Cara Menikmati Ewe Deet, Camilan dari Priangan Timur

Cara Menikmati Ewe Deet, Camilan dari Priangan Timur

Dadang Hermansyah - detikJabar
Jumat, 26 Sep 2025 20:30 WIB
Ilustrasi ewe deet, perpaduan kelapa dan gula.
Ilustrasi ewe deet, perpaduan kelapa dan gula aren. (Foto: Gemini AI)
Ciamis -

Ewe deet jadi salah satu makanan dengan nama nyentrik di Jawa Barat, khsususnya di kawasan Priangan Timur seperti Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Ewe deet sendiri umumnya merujuk pada dua makanan yang dimakan bersamaan, yaitu daging kelapa dan gula aren atau gula merah. Perpaduan ini menghasilkan rasa gurih, manis, hingga tekstur yang renyah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekilas, camilan ini memang terkesan 'jorok' karena menggunakan kata ewe. Dalam bahasa Sunda, ewe secara umum diartikan sebagai berhubungan badan. Sedangkan deet berarti pendek atau dangkal.

Di era kekinian, ewe deet sudah jarang dikonsumsi masyarakat secara umum. Di Ciamis, ewe deet salah satunya terkadang masih dikonsumsi warga di Kampung Adat Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari. Khusus di Kampung Kuta, camilan ini biasanya dimakan perajin gula aren saat sedang membuat gula.

ADVERTISEMENT

Kepala Dusun Kuta, Didi Sardi, mengatakan hal itu tidak terlepas dari kondisi pada zaman dulu yang makanannya tidak sebanyak dan sevariaitif sekarang. Sehingga, kelapa pun oleh masyarakat dijadikan camilan.

Di Kampung Kuta, warga perajin gula mencoba memadukan kelapa muda dengan disiram nira yang direbus sudah mendekati jadi gula sebelum dicetak. Setelah dicoba, ternyata rasanya enak.

"Rasanya gurih, manis, kelapanya tidak tua, juga tidak terlalu muda, teksturnya nyakrek (renyah)," ucap Didi kepada detikJabar, Jumat (26/9/2025).

Ilustrasi ewe deet.Ilustrasi ewe deet, daging kelapa disiram gula aren cair. (Foto: Gemini AI)

Didi menyebut, ada beberapa cara untuk menikmati ewe deet ini. Ada yang kelapanya langsung dimasukan ke dalam nira sampai menggumpal menjadi gula cair, ada juga yang kelapanya disiram gula saat masih cair.

"Ada juga yang suka kelapa dimakan sama gula aren yang sudah keras, bukan gula keras yang dicairkan terlebih dulu lalu disiram," ungkap Didi.

Menurutnya, ewe deet biasanya dimakan sebagai selingan perajin saat produksi gula aren, bukan makanan sehari-hari. Didi sendiri mengaku belum pernah menemukan ada orang yang menjual makanan tersebut.

"Setahu saya makanan tersebut di sini belum pernah ada yang jual," ungkapnya.

Didi sendiri mengaku sebagai perajin gula aren sejak usia SMP. Ia kerap membantu orang tuanya untuk menyadap aren. Setelah besar, ia memproduksi gula aren sendiri dan beberapa kali membuat camilan ewe deet tapi tidak sesering zaman dulu.

Karena memproduksi gula aren, Didi dulu sering mengonsumsi ewe deet. Ya, itu dilakukan di sela-sela produksi gula aren. Namun seiring berjalannya waktu, ia sudah jarang mengonsumsinya.

"Memang rasanya enak, kalau dulu sering bikin, tapi sekarang tidak terlalu," jelas Didi.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads