Bobotoh memboikot laga Persib Bandung melawan Dewa United di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Jumat (14/7/2023). Mereka bakal melakukan aksi 'Menepi Sejenak'.
Aksi yang digagas Viking Persib Club itu tentunya bakal menjadi syok terapi bagi manajemen. Dalam aksi menepi sejenak dari stadion itu, Viking menyoroti empat hal yang dinilai merugikan suporter.
Ketua Umum Viking Persib Club Tobias Ginanjar Sayidina mengatakan, aksi menepi sejenak merupakan hasil kesepakatan bersama antar bobotoh. Tobias pun tak memaksa bobotoh lainnya yang tak sepakat dengan aksi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, aksi menepi sejenak merupakan bentuk kekecewaan bobotoh terhadap beberapa kebijakan manajemen. Dari mulai harga tiket, tiket komunitas, dan pelarangan untuk membawa konsumsi di stadion.
"Harga tiket Persib salah satu yang termahal di antara kkub-klub lain di Indonesia. Sebenarnya bobotoh sudah terbiasa dengan harga tiket mahal, namun sayangnya saat ini tidak diimbangi oleh perbaikan kenyamanan fasilitas," kata Tobias, Rabu (12/7/2023).
Tobias mengatakan Viking sejatinya tak menuntut soal fasilitas di stadion. Namun, ia mendesak agar fasilitas dasar seperti toilet dan musala bisa berfungsi layak.
"Terkait alasan karena GBLA belum diserahterimakan ke Persib, menurut saya kurang bisa diterima karena untuk sekdar membersihkan, memasang lampu dan mempernyaman. Itu sudah pernah dilakukan teman-teman Viking Frontline sebelumnya tanpa harus ada proses birokrasi serah terima," kata Tobias.
Kemudian, Tobias juga menyoroti soal premi asuransi bagi penonton yang membeli tiket. Kondisi demikian bisa meringankan penonton ketika ada kecelakaan atau kejadian yang tak diinginkan di stadion.
Lebih lanjut, Tobias menerangkan soal sistem pembelian tiket online. Di mana proses verifikasi memakan waktu yang lama. Bahkan, lanjut dia, timbul masalah baru yang menyulitkan bobotoh membeli tiket.
"Ini menimbulkan masalah baru karena sistem verifikasinya masih manual sehingga banyak persoalan beragam, tidak ada standariasasi waktu verifikasi, KTP tidak terbaca, dan penolakan verifikasi," ucap Tobias.
"Isu lainnya adalah pembelian tiket komunitas yang harus dilakukan individu lewat aplikasi. Selain tidak berfungsinya peran komunitas, skema ini menjadi masalah baru karena komunitas (terutama yang di luar kota), dipastikan berangkat rombongan. Sehingga pembelian tiket kolektif akan memudahkan mereka untuk berkordinasi dan berkoordinasi dengan para anggotanya," katanya.
Terkahir, Tobias menyoroti soal pelarangan membawa minum dan makanan di stadion. Tobias mengatakan bobotoh memiliki kondisi ekonomi yang berbeda. Tak jarang juga bobotoh membawa bekal ke stadion karena ongkos yang pas-pasan.
"Selain itu, menonton persib di stadion merupakan wadah silaturahmi sesama bobotoh, sebagian bobotoh memiliki tradisi botram untuk mewarnai silaturahmi tersebut," katanya.
"Namun ada hal lucu di musim ini, yaitu penonton tidak boleh membawa makanan dan minuman masuk ke stadion, alasannya adalah karena makanan dan minuman sering digunakan sebagai media untuk menyelundupkan flare. Kita sepakat flare adalah benda yang dilarang di stadion (tertuang di regulasi). Namun bukan berarti juga melarang benda lainnya yang sebenarnya tidak dilarang di regulasi untuk masuk ke stadion," kata Tobias menambahkan.
Tobias mengatakan harusnya manajemen hanya memperketat pemeriksaan agar flare tak bisa masuk stadion. Manajemen berhak memang menyita barang-barang yang dilarang dalam regulasi.
"Jadi, bukan mengharamkan semua yang sebenarnya tidak dilarang regulasi," katanya.
Tobias menegaskan aksi menepi sejenak ini bukan bermaksud untuk meninggalkan Persib. Ia mengatakan Viking selalu setia untuk Persib sejak 30 tahun lalu.
"Walaupun raga ini tidak hadir di GBLA, doa kami selalu mengiringi perjuangan para pemain Persib. Terkait sikap kami, dan yang berbeda sikap. Saya berharap semua harus saling menghargai dan saling mendoakan," ucap Tobias.
(sud/mso)