Cagub Jawa Barat Jeje Wiradinata menawarkan konsep Pelita saat menjawab tantangan isu toleransi di Jawa Barat. Termasuk penguatan kebersamaan di tingkat RW.
Pada segmen pertama debat Pilgub Jabar yang digelar di Cirebon pada Sabtu (16/11/2024), Jeje Wiradinata mendapat pertanyaan dari panelis untuk menghadapi isu intoleransi yang tinggi di Jawa Barat pada beberapa tahun terakhir.
Pertanyaan itu setelah Jeje mendapat giliran menjawab pertanyaan dari panelis Wawan Gunawan dan mendapat bola huruf F dengan sub tema toleransi beragama. Jeje mengawali jawabannya dengan lunturnya nilai sejarah yang dibentuk founding father, Bung Karno. Sehingga dengan anggapan pudarnya nilai itu, Jeje-Ronal menawarkan konsep Pelita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Jeje dan Ronal jadi gubernur maka menawarkan konsep Pelita, Program Edukasi Lintas Agama," kata-kata Jeje saat menjawab pertanyaan panelis, Sabtu (16/11/2024).
Ia menjelaskan konflik intoleransi itu dipicu dari adanya kecurigaan sejumlah pihak. Serta kecurigaan terhadap agama.
Jeje menganggap Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang ada di tingkat Kabupaten hanya bersifat elitis. "Maka kalau Jeje-Ronal mendapat mandat, FKUB berada di tingkat paling bawah terutama yang keragamannya begitu sangat majemuk," ucapnya.
"Itu yang akan kita lakukan dan tentu Bupati Gubernur Pemimpin di tengah-tengah hadir mendukung fasilitas mendorong itu. Karena itu adalah sesuatu yang penting sesuatu yang sangat fundamen di kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Jeje menutup jawabannya.
Cagub Acep Adang menanggapi isu intoleransi beragama dengan cara memasukkan nilai toleransi dalam kebijakan pemerintah. "Terutama yang berkaitan dengan pendidikan, ruang publik dan pembangunan tempat rumah ibadah," kata Acep.
"Yang kedua pendidikan toleransi di sekolah dibuatkan kurikulum yang terkait masalah toleransi keberagaman," ucap Acep menambahkan.
Acep menawarkan penguatan forum kerukunan umat beragama. "Terakhir pendekatan hukum untuk melindungi kebebasan beragama yaitu dalam rangka memastikan perlindungan bagi kelompok agama minoritas termasuk akses tempat ibadah dan layanan publik," ujar dia.
Sementara Ahmad Syaikhu akan melakukan tiga hal dalam menjawab isu intoleransi di Jawa Barat. Yaitu dengan mengembalikan kaitan agama terhadap konstitusi. Komitmen dengan peraturan perundang-undangan. Serta mengusulkan suasana lintas agama sejak dini.
"Dan yang ketiga kami mengusulkan adanya suasana kebersamaan lintas agama sejak dini, bukan pada hal-hal krusial melainkan tapi hal yang lebih sederhana, menanam pohon bersama kita bekerja bersama-sama, gotong royong bersama inilah yang membangun toleransi," kata Syaikhu.
Sementara dalam kesempatan itu, Dedi Mulyadi menyebut masyarakat Jawa Barat sejak dulu sudah menanamkan nilai toleran. Namun, kapitalisasi agama muncul karena kekuatan politik demi elektoral.
"Yang menjadi problem adalah kekuatan politik yang seringkali mengkapitalisasi isu agama menjadi bagian dari elektoral," kata Dedi.
Ia menyebut di Jawa Barat terdapat dua pelaku intoleran. Yaitu kaum urban dan kaum migran.
"Pelaku intoleran di Jawa Barat ada dua komunitas satu kaum urban yang kedua kaum migran. Kalau seperti itu diperlukan political will adalah pemerintah provinsi tidak boleh takut terhadap kaum intoleran berpegang teguh pada peraturan perundangan. Dan yang paling utama adalah jangan sekali kali jangan mengkapitalisasi agama dengan politik. Ini yang menjadi problem kita. Insyaallah kita akan hidup rukun dan damai," ujarnya.
Jeje kemudian merespon ketiga paslon lawan dan menganggap jawaban terkait isu intoleransi hanya bersifat normatif. Karena faktanya kata Jeje isu tersebut masih terjadi.
Sehingga, Jeje menawarkan pembentukan keragaman itu dari tingkat paling bawah dalam tatanan pemerintahan. Dari tingkat RW hingga kabupaten.
"Maka konsep kita adalah bagaimana kerukunan itu dibentuk, di paling bawah di tempat-tempat yang keragaman itu luar biasa mungkin sudah di tingkat RW, mungkin tingkat desa, dan mungkin di tingkat kabupaten. Hal-hal yang bersifat normatif yang disampaikan nomor 1 nomor 2 itu adalah yang biasa dan tidak memecahkan persoalan-persoalan. Oleh karena itu kami mengusulkan mari kita buat kebersamaan sampai di akar rumput," tutur Jeje.
Debat kedua Pilkada Provinsi Jawa Barat 2024 atau Pilgub Jabar digelar KPU di Hotel Patra Kabupaten Cirebon. Debat berlangsung pada Sabtu (16/11/2024) pukul 19.00 WIB.
Sekadar diketahui, debat diikuti oleh empat pasang calon (paslon) Gubernur dan calon Wakil Gubernur, yakni Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina (nomor urut 1), Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja (nomor urut 2), Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie (nomor urut 3), dan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan (nomor urut 4).
Paslon nomor urut 1 Acep-Gita diusul oleh PKB. Pasangan Jeje-Ronal diusul PDIP. Kemudian, pasangan Syaikhu-Ilham diusul Partai NasDem, PKS, dan PPP. Dan, pasangan Dedi-Erwan diusul oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, dan PSI.
Debat kedua Pilgub Jabar mengambil judul 'Budaya Inovatif untuk Jawa Barat yang Gemah Ripah Repeh Rapih'. Dalam debat tersebut terdapat enam sub tema, yakni, industri budaya, pariwisata, peningkatan PAD berbasis sumber daya alam, mitigasi bencana, kualitas lingkungan hidup dan toleransi beragama.
Masing-masing paslon diperbolehkan membawa 50 orang untuk masuk ke area debat publik. Hadirin dalam jumlah terbatas yang bukan merupakan undangan atau rombongan, boleh menyaksikan proses debat kedua Pilgub Jabar 2024 di luar area debat melalui layar besar yang disediakan.
(dir/dir)