4 Fakta Pembongkaran Makam Palsu yang Dibangun Habib Soleh di Mojokerto

Kabar Regional

4 Fakta Pembongkaran Makam Palsu yang Dibangun Habib Soleh di Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikJabar
Kamis, 16 Jan 2025 04:30 WIB
Pembongkaran makam palsu di Mojokerto
Pembongkaran makam palsu di Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto -

13 makam keramat palsu dibongkar di Desa Kumitir, Jatirejo, Nirawang Pahalila. Makam yang dibangun sejak 2018 oleh Habib Soleh, asal Bogor itu dibongkar oleh warga dan sejumlah komunitas. Beriku fakta-faktanya seperti dikutip dari detikJatim.

Disinyalir untuk Keuntungan Segelintir Orang

Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) Mojokerto, Pemerintah Desa Kumitir bersama sejumlah komunitas budayawan membongkar 13 makam yang dianggap palsu. Selain dianggap mengaburkan sejarah leluhur, keberadaan makam palsu ini disinyalir untuk keuntungan segelintir orang.

Kepala Dusun Bendo, Desa Kumitir, Jatirejo, Nirawang Pahalila mengatakan pembangunan makam palsu di kampungnya ini dikomandoi Habib Soleh, asal Bogor, Jabar. Menurutnya, terdapat 13 makam palsu yang dibangun tahun 2018. Salah batu nisannya diberi nama Syech Musthofa atau Raden Cokrobuono.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada 2 Makam Asli

Sebagian makam palsu berada di bawah sebuah bangunan pendapa. Tepatnya di sebelah utara 2 makam asli, yakni makam Mbah Sagu dan Mbah Budiman. Sebagian makam palsu lainnya berada di sebelah barat pendapa. Semua makam berada di tanah kas desa (TKD) Kumitir dengan luas sekitar 263 meter persegi.

"Dalam musyawarah Minggu (12/1) malam, saya ambil keputusan yang intinya berdasarkan sejarah turun temurun masyarakat sini memang ada makam Mbah Sagu dan Mbah Budiman. Berdasarkan penuturan para sesepuh Dusun Bendo. Iya (yang membuka kampung ini)," ujarnya kepada wartawan di lokasi, Selasa (14/1/2025).

ADVERTISEMENT
Pembongkaran makam palsu di MojokertoPembongkaran makam palsu di Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

Makam asli Mbah Sagu dan Mbah Budiman, serta 13 makam palsu berada di dalam Situs Kumitir. Yaitu situs bersejarah yang diyakini sebagai bekas istana Bhre Wengker dari zaman Kerajaan Majapahit. Setelah melalui diskusi yang panjang, 13 makam palsu itu akhirnya dibongkar pada Senin (13/1).

"Daripada gaduh ke depannya, makam palsu dibongkar, ada 13 makam palsu," ungkap Nirawang.

Pembongkaran Dilakukan Pemerintah dan Komunitas

Pembongkaran makam palsu di Dusun Bendo atas desakan PWI LS Kabupaten Mojokerto dan sejumlah komunitas budayawan. Antara lain Pendekar Darah Garuda Mojokerto, Aliansi Putro Wayah Majapahit, Klampis Ireng Dharma Kasepuhan Mojopahit, serta Pasopati Nusantara.

Panglima Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto Athourrahman mengaku menghabiskan waktu sekitar 3 pekan untuk mendekati Pemerintah Desa Kumitir dan warga setempat. Pihaknya juga sempat dipanggil ke Polsek Jatirejo untuk rapat koordinasi.

Setelah melalui musyawarah yang cukup panjang, akhirnya terkuak hanya 2 makam asli di area Situs Kumitir tersebut. Yaitu makam Mbah Sagu dan Mbah Budiman. Sedangkan 13 makam di sekitarnya adalah palsu. Sehingga dinilai mengaburkan sejarah para leluhur.

Habib Soleh Buat Makam Berdasarkan Mimpi

Sebab menurut Athourrahman, Habib Soleh membuat makam palsu hanya berdasarkan mimpi. Selain itu, Habib Soleh mengaku mendapatkan petunjuk atau narasumber dari sejumlah kiai. Namun, ketika pihaknya berniat mendatangi kiai tersebut, Soleh berdalih kiai itu sudah wafat.

"Artinya, sejarah makam terputus sampai di situ. Jadi, ini tidak lagi indikasi, tapi memang benar makam palsu. Akhirnya saat musyawarah Habib Soleh bersedia makam dibongkar dan dikembalikan ke desa," jelasnya.

Ketika pandemi COVID-19 melanda, lanjut Athourrahman, makam palsu tersebut diziarahi banyak orang pengikut Habis Soleh. Mereka menggelar tahlil dan istigasah di lokasi. Namun, di balik kegiatan positif tersebut, ada indikasi keuntungan materi yang diarup segelintir orang.

"Yang kami sayangkan di situ ada iuran, kotak amal yang tidak jelas ke mana. Setahu saya juga ada beberapa masyarakat yang dimintai iuran dana untuk membangun makam ini. Termasuk pihak desa diminta sekitar Rp 30 juta, tapi desa paham prosedur sehingga tak sampai memberi dana desa ke Habib Soleh. Begitu menjadi polemik, mereka meninggalkan. Habib Soleh juga pernah tinggal di desa ini, tapi sudah pindah entah ke mana," tuturnya.

Athourrahman berharap tidak ada lagi makam-makam palsu di Bumi Majapahit. "Harapan kami jangan ada lagi makam-makam paslu yang menyelewengkan sejarah leluhur dan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Karena leluhur kita sudah jelas, bukan dari mimpi," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di detikJatim

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads