Persib Bandung jadi salah satu klub sepakbola Indonesia yang memiliki basis suporter paling fanatik. Menamakan diri sebagai bobotoh, suporter Persib tidak hanya ada di Kota Bandung dan Jawa Barat saja, tapi juga menyebar ke seluruh pelosok tanah air hingga mancanegara.
Bobotoh memang dikenal sangat fanatik dan loyal mendukung klub berjuluk 'Maung Bandung'. Pertandingan Persib tak pernah sepi penonton. Bobotoh akan selalu memenuhi stadion tempat Persib bermain dengan mengenakan pakaian serba biru.
Lalu bagaimana sejarah terbentuknya bobotoh yang menjadi suporter fanatik Persib Bandung?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merangkum dari berbagai sumber, bobotoh berasal dari istilah Bahasa Sunda yang dalam kamus R. Satjadibrata (2011) memiliki makna 'orang yang menghidupkan semangat kepada orang yang hendak berkelahi (atau binatang yang hendak diadu), suporter'.
Awalnya bobotoh mempunyai makna luas yang dikarenakan perkelahian atau persaingan menjadi pemenang, bukan hanya dalam dunia sepakbola.
Sebelum ada Persib, pada 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Sejak itu, istilah bobotoh sudah banyak dipakai karena di dalam menjalani pertandingan, BIVB mendapat dukungan langsung dari orang yang datang ke stadion.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada 14 Maret 1933 kedua klub itu sepakat melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib yang diketuai Anwar St. Pamoentjak.
Fanatisme bobotoh untuk memberi dukungan kepada Persib diawali saat Persib meraih gelar juara kompetisi perserikatan untuk pertama kalinya pada 1937. Saat itu Persib mengalahkan Persis Solo dengan skor 2-1 pada partai puncak di Stadion Sriwedari, Solo.
Pada momen itulah banyak bobotoh yang datang ke Solo untuk mendukung Persib secara langsung. Begitu tim juara itu tiba di Bandung, bobotoh juga menyambut dan dimulailah tradisi konvoi juara.
Pada laporan media massa khusus olahraga yang diterbitkan oleh Oto Iskandar di Nata pada 1937, bobotoh sudah hadir mendukung Persib di Lapangan Tegalega Bandung.
Bobotoh sempat mencuri perhatian dunia karena memenuhinya Stadion Utama Senayan, Jakarta pada 1986. Di kompetisi perserikatan itu, ratusan ribu bobotoh jadi saksi saat Persib juara mengalahkan Perseman Manokwari 1-0.
Di tahun 1990, nama bobotoh mulai dipopulerkan oleh media-media cetak nasional. Bobotoh juga mulai berkembang dan membentuk kelompok-kelompok kecil di Stadion Siliwangi.
Pada akhir 90-an, bobotoh banyak meniru cara mendukung suporter luar negeri seperti di Inggris atau Italia mulai dari membentuk sebuah kelompok hooliganisme, penampilan, flare, smoke bomb dan sebagainya.
Hingga saat ini setidaknya beberapa kelompok bobotoh yang terus eksis untuk mendukung Persib Bandung. Kelompok itu yakni Viking Persib Club (VPC), Bomber (Bobotoh Maung Bandung Bersatu), La Curva Pasundan (LCP), Flowers City Casuals (FCC), Bobotoh Maung Bandung Sajati (The Bombs).
Tiap kelompok tentunya memiliki ciri khas masing-masing mulai dari nyanyian di dalam stadion hingga gaya berbusana.
(bba/tey)