Budaya minum kopi di Indonesia menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Setiap daerah memiliki kopi khas yang tidak hanya melekat pada cita rasa, tetapi juga pada sejarahnya. Di Bogor, salah satu toko kopi legendaris yang masih berdiri kokoh adalah Kopi Cap Kacamata Bah Sipit, yang telah memanjakan lidah pencinta kopi sejak 1925.
Permintaan kopi yang terus meningkat, terutama dari warga sekitar yang memiliki budaya minum kopi yang kuat, mendorong Bah Sipit untuk memperluas usahanya kala itu. Pada awalnya, kopi yang dijual berasal dari jenis arabika dan robusta lokal. Biji kopi tersebut disangrai hingga matang dan diolah secara tradisional, menghasilkan rasa khas yang tak lekang oleh waktu.
Seiring berjalannya waktu, Bah Sipit menambah variasi produk yang dijual, seperti teh, susu kental manis, krimer, dan minuman tradisional seperti bandrek. Pada masa lalu, toko ini bahkan menjual kebutuhan rumah tangga, menjadikannya perpaduan antara toko kopi dan toko kelontong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Toko Kopi Bah Sipit telah bertransformasi menjadi kedai kopi modern tanpa menghilangkan sentuhan tradisionalnya. Bagian luar bangunan tetap mempertahankan kesan klasik, sementara interiornya dibuat lebih kekinian untuk menarik generasi muda.
Fokus utama Bah Sipit tetap pada kopi bubuk lokal khas Bogor, seperti robusta dan arabika dari kawasan Megamendung. Kopi disangrai dengan tingkat kematangan dark roast, menghasilkan rasa yang kuat dan dominan pahit.
Sensasi Kopi Seduhan Manual
![]() |
Tim detikFood berkesempatan mengunjungi Bah Sipit (14/12/2024) lalu, kami memesan dua jenis kopi untuk diseduh secara manual. Ada V60 Robusta yang pertama kali kami pesan dengan harga Rp 14.000 untuk dibungkus dalam kondisi dingin.
Warnanya sangat pekat, hampir hitam sempurna. Saat diseduh aroma pahit yang kuat langsung menyeruak. Setelah disesap pada gelas plastiknya, rasanya benar-benar didominasi pahit.
Semburat nutty selintas terasa tetapi kembali hilang tertutup rasa pahit. Kemudian ada juga menu V60 Arabika yang harganya dipatok Rp 16.000 per gelas untuk sajian dingin.
Pada seduhan kopi arabika, warnanya cokelat gelap dengan bagian lebih terang di permukaan atas. Layaknya karakter kopi arabika, kepekatannya akan lebih rendah daripada robusta.
Ketika menyesap kopi arabika, rasa pahitnya tidak semenyengat pada kopi robusta. Ada sentuhan rasa asam yang juga muncul bergantian dengan seimbang dengan rasa pahitnya.
Kedua kopi tersebut diseduh dengan metode V60 yang sama. Menggunakan bubuk kopi 15 gram dengan tiga kali pembagian penuangan air, mulai dari blooming hingga penuangan terakhir untuk mencairkan kepekatan kopi.
Walaupun sudah menggunakan metode penyeduhan pour over, tetapi dalam produksinya bubuk kopi di Bah Sipit tetap dilakukan secara alami. Biji kopi disangrai dan dihaluskan dengan mesin tradisional.
Kehalusannya juga masih menggunakan tingkat fine layaknya kopi bubuk jadul. Pada etalasenya tampak beberapa kemasan bubuk kopi yang masih menggunakan kemasan kertas cokelat.
Namun tenang saja, ada kopi yang sudah dikemas dalam bentuk sachet plastik sekali seduh. Kopi murninya dibanderol dengan harga Rp 1.500 sedangkan kopi 2 in 1 yang sudah ditambahkan gula dijual seharga Rp 2.500 per kemasan.
Selain kopi, Bah Sipit juga menawarkan racikan minuman tradisional khas Bogor. Seperti bandrek yang dikemas pada bungkus kertas berbentuk limas. Ukurannya yang kecil dikatakan cocok untuk dilarutkan pada 2 liter air karena menggunakan bahan alami yang membuat rasanya kuat.
Artikel ini telah tayang di detikFood. Baca selengkapnya di sini.