingan di Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu (3/12/2023), Laskar Mahesa Jenar menang 1-0 berkat gol dari Carlos Fortes via titik putih.
Pada masa injury time babak kedua, ada suporter yang masuk ke lapangan. Terjadi keributan di tribune barat stadion. Ada aksi saling lempar di tribune. Pendukung PSIS bersitegang dengan kelompok pendukung PSS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, di Liga 1 musim ini, sudah ada larangan suporter untuk melakukan away day. Keputusan PSSI itu diambil sebagai ekses dari tragedi Kanjuruhan.
Dikutip dari detikSport, pada akhir pekan sebelumnya, pertandingan Dewa United dengan Persib Bandung juga ricuh. Di Stadion Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, aparat kepolisian juga terlibat gesekan dengan suporter.
Kericuhan di luar area stadion itu terjadi karena suporter Persib memaksa masuk, tapi dihalau oleh pihak keamanan. Lemparan batu pun dilakukan oleh suporter, pada prosesnya ada 25 orang yang ditangkap karena kerusuhan itu.
Akibat peristiwa itu, ada sebanyak 12 orang terluka. Rinciannya, sebanyak delapan orang dari pihak kepolisian, empat lainnya dari pihak suporter.
Dalam laga itu, Persib akhirnya memetik kemenangan 5-1 atas Dewa United. Ciro Alves mengemas hat-trick, sementara David Da Silva membukukan brace.
Tak cuma di Liga 1, kerusuhan juga terjadi di Liga 2. Gresik United vs Deltras di Gelora Joko Samudro yang tercoreng dengan aksi kekerasan.
Pada 19 November 2023, Gresik United kalah 102 dari Deltras. Suporter hendak melakukan protes ke manajemen Laskar Joko Samudro.
Kericuhan terjadi di luar Gelora Joko Samudro, pihak kepolisian ingin membubarkan kerumunan suporter. Kericuhan pecah setelah ada lemparan batu.
Akibat dari kericuhan itu, ada sebanyak 11 polisi yang terluka dan 17 suporter yang terluka. Salah satu akibat dari kerusuhan di Gresik adalah tertundanya pertandingan Persebaya Surabaya vs PSIS.
Maraknya kerusuhan suporter ini seakan stakeholder sepakbola Indonesia tak belajar dari tragedi Kanjuruhan. Pada Oktober 2022, ada 135 nyawa melayang di stadion usai laga Arema FC melawan Persebaya.
Ratusan korban jiwa itu membuat Indonesia tak membuat suporter belajar, setidaknya untuk menciptakan rasa aman di stadion.
Founder Save Our Soccer, Apung Widadi, meminta masyarakat sepakbola Indonesia agar lebih dewasa. Hal itu agar tercipta iklim kondusif di sepakbola di tanah air.
Apalagi, Indonesia sedang dalam upaya untuk transformasi sepakbola. FIFA sampai berkantor di Indonesia untuk usaha itu.
"Saya sedih. Belum lama sejak tragedi Kanjuruhan, dalam 15 hari terakhir terjadi 3 kerusuhan suporter saat Liga 1. Kejadian ini menggambarkan seolah olah kita tidak belajar dari 135 nyawa yang melayang karena kerusuhan sepakbola di Indonesia," kata Apung kepada detikSport.
"Sudah saatnya suporter Indonesia harus lebih Dewasa. Pertama, dengan cara menaati aturan yang sudah ada: yaitu jangan away. Tidak harus datang ke lapangan saat way karena sudah banyak platform lain, televisi, video online dll. Kedua, perbaiki komunitas dan pribadi suporter dengan budaya suporter cinta damai, apapun hasilnya tim kesayangan: itu adalah hiburan. Menang kalah harus damai. Ingat: nyawa lebih penting dari sepakbola."
"Dari sisi penyelenggara Liga, ini harus jadi perhatian. Harus tegas menegakkan aturan suporter Away. Pertama, Mulai dari penjualan tiket harus dibeli oleh jalur resmi kelompok dan jangan dijual ke suporter away. Kedua, sanksi tegas. Tidak hanya hukuman uang 50-100 juta. Namun bersifat mutlak: contoh bagus saat pertandingan liga 3 antara PPSM Magelang vs Banyumas bulan November lalu. Komdis menghukum kedua tim didiskualifikasi. Ini bagus sekali harus diapresiasi. Bahkan diterapkan di Liga 1 dan Liga 2. Klub manapun yang melanggar harus diskualifikasi."
"SOS mengajak kepada suporter, Panpel dan penyelenggara sebagai masyarakat sepakbola Indonesia untuk mawas diri. Menjaga diri dari segala bentuk kekerasan. Lebih dewasa dalam mendukung tim sepakbola kita. Agar kompetisi kondusif, dan peningkatan prestasi dapat tercapai menjadi liga terbaik di Asia. Walaupun usaha ini akan sangat panjang berhasil sampai kapan: tapi kita harus komitmen bersama mulai saat ini," kata dia menambahkan.
Artikel ini telah tayang di detikSport dengan judul Sepakbola Indonesia: Dalam 15 Hari, Ada 3 Kerusuhan Suporter