Seorang bocah asal Garut, Miraj Rizky Sulaeman menjadi pemain terbaik di ajang Singa Cup 2022, usai mengantar timnya melaju ke babak final kompetisi sepak bola anak usia dini.
Kabar prestasi yang diraih ABG berusia 13 tahun tersebut, dibenarkan oleh sang ayah, Waskandar, saat berbincang dengan detikJabar di Garut belum lama ini. "Anak saya ikut di tim kelompok usia 14 tahun. Turnamen ini digelar bulan November di Singapura," kata Waskandar.
Miraj diketahui mengikuti turnamen sepak bola Singa Cup 2022 di Singapura, bersama timnya Adhyaksa Farmel FC. Miraj dan tim B Farmel FC, tergabung di Grup D turnamen itu. Satu grup dengan Diklat Merden Indonesia, Anusorn FC Thailand, Arayat FC Filipina, dan EJC Westwood Singapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di babak penyisihan, Miraj mampu membawa Farmel menjadi juara grup dengan catatan yang fantastis. Mereka menyapu bersih seluruh laga dengan kemenangan dan berhasil mencetak 14 gol.
Usai menjadi juara Grup D, Miraj kemudian membawa Farmel FC menghadapi lawan-lawan selanjutnya di babak 8 besar, semifinal hingga ke partai pamungkas. Namun sayang, Miraj dan kawan-kawan harus takluk dari para seniornya, tim A Adhyaksa Farmel FC, dengan skor 2-1. "Total anak saya mencetak 7 gol dalam turnamen Singa Cup," katanya.
Kendati kalah di partai final, penampilan apik Miraj selama kompetisi bergulir membawanya menjadi pemain terbaik dalam turnamen tersebut. Hal tersebut, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Miraj dan keluarga. "Sebagai orang tua, tentunya jelas merupakan sebuah kebanggaan. Apalagi untuk kami, yang berasal dari kampung," kata Waskandar.
Miraj sendiri kini bermukim di Jakarta untuk terus mengasah bakat sepak bolanya. Waskandar berharap agar anaknya itu bisa menjadi 'pengatur serangan' yang andal di persepakbolaan tanah air kelak. "Doa terbaik untuk anak kami. Kebanggaan bagi keluarga dari pedalaman Garut," kata Waskandar.
Jalan Terjal dalam Berlatih Sepak Bola
Di usianya yang baru menginjak 13 tahun ini, karir Miraj menemui jalan yang terjal sebelum bisa menjadi dikenal seperti sekarang. Di tengah karir yang baru seumur jagung, Miraj harus susah-payah merangkak menuju puncak kesuksesan. Menurut Waskandar, hal tersebut terjadi karena dia berasal dari pelosok Kabupaten Garut. Miraj diketahui berasal dari Kecamatan Cikajang. Sejak kecil, dia mengasah kemampuan mengolah si kulit bundar di kampung halaman.
Sang ayah yang menyadari bakat emas anaknya, tak ingin berhenti sampai di situ. Miraj kemudian diajaknya mengikuti beragam kompetisi sepak bola anak usia dini di luar kota. Masalahnya, adalah jarak yang terlampau jauh. "Setiap Minggu harus bolak-balik Jakarta," katanya.
Kondisi itu tak didukung dengan ekonomi keluarga. Waskandar dan istrinya, Nunung hanya guru yang mengabdi di sekolah, di Garut. Gaji mereka, tak cukup mengantar sang anak bermain bola di luar kota. "Makanya tidak jarang kami pinjam uang sana-sini demi si bungsu (Miraj)," ucap Waskandar.
Di tengah keterbatasan itu, Miraj tetap tekun berlatih sepak bola, di bawah tempaan beberapa pelatih, termasuk empat orang kakaknya yang juga gila bola. Proses memang tak pernah mengkhianati hasil. Perjuangan Miraj dalam meraih mimpinya, mulai menemui titik terang kala dipercaya untuk bergabung dengan akademi Adhyaksa Farmel FC, klub asal Tangerang, yang kini berlaga di Liga 3 Nasional.
"Alhamdulillah mendapat beasiswa. Jadi semuanya ditanggung tim. Sekarang Miraj juga menetap dan bersekolah di Tangerang," kata Waskandar.