Penyebab Manchester United dan Liverpool Dijual

Soccer Update

Penyebab Manchester United dan Liverpool Dijual

Tim detikSport - detikJabar
Rabu, 25 Jan 2023 18:30 WIB
LEEDS, ENGLAND - APRIL 19: A detailed view of the Premier League logo on the sleeve of Andrew Robertson of Liverpool shirt during the Premier League match between Leeds United and Liverpool at Elland Road on April 19, 2021 in Leeds, England. Sporting stadiums around the UK remain under strict restrictions due to the Coronavirus Pandemic as Government social distancing laws prohibit fans inside venues resulting in games being played behind closed doors. (Photo by Lee Smith - Pool/Getty Images)
Ilustrasi (Foto: Getty Images/Pool)
Jakarta -

Manchester United dan Liverpool dikabarkan sedang mencari pemilik baru. MU saat ini sedang didekati oleh INEOS yang dipimpin miliarder Inggris, Jim Ratcliffe. Sementara Liverpool sedang melakukan pembicaraan dengan konsorsium gabungan Qatar-Arab Saudi.

Dilansir detikSport, pakar keuangan menilai langkah itu diambil demi bisa bersaing dengan klub yang didukung dana melimpah dari Timur Tengah.

Contohnya Liverpool. The Reds membutuhkan kucuran dana segar untuk mendapatkan para pemain baru dengan label bintang. Sebagai bukti Liverpool kini tercecer di papan tengah Liga Inggris dan berpotensi absen di Liga Champions musim depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika gagal lolos ke Liga Champions musim depan, tentunya masalah keuangan akan berpotensi terjadi di The Reds.

Lisa Neirotti dari George Washington University School of Business kepada Reuters mengatakan bahwa dua klub tersebut sedang putus asa mencari uang tambahan. Para pemilik MU dan Liverpool paham mereka hanya bisa untung jika ada saham yang dilepas.

ADVERTISEMENT

"Tantangan untuk siapapun yang ingin membeli klub, baik perorangan ataupun perusahaan, adalah mereka akan bersaing melawan tim yang didanai oleh negara, seperti Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Newcastle United," ujar Neirotti.

"Pemilik saat ini membutuhkan kucuran dana demi bisa membiayai transfer pemain dan juga beban gaji. Menjalankan klub olahraga tak menghasilkan uang, kecuali kamu menjualnya."

"Memang benar kamu mendapat uang dari Premier League, hak siar, dan juga sponsor, tapi kamu juga harus menanam modal untuk menjaga kualitas tim," jelas Neirotti.

Klub-klub yang disokong dana Timur Tengah itu memang tak ragu dalam mengeluarkan uang. PSG contohnya, berani menebus biaya transfer Neymar sampai lebih dari 200 juta Euro pada 2017, rekor transfer yang masih bertahan sampai saat ini.

Newcastle United sejak diakuisisi konsorsium Arab Saudi pada 2021 pelan-pelan naik kasta menjadi tim papan atas Liga Inggris. The Magpies yang tadinya bersaing di papan bawah, kini masuk dalam bursa kandidat juara.

"Qatar berinvestasi di PSG dan telah mengumpulkan bintang-bintang macam Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe," ujar CEO & co-founder CLV Group, Neil Joyce.

"Pemilik MU dan Liverpool saat ini tak punya dana untuk bersaing dan berinvestasi di level yang sama dengan klub-klub (Timur Tengah) tersebut," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di detikSport. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads