Mayoritas pencinta Persib Bandung biasanya akan mengenal sosok Didi Mainaki. Dia adalah seorang reporter senior di Radio Republik Indonesia (RRI) yang legendaris.
Di saat bersamaan, ia juga seorang stadium announcer atau publik kerap menyebutnya sebagai MC (Master of Ceremony) alias pembawa acara saat pertandingan kandang Persib Bandung.
Sosoknya yang menolak tua menjadikannya selalu dekat dengan hati para pencinta Persib Bandung. Apalagi suaranya yang khas yang membuatnya selalu diingat para pendukung Persib yang dikenal dengan sebutan Bobotoh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam setiap pertandingan kandang Persib, Didi selalu menyapa terlebih dahulu para Bobotoh yang hadir di stadion. 'Saling balas' dirinya dengan para Bobotoh selalu terjadi.
"Ada kebanggaan bagi Bobotoh ketika disebutkan namanya lewat Mic. 'Selamat datang Bobotoh dari Majalengka' wuh eta teh sing garorowok (itu mereka pada berteriak). Ya itu mah manusiawi, karena manusia mah pada dasarnya suka dipuji," ujar Didi kepada detikJabar belum lama ini.
Didi tak menapikkan jika menjadi pembawa acara merupakan buah dari keahliannya dalam reportase pertandingan sepak bola. Sehingga, kepiawaiannya itu mengantarnya menjadi pembawa acara Persib ketika bertanding di Bandung.
"Alhamdulillah berkat talenta saya menjadi reporter sepak bola, sejak tahun 2000-an saya jadi MC Persib di lapangan," katanya.
![]() |
Didi mengungkapkan, menjadi pembawa acara saat pertandingan Persib di Bandung telah menjadi turun-temurun. Sang pembawa acara dipastikannya adalah dari RRI.
"Jadi yang menariknya, MC Persib itu sepertinya turun-temurun, pasti orang RRI semuanya. Dulu waktu saya jadi pemula, yang jadi MC-nya itu kang almarhum Dadang Rohmansyah, beliau penyiar top di RRI Bandung. Pak Dadang berhenti, karena sudah tua, kemudian diganti oleh Pujo Hastowo. Pujo Hastowo karena kesibukannya segala macam, akhirnya diwariskan ke saya sampai sekarang," jelasnya.
Dia mengaku bangga dengan adanya tradisi tersebut. Apalagi, kata dia, saat ini dirinya yang masih meneruskan tradisi menjadi pembawa acara sampai saat ini.
"Jadi ada tren seperti itu. MC pertandingan Persib pasti dari orang-orang RRI, itu pun jadi kebanggaan buat saya. Menjadi MC pertandingan Persib bagi saya selalu dijadikan arena untuk saya semakin mendekatkan diri dengan Bobotoh," ucapnya.
"Alhamdulillah kalau di jalan suka ada yang tiba-tiba nanya, wey MC Persib, walaupun saya tidak tahu. Ya mungkin sering lihat Persib di Stadion," tambahnya.
Didi menyebutkan tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika menjadi pembawa acara ketika Persib bertanding. Sebab ia telah terbiasa melakukan reportase melalui RRI
"Ya kesulitan pasti ada. Tapi saya pikir karena komunikasinya sama, hanya berbeda ritme saja. Kalau siaran sepak bola sama radio, karena kita harus melayani pendengar yang tidak melihat langsung. Tapi kalau jadi MC di stadion kita harus mewakili Bobotoh yang memang hadir di stadion itu. Jadi kita juga menyampaikan apa yang dilihat oleh Bobotoh di Stadion," katanya.
![]() |
Didi mengaku pernah mengalami kejadian tidak mengenakan ketika menjadi pembawa acara di pertandingan Persib. Hal itu terjadi saat Persib akan terdegradasi pada 2006 silam.
"Wah saya mah ditinggang (ditimpuk) sering, katinggang (tertimpuk) kepala pernah saya mah, sampai benjol, di Stadion Siliwangi. Waktu Bobotoh ngeundeuk-ngeundeuk (menggoyang) almarhum pelatih Persib Risnandar, pokonya pas demo bebeakan (habis-habisan). Saya mah ketinggang sama batu, lain (bukan) bohong. Saya lagi pegang mic, 'Bobotoh mohon sedianya untuk tenang', ah teu didenge we (ah tidak didengar)," ucapnya.
"Tapi da itu mah dinamika, da Bobotoh juga tidak akan melakukan itu kalau tidak ada penyebabnya. Itulah salah satu pengalaman yang menyakitkan ketika menjadi MC Persib di Stadion," tambahnya.
Dia menambahkan, rasa rindu menjadi pembawa acara dalam pertandingan membuatnya bertahan hingga saat ini. Apalagi, ia tahu bagaimana waktu yang tepat ketika terjadi hal-hal tidak diinginkan di lapangan.
"Saya juga sebetulnya sudah bosan, sudah pengen berhenti. Tapi kadang-kadang rindu lagi, terus kadang-kadang manajemen Persib selalu mengingatkan nanti susah lagi mencari yang menyatukan chemistry. Jadi saya enggak asal ngomong, timming-nya harus pas, ngomong gini, ketika kondisinya gini. Ketika kondisi Bobotoh lagi riweuh (ramai), saya banyak omong, ya sama aja kaya nyiram api sama bensin. Jadi timming-timming yang kayak gitu yang harus pas. Kemudian menyatukan si MC dengan Bobotoh itulah yang susah. Bagi para pemula mungkin perlu waktu," tuturnya.
Didi menegaskan, nama besar Persib Bandung yang telah membuatnya menjadi seperti saat ini. Di saat bersamaan, Persib pun telah mendarah daging baginya.
"Harus saya akui, saya bisa kenal dengan banyak orang, jalan-jalan ke mana, ya karena Persib Bandung. Persib itu sudah mendarang daging bagi saya. Dada saya kalau dibelah warnanya lain beureum (bukan merah), biru, kade tah (hati-hati). Saking mendarah dagingnya Persib Bandung," pungkasnya.
(ors/ors)