Sekedar diketahui, Pilgub Jabar kini diikuti empat bakal pasangan calon. Mereka adalah Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, Acep Adang Ruhiyat-Gita KDI, serta Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja.
PKB secara mengejutkan mengusung calon tunggal yaitu Acep-Gita KDI, begitu juga dengan PDI Perjuangan yang menetapkan nama Jeje-Ronal. Tapi, drama sempat terjadi karena PDIP dirumorkan akan mengusung Anies Baswedan yang akhirnya batal di tengah jalan.
Setelah batal mengusung Anies, drama kembali terjadi akibat pernyataan Ketua DPD PDIP Jabar Ono Surono. Secara terang-terangan, Ono menyebut nama 'Mulyono dan Geng' yang dianggap telah menjegal pencalonan Anies Baswedan.
"Pak Anies dari kemarin kami tawari sampai mengerucut sore hari tadi. Kenapa gagal? Kita menghadapi tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui pak Anies didukung PDIP. (Siapa pak?) Ya, Mulyono dan Geng. Ya, tulis aja Mulyono," kata Ono, Kamis (29/8/2024) dini hari.
"Kita tahu pak Anies orang aseli Kuningan, Jawa Barat dan punya track record bagus untuk membangun Jakarta. Jadi saya yakin bisa jadi sosok untuk membangun Jawa Barat. Tapi kekuatan besar itu membuat pak Anies tidak jadi diusung PDIP," sambungnya.
Bahkan, saat ditanya soal apa pesannya untuk Mulyono, sosok yang menggagalkan PDIP usung Anies, Ono cukup keras menjawab baiknya tokoh tersebut stop cawe-cawe demokrasi rakyat.
"Tidak secara spesifik saya sampaikan, tapi kan sudah kita bisa lihat lah Pak Anies dijegal di DKI, ini juga terjadi di Jawa Barat. Teman-teman bisa menafsirkan sendiri ya bentuknya seperti apa," tutur Ono.
"Pak Mulyono, gak usah cawe-cawe lagi lah di Pilkada, biarkan rakyat bisa mempunyai pilihan sesuai dengan hati nuraninya. Hingga terpilih pemimpin yang terbaik untuk Indonesia, provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia," pesannya dengan lantang.
Akhirnya, PDIP memutuskan untuk mengusung Jeje-Rona di Pilgub Jabar. PDIP juga telah menerima juga tanda terima KPU dan berkas dinyatakan lengkap.
"Pertimbangannya sangat dalam. Bukan hanya detik-detik terakhir, karena nama Pak Jeje pun sudah kita bahas jauh-jauh hari," ujar Ono.
Di media sosial, narasi tentang 'Mulyono dan Geng' tak luput dari perbincangan. Tak sedikit netizen yang menafsirkan 'Mulyono' adalah Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Tapi akhirnya, pihak istana mengkonfirmasi hal ini. Mengutip detikNews, Istana Kepresidenan menilai urusan pilkada merupakan ranah partai politik, bukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilukada adalah sepenuhnya menjadi urusan partai politik atau gabungan partai politik," ujar Koordinator Stafsus Presiden, Ari Dwipayana, kepada wartawan, Jumat (30/8/2024). Ari menjawab pertanyaan terkait tudingan 'Mulyono dan geng' dalang Anies gagal diusung PDIP Jabar.
Ari pun menegaskan keputusan pencalonan seseorang diputuskan melalui mekanisme internal partai masing-masing. Setiap partai, kata Ari, memiliki kedaulatan untuk memutuskannya.
"Jangan sampai, semua problem putusan internal partai, selalu dikait-kaitkan dengan Presiden," sambungnya.
Setelah pernyataannya ramai menjadi perbincangan, Ono kemudian buka-bukaan kepada detikJabar. Ditemui di kantor DPD PDI Perjuangan Jabar, Jumat (30/8/2024), Ono menggambarkan bahwa 'Mulyono dan Geng' sebagai satu kelompok kekuatan besar yang begitu punya pengaruh kuat di Indonesia.
Awalnya, Ono bicara mengenai peluang Anies yang sudah mencapai kesepakatan dengan PDIP untuk maju di Jabar. Tapi kemudian, ada semacam syarat dari Anies agar PDIP menggaet entitas, organisasi atau kelompok tertentu supaya bisa berdampingan dengan PDIP dalam mendukung Anies Baswedan.
"Karena tentunya bagaimana kemenangan itu harus lebih mudah untuk diraih, sehingga kita melakukan upaya-upaya itu (pendekatan PDIP dengan entitas tersebut. Tapi, upaya itu terhambat karena memang satu entitas, satu kelompok, satu organisasi itu menyatakan bahwa dia tidak berani melawan satu kekuatan besar," kata Ono.
Ono tak menyebut secara spesifik entitas, organisasi atau kelompok tertentu tersebut. Tapi kemudian, identitas itu yang ikut menjadi faktor gagalnya kesepakatan PDIP dan Anies untuk maju di Jabar. Bahkan dengan blak-blakan, Ono menyebut entitas itu gentar mengusung Anies Baswedan.
"Sehingga pertimbangan itu yang pada akhirnya menggagalkan Pak Anies maju di Jawa Barat dan batal, karena kelompok entitas itu tidak bersedia mengusung Pak Anies. Kelompok itu menyatakan bahwa dia takut untuk mengusung Pak Anies," ungkapnya.
Secara tegas, Ono pun mengisyaratkan ini merupakan bagian dari penjegalan terhadap upaya PDIP untuk mengusung Anies di Jabar. Di sini kemudian, Ono menyebut ada peran 'Mulyono dan Geng' yang menjegal upaya meminang Anies untuk maju di Jabar.
Namun, begitu ditanyakan lebih spesifik mengenai siapa sebetulnya 'Mulyono dan Geng', Ono enggan membeberkannya.
"Saya tidak melihat ataupun tidak menafsirkan ke sana (Istana), tapi ya memang Mulyono ini satu kelompok kekuatan besar yang coba mengacak-ngacak demokrasi di Indonesia. Siapa Mulyono, ya temen-temen silakan tafsirkan sendiri," pungkasnya. (ral/iqk)