Onde-onde adalah salah satu jajanan pasar yang mudah dijumpai di berbagai tempat di Indonesia. Kue berbentuk bulat ini juga terbilang banyak digemari.
Kulitnya yang renyah namun empuk, berpadu dengan isian kacang hijau yang lembut menjadikan onde-onde sebagai kudapan yang cocok dikonsumsi siapa saja. Tak terkecuali oleh para raja dan bangsawan di Tiongkok masa lampau.
Ada versi yang menyebutkan bahwa onde-onde sudah muncul sejak zaman Dinasti Tang, ada pula yang menyebut bahwa kue ini hadir di Dinasti Zhou.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggemar sejarah Tionghoa, Femis Aryani mengatakan bahwa dulunya, onde-onde adalah kue berbahan dasar sederhana yang biasanya dikonsumsi oleh rakyat kelas bawah dan atau para pekerja kasar.
"Waktu itu belum diisi dengan kacang hijau seperti sekarang. Isiannya masih berupa pasta gula merah," ungkap Femis di Bandung, Selasa (28/1/2025).
Suatu ketika, Femis mengatakan, ada seorang kuli pembangun istana tengah memakan onde-onde di sela kerjanya. Pihak kerajaan melihat kue tersebut, dan merasa penasaran.
Mereka kemudian membuat onde-onde versi mereka sendiri yang diisi kacang hiau. Resep onde-onde versi inilah yang kemudian beredar luas di masyarakat Indonesia bahkan hingga Asia Tenggara.
"Akhirnya onde-onde dinikmati oleh para raja, jadi 'naik kelas'. Setelah itu, onde-onde ini dibawa oleh perantau Tionghoa sampai ke Indonesia," jelasnya.
Membawa Hoki
Kabarnya, onde-onde dibawa ke Indonesia mulai dari tahun 1.300an. Kala itu, sebutan onde-onde cukup beragam, tergantung dari masing-masing daerah di Tiongkok. Mulai dari ludeui, ma yuan, matuan, hingga tang yuan.
Salah satu pembuat onde-onde tertua di Indonesia tercatat berada di Mojokerto. Toko tersebut bernama Boliem, berdiri sejak 1929 dan masih terus ramai dikunjungi hingga saat ini.
"Menurut saya sejauh ini di Mojokerto sih onde-onde yang paling enak," ungkap Femis.
Onde-onde juga merupakan salah satu makanan khas Tiongkok yang menjadi kudapan wajib pada saat Cap Go Meh, atau saat akhir rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek pada malam ke-15 bulan pertama kalender bulan.
Femis menyebutkan, dalam tradisi Tiongkok, onde-onde juga dianggap membawa hoki. Hal tersebut terletak dari taburan wijen yang menyelimuti setiap bola-bolanya. Bahkan, enak dan tidaknya onde-onde juga konon bisa ditentukan dari jumlah wijennya.
"Itu tergantung dari wijennya. Kalu jumlahnya ganjil, pasti katanya enak. Onde-onde yang punya wijen banyak juga disebut membawa keberkahan atau hoki," terangnya.
Onde-onde Bandung yang Laris Manis
Di Kota Bandung, terdapat satu toko penjual onde-onde yang banyak digemari. Tak hanya oleh masyarakat Kota Bandung, melainkan juga mancanegara.
Terletak di Jalan Luna, Onde-onde Oku disebut-sebut sebagai onde-onde paling enak di Kota Bandung. Paramita Sari, pemilik Onde-onde Oku menyebutkan bahwa salah satu keistimewaan produk mereka adalah adonannya yang tidak lekas mengeras.
"Keunggulan kita tuh dari isinya banyak, dan kalau disimpan sampai pagi tidak akan keras," ungkapnya.
Paramita dan anaknya telah berjualan onde-onde sejak tahun 2007. Saat ini, tokonya telah memasok produk ke berbagai catering dan hotel.
"Kita jualan onde-onde itu karena bisa masuk ke semua kalangan. Mudah masuk ke catering, hotel, sampai pedagang-pedagang keliling," ungkapnya.
Setiap harinya, Paramita dan pegawainya membuat adonan mulai dari pukul 01.00. Dagangan mulai didistribusikan pada pukul 03.00, dan khusus pada sore hari untuk onde-onde jumbo.
"Onde-onde jumbo ini khusus untuk dijual ke Sudirman Culinary Night," jelasnya.
Dia yang belajar membuat onde-onde secara otodidak tersebut mengaku senang dan tidak menyangka karena pembeli dari mancanegara pun kerap berdatangan.
"Ada yang dari Malaysia dan Singapura, khusus datang ke sini katanya ingin onde-onde Jalan Luna," ungkapnya seraya tersenyum.
(tya/tey)