Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi diprediksi paling kuat bertarung di Pilgub Jabar 2024 menurut hasil survei Poltracking. Bersama pasangannya, yakni calon wakil Gubernur Jabar, Erwan Setiawan, pasangan nomor urut 4 ini diperkirakan bisa menembus perolehan suara 65,9%.
Menanggapi hal tersebut, Demul, begitu sapaannya, bersyukur dan berterima kasih. Di lain sisi, ia merasa perolehan hasil suvei yang bakal dibuktikan dalam waktu dua bulan ke depan itu, bukan dari cara instan.
Seperti diketahui, beberapa pakar pun menilai popularitas Demul jadi kuat berkat kerja-kerja politiknya selama ini. Salah satunya pernah menjabat sebagai anggota DPRD, lalu menjadi wakil bupati, lalu bupati dua periode di Purwakarta, kemudian anggota DPR RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari seluruh sisi, keterpilihannya paling tinggi, tapi itu bukan formulasi yang ujug-ujug gitu. Itu hasil respon dari publik yang diberikan pada saya, atas apa yang saya lakukan sejak zaman dulu sebagai wakil bupati. Tidak berubah, perbedaannya kan dulu saya melakukan manual tanpa aspek digitalisasi ya, hari ini ada digitalisasi sehingga publik sampai ke dalam rumah mengetahui," ucap Dedi kepada detikJabar, Jumat (27/9/2024).
"Hal ini yang sehingga melahirkan kepercayaan. Ya untuk itu saya mengucapkan terima kasih pada seluruh warga Jawa Barat, yang hari ini sudah memberikan respon positif terhadap apa yang saya lakukan," sambungnya.
Dalam hasil survei tersebut, dikatakan para pemilih Demul-Erwan sebanyak 56,9% di antaranya adalah strong voters. Tapi, masih ada 38,0% swing voters yang tidak boleh disepelekan. Demul pun menjawab dengan santai.
"Dalam survei Poltracking sama Indikator memang ada yang berbeda ya, di Indikator kan saya 77 koma sekian, di Poltracking 65 atau 68 ya. Tetapi disitu kan masih ada perbedaan di undecided voter atau orang yang belum menentukan pilihan, menurut saya itu debatable. Tapi bagi saya sih nggak ada problem ya," ucapnya.
Pun suara Demul-Erwan memang kompak dan merata, paling tinggi di semua wilayah aglomerasi-kultural. Tapi ada beberapa daerah yang bisa dibilang 'basis lawan'.
Seperti bagian Megapolitan meliputi Bogor, Bekasi, dan Depok yang diprediksi menyumbang suara lumayan ke Ahmad Syaikhu-Ilham, Priangan Timur meliputi Ciamis, Garut, Pangandaran, Tasikmalaya, dan Banjar yang menyumbang suara lumayan ke Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja.
Lalu, Priangan Barat meliputi Cianjur dan Sukabumi cukup memberi suara besar ke Acep-Gita, meski tak signifikab mampu melawan suara Demul-Erwan. Kekuatan paling militan untuk Demul-Erwan diprediksi ada di wilayah Pantura dan Bandung Raya.
"Ya sebenarnya kalau lihat dari data sebaran survei itu kan di seluruh Jawa Barat, kita nggak bisa menilai daerah per daerah karena angka surveinya kecil. Jadi kalau ingin menilai, itu dari survei Kabupaten/Kota langsung. Dan itu sudah dilakukan, misalnya LSI kan sudah merilis melakukan survei di kota Bekasi, saya 68% gitu," tuturnya.
Dedi menjabarkan satu per satu, klaim hasil survei lainnya yang dilakukan per daerah. Katanya, rata-rata dia masih unggul di berbagai daerah Jawa Barat.
"Di Kabupaten Bandung, saya hampir 80%. Di Subang, saya 95%. Indikator juga kan melakukan survei di Majelengka yang di basis merah kan, saya 80,6%. Ada survei lainnya sempat tanya pilihan Wali Kota, lalu Gubernur itu di Depok saya 64%. Tasikmalaya 78%, di Garut hampir 70%. Artinya kalau ngomong basis bukan lawan lah ya, basis sahabat-sahabat saya, itu sudah relatif tinggi," imbuhnya.
Namun, Dedi ngaku tak mau terlalu percaya diri. Ia mengatakan bahwa hasil survei yang ada saat ini hanya sebagai pelecut semangatnya.
"Sebenarnya sih nggak disebut pede ya. Ya saya menyampaikan apresiasi pada masyarakat Jawa Barat atas seluruh kepercayaan yang telah diberikan. Nanti seluruh kepercayaan itu akan dibuktikan tanggal 27. Ini kan baru survei, baru pendapat hari ini, ya kita jangan bangga. Kebanggaan kita itu nanti, tanggal 27 kalau 70 persen, baru kita bangga," kata Demul.
"Kalau hari ini, anggaplah ini stimulus untuk terus rajin keliling. Itu pekerjaan yang spontanitas ya, aspek problem sosial di masyarakat Jawa Barat masih tinggi. Sehingga ketika ada orang menangani itu, mendapat apresiasi yang tinggi dari warga. Artinya itu menunjukkan memang warga Jawa Barat itu sangat menggunakan hati dalam menilai sebuah masalah," tambah Demul.
(aau/orb)