Persib Bandung menjadi salah satu tim di Liga 1 2022/2023 dengan jumlah penonton laga kandang paling sedikit.
Dari catatan detikJabar, tiga pertandingan kandang yang dimainkan Persib di Stadion GBLA rata-rata penonton yang hadir hanya di angka 5-7 ribu orang.
Di laga kandang pertama melawan Madura United pada Sabtu (30/7), penonton yang datang hanya sebanyak 5.410 orang. Kemudian di laga kandang kedua melawan PSIS Semarang pada Sabtu (13/8), penonton hanya berjumlah 5.358 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terakhir di laga kandang menghadapi Bali United pada Selasa (27/8), penonton yang datang sedikit bertambah yakni 7.927 orang.
Padahal di setiap pertandingan kandangnya, Persib menyediakan tiket sebanyak 26.000 lembar. Dari tiga laga kandang, kurang dari 25% tiket yang terjual.
Banyak yang mengatakan minimnya penonton yang datang ke stadion saat Persib bertanding disebabkan oleh aksi boikot dari komunitas Bobotoh. Mereka mengeluhkan sistem penjualan tiket yang diterapkan manajemen Persib.
Seperti diketahui, penjualan tiket laga kandang Persib dilakukan secara online. Selain itu, penonton juga diwajibkan harus sudah melakukan vaksin booster dengan menyertakan NIK.
Setelah itu, penonton yang sudah melakukan pembayaran harus menukarkan tiket elektronik dengan tiket fisik berbentuk gelang di lokasi yang telah ditentukan.
Merespon minimnya penonton yang datang ke stadion, PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) akhirnya buka suara. Direktur PT PBB Teddy Tjahjono mengungkapkan alasan manajemen menerapkan sistem penjualan tiket sedemikian rupa.
Menurut Teddy, syarat wajib booster yang diberlakukan dalam penjualan tiket merupakan bentuk komitmen Persib mendukung program pemerintah.
"Ada faktor paling besar, kita mensyaratkan booster sedangkan tingkat booster di Bandung baru 38-40%. Kita ikut aturan Kemendagri kemudian Perwalkot, PT LIB, semua masyarakat harus booster dan kita ikuti," kata Teddy, Rabu (31/8/2022).
Selain itu, soal penukaran tiket elektronik dengan tiket gelang menurut Teddy merupakan hasil evaluasi manajemen yang berawal dari insiden meninggalnya dua Bobotoh di ajang Piala Presiden beberapa bulan ke belakang.
"Bahwa sistem yang sekarang kita lakukan dengan modifikasi menukar tanda gelang ini adalah hasil evaluasi setelah terjadi musibah di Piala Presiden. Koordinasi dengan keamanan dibuat sistem sekarang ada penukaran gelang kemudian penukaran harus memperlihatkan KTP fisik," ujarnya.
"Setelah menerima gelang pada saat masuk (Stadion) Gedebage akan di skrining, ring 3 ada skrining, tujuan utama faktor keamanan," ungkapnya.
Meski minim jumlah penonton namun Teddy mengungkapkan jika dari tiga pertandingan kandang yang sudah dimainkan, banyak pihak yang mengatakan keamanan menonton pertandingan Persib di GBLA menjadi lebih terjamin.
"Kemudian kenyamanan 3 kali pertandingan itu banyak penonton kemudian enak ya sekarang jadi nyaman meski harus tukar (tiket), situasi terkontrol dan nyaman, sebelumnya banyak penonton tak bertiket datang ke stadion," jelasnya.
Teddy juga mengatakan manajemen selalu berkomunikasi dengan komunitas Bobotoh soal sistem tiket yang saat ini diberlakukan. Menurutnya keinginan komunitas agar ticketing bisa kolektif khusus untuk mereka dikhawatirkan dapat membuka lagi celah yang saat ini sudah mulai bisa ditutupi.
"Sering diskusi sistem tiket sama komunitas. Bahwa yang terjadi itu apabila dikolektif, bisa membuka celah lagi. Ayo sama sama kerja sama kalo mau nonton ya ikuti aturan," tegasnya.
Teddy yakin upaya manajemen untuk menertibkan tiket dan penonton itu akan berhasil. Bahkan ia menyebut saat ini hal itu perlahan tapi pasti mulai menunjukkan hal positif dengan semakin bertambahnya penonton di stadion.
"Jumlah penonton meningkat terus, melawan Bali (United) hampir 8.000 udah naik terus. Artinya ini suatu proses harus kita jalani karena buat keamanan dan kenyamanan bersama," ujar Teddy.
(bba/iqk)