Jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB di sebuah dapur rumah kontrakan yang berada di Jalan Sekepanjang, Cikutra, Kota Bandung. Di sana, pria bernama Gugun Gunandar sibuk menguleni adonan bakso dengan tangan.
Suara dentingan sendok beradu dengan baskom plastik mengiringi setiap gerakan tangannya dengan aroma kaldu yang mengepul. Dari dapur kecil inilah, setiap hari puluhan butir bakso Gugun Meatball lahir.
Pria 33 tahun ini adalah penjual bakso keliling. Namun cara Gugun menjajakan bakso berbeda dari biasanya. Dia hanya menerima panggilan dari pelanggan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berawal dari pandemi Covid-19 yang memaksa Gugun menutup kedai baksonya di salah satu sudut jalan di Kota Bandung, ia mulai menemukan cara lain untuk berjualan yakni dengan konsep panggilan.
Gugun dengan senang hati akan mendatangi pelanggan, baik itu di rumah, kantor, taman, atau pinggir jalan tanpa minimal syarat pembelian.
"Karena pandemi pendapatan gak ada, gak ada yang beli, buat sewa tempat gak nutup. Jadi tutup toko, tapi lanjut jualan pakai motor gini keliling dan nerima panggilan ke kantor, ke sekolah," ujar Gugun saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Jumat (24/1/2025).
![]() |
Dengan motor matik, Gugun menata gerobaknya sedemikian rupa agar tetap stabil di jalanan. Gerobak itu dilengkapi dengan panci berisi kuah bakso yang selalu panas, kotak kecil untuk mie dan tahu, serta laci penyimpanan bumbu.
Setiap pagi, ia memulai harinya dengan berbelanja bahan-bahan segar di pasar hingga meracik sendiri adonan bakso beserta bumbunya.
Promosi dari Mulut ke Mulut
Gugun mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan media sosial. Pelanggan cukup menghubungi nomor WhatsApp-nya, menyebutkan lokasi. Namun hal itu harus dilakukan jauh-jauh hari karena antrean panjang di waiting list pelanggan.
Dia juga tak pernah melihat jarak dimana pelanggan memesan. Gugun, tidak terlalu memikirkan untung rugi dalam berjualan bakso panggilan ini.
"Gak mikirin untuk rugi yang penting kita layani dan gak ada minimal pesannya, kalau cuma 1 ya tetap datang. Pernah ada yang pesan cuma satu ya gak apa-apa, terus dari situ ke titik lainnya," ungkapnya.
"Jadi pembeli telpon minta datang ke mana gitu jam berapa, saya datang, tapi harus booking dulu. Mereka tahu dari mulut ke mulut dan dari sosial media, saya buat sosial media juga," terangnya.
Setiap perjalanan Gugun menyimpan suka duka. Pernah suatu kali, ia harus mendorong motor dan gerobaknya karena kehabisan bahan bakar. Namun tak jarang juga di mendapat pelanggan dalam jumlah besar yang membuat Gugun cepat pulang ke kontrakan untuk beristirahat.
"Sukanya kadang bisa langsung habis di satu tempat, jam 2 siang sudah pulang bisa nyantai istirahat. Tapi gak bisa diprediksi itu, kita datang ke satu tempat bisa aja langsung habis," tandasnya.
(bba/yum)