Kelezatan Soto Bandung M. Otto sukses menarik perhatian pecinta kuliner di Kota Bandung. Salah satu pelanggan, Melia Febrianti, mengungkapkan kesan pertamanya saat mencicipi soto di tempat ini. Wanita asal Ciroyom itu menilai Soto Bandung M. Otto memiliki cita rasa dan tampilan yang berbeda dibandingkan dengan soto Bandung pada umumnya.
Salah satu perbedaan utama yang ditawarkan Soto Bandung M. Otto adalah cara penyajian daging sapi yang tidak langsung dicampurkan ke dalam kuah, melainkan melalui proses oseng terlebih dahulu. Hal ini memberikan sensasi rasa yang lebih kaya dan unik bagi para penikmatnya.
Keunikan Soto Bandung M. Otto tidak hanya terletak pada daging osengnya. Kuah soto yang biasanya dikenal bening, di rumah makan ini justru lebih kental dengan bumbu rempah yang terasa lebih kuat. Melia mengungkapkan pengalamannya saat menikmati soto tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sotonya ini baru banget aku temuin, ada yang osengnya gitu, kalau biasanya disatuin nasinya, ini dagingnya dipisah, enak banget, harus nyobain," kata Melia kepada detikJabar, Kamis (20/2/2025).
"Kalau di tempat lain kuahnya bening ya, ini kuahnya kental, ini nasinya terpisah, enggak nyatu dengan sotonya. Enak, enak banget, harus coba," ujar Melia
Soto Bandung M. Otto berlokasi di Jalan Otto Iskandar Dinata atau Otista No. 38, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Letaknya strategis, tidak jauh dari pintu masuk Stasiun Timur Bandung, menjadikannya tempat yang mudah dijangkau oleh pelanggan.
Meskipun baru beroperasi sejak tahun 2024, rumah makan ini mengusung konsep warung jadul yang memberikan nuansa nostalgia bagi pengunjung. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan Bandung tempo dulu, serta pajangan berbagai botol kecap klasik yang mengingatkan pada merek-merek kecap lawas yang kini sulit ditemukan di pasaran.
Daging Oseng Jadi Unggulan
Pengelola Soto Bandung M. Otto mengungkapkan oseng sapi menjadi salah satu menu favorit pelanggan. Dengan inovasi ini, pelanggan dapat merasakan Soto Bandung dengan sensasi berbeda dari biasanya.
"Kita buka pada September 2024, yang membedakan dengan soto lain kuah kita beda, kuahnya kental, dagingnya dipisah dengan cara dioseng, osengan kecap dan dipisah," tuturnya.
"Jadi kalau bisanya soto Bandung disatukan penyajiannya, kita ingin ada variasi baru dan produk baru, kan Bandung dikenal dengan kota inovasi, nah kita bikin inovasi baru dengan memisahkan dagingnya dengan cara dioseng," tuturnya.
Sejak pertama kali dibuka, rumah makan ini terus menarik perhatian masyarakat. Banyak pelanggan yang datang kembali, bahkan merekomendasikan soto ini kepada teman dan keluarga mereka.
"Responsnya sangat baik, semakin hari semakin banyak, mungkin kita promosinya dari mulut ke mulut," tuturnya.
Soto Bandung M. Otto menawarkan tiga varian menu utama, yakni soto klasik yang mempertahankan cita rasa asli, serta dua varian oseng sapi yang memberikan pilihan rasa berbeda bagi pelanggan.
"Ada tiga varian, soto klasik, yang biasa Soto Bandung, lalu buat yang oseng ada sapi oseng manis pedas dan sapi oseng asin pedas," pungkasnya.
Untuk soto Bandung klasik Rp38 ribu per porsinya, sementara itu soto Bandung dengan oseng sapi pedas manis atau asin Rp43 ribu per porsinya. Ada juga nasi gepuk Rp39 ribu per porsinya dan perkedel isi daging sapi asap Rp6 ribu per buahnya.
Bagi pencinta kuliner yang ingin mencoba keunikan oseng sapi yang dipadukan dengan Soto Bandung, Soto Bandung M. Otto bisa menjadi pilihan destinasi kuliner yang menarik untuk dikunjungi.
(wip/iqk)