Calon Gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu berkunjung ke Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Kamis (26/9/2024). Pada kesempatan tersebut, ia mendengarkan curhatan masyarakat terkait upah guru honorer yang masih jauh dari kata layak.
Syaikhu menilai, besaran upah guru honorer termasuk tenaga honorer lainnya dapat disamakan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota). Dia mencontohkan saat dirinya menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bekasi periode 2013-2018.
"Saat saya jadi Wakil Wali Kota Bekasi menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah, pekerja kontrak atau honorer itu sekitar Rp4,2 jutaan (per bulan). Itu tergantung dari kemauan politik. Yang kedua disesuaikan dengan kemampuan daerah, saya yakin ini sangat mungkin," kata Syaikhu kepada awak media.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia berkomitmen akan melanjutkan program tersebut saat terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat. Meski demikian, ia memandang bahwa lingkung pemerintah provinsi hanya mencakup guru honorer tingkat SMA dan SMK.
"Kita akan usahakan, kita lihat bahwa ruang lingkup tanggungjawab pemerintah provinsi tentu sebatas SMA dan SMK. Jika itu saja (SMA-SMK) mungkin, tapi kalau sampai SD, SMP, itu melihat situasional dan kerjasama dengan Pemda masing-masing karena itu kewenangan Pemda," ujarnya.
"Tapi kita ingin, ini obsesi dan niatan awal ingin bagaimana guru-guru, tenaga honorer itu minimal jangan kalah dengan buruh, di mana buruh saja UMR (Upah Minimum Regional) masa tenaga honorer nggak sampai UMR. Ironis sih," sambungnya.
Dorong Digitalisasi Pasar Golok Khas Sukabumi
Pada kesempatan yang sama, Syaikhu juga melihat proses pembuatan golok khas Sukabumi. Syaikhu menyoroti masalah pemasaran yang kerap dihadapi oleh UMKM setempat.
Menurutnya, jika pemasaran produk golok hanya berfokus di kawasan lokal seperti Cibatu, pasar yang tercipta akan sangat sempit. Oleh karena itu, ia mendorong anak-anak muda di daerah tersebut untuk memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk mereka.
"Salah satu solusi yang saya usulkan adalah anak-anak muda di sini perlu dibekali dengan tools digital marketing. Dengan begitu, golok, pedang, atau produk lainnya bisa dipasarkan ke seluruh penjuru tanah air, bahkan ke luar negeri. Ini adalah bagian dari inovasi dan kreativitas yang harus dibekali kepada generasi muda di sini," tambahnya.
Lebih lanjut, Syaikhu menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah dalam membantu pemasaran produk lokal. Menurutnya, pemerintah harus proaktif membuka outlet atau ruang pameran di tempat strategis, seperti mal, untuk memperkenalkan produk UMKM.
"Perajin sebaiknya fokus pada proses produksi, dan pemerintah daerah harus hadir untuk mendukung pemasaran. Jika Pemda bisa membuka outlet di mal, saya yakin produk golok Cibatu bisa lebih dikenal masyarakat luas. Tradisi harus tetap dijaga, dan daerah seperti ini seharusnya membuat Jawa Barat bangga," jelasnya.
Tak hanya itu, Syaikhu juga menyoroti masalah ketersediaan bahan baku yang memengaruhi kualitas produk lokal. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan perajin untuk memastikan bahan baku berkualitas agar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan pasar internasional.
"Ketersediaan bahan baku sangat penting. Saya melihat hasil golok di sini sangat bagus, tapi kalau kualitas bahan bakunya rendah, sulit bagi produk lokal untuk bersaing di pasar global. Oleh karena itu, perlu dukungan pemerintah dalam penyediaan bahan baku berkualitas agar produk-produk kita bisa lebih kompetitif," tutupnya.
(yum/yum)