Apa Itu Kue Keranjang, Sejarah dan Alasan Identik dengan Imlek

Apa Itu Kue Keranjang, Sejarah dan Alasan Identik dengan Imlek

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Jumat, 09 Feb 2024 08:30 WIB
Kue Keranjang Imlek
Kue Keranjang (Foto: Getty Images/iStockphoto/powershot)
Bandung -

Jelang Tahun Baru Imlek, pusat perbelanjaan menyediakan pernak-pernik dan aneka sajian khas. Salah satu yang jadi buruan ialah kue keranjang atau dalam bahasa Mandarin disebut Nian Gao.

Di Indonesia, kue keranjang juga disebut kue ranjang, kue bakul, atau dodol Cina. Kue ini memiliki arti hingga sejarah sendiri. Berikut pengertian Kue Keranjang beserta sejarah dan alasan identiknya dengan Imlek.

Apa Itu Kue Keranjang?

Dalam buku Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita karya Shinta Teviningrum, dijelaskan kue keranjang pada dialek Hokkian disebut tii kwee yang berarti kue manis. Kue keranjang terbuat dari campuran ketan dan gula yang kemudian ditaruh dalam wadah cetakan yang berbentuk keranjang. Inilah alasannya dalam bahasa Indonesia kue tersebut dikenal sebagai kue keranjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kue keranjang memiliki tekstur dan rasa mirip seperti dodol, sehingga di Jawa Barat lekat disebut dodol Cina. Rasanya manis legit dengan tekstur yang kenyal dan lengket. Biasanya kue keranjang disimpan di suhu ruang atau di dalam lemari pendingin, sehingga teksturnya akan memadat dan keras.

Sebelum disantap, kue ini perlu dikukus agar kembali terasa lunak dan kenyal. Hal ini dijelaskan oleh Hermanto, pemilik Toko 21 yang menjual Kue Keranjang di Astanaanyar, Kota Bandung.

ADVERTISEMENT

Katanya, beberapa bentuk kue keranjang memang tidak bulat sempurna. Terkadang ada yang seolah terlihat bidang bagian atasnya sedikit miring. Tapi ia memastikan bahwa rasa setiap kue keranjang tetaplah sama.

"Beda harga karena bisa pengaruh ke kualitasnya, rasanya. Tapi kalau ada bentuk yang agak tidak bulat sempurna begitu ya, itu tidak mempengaruhi rasa sebetulnya. Sama saja, itu biasanya karena saat pembuatan riweh ya jadi kuenya masih dalam keadaan panas sudah ditumpuk," katanya pada detikJabar beberapa waktu lalu.

"Bentuknya tidak akan mempengaruhi, nanti kan cukup dipanaskan terus dipotong-potong," tambahnya.

Sejarah Kue Keranjang

Jelang Imlek, pemesanan kue keranjang meningkat tajam. Rumah produksi kue keranjang pun sibuk memproduksinya.Jelang Imlek, pemesanan kue keranjang meningkat tajam. Rumah produksi kue keranjang pun sibuk memproduksinya. Foto: ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA

Menyadur dari buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia The Untold Histories karya Hendra Kurniawan, dijelaskan menurut legenda, pembuatan kue keranjang bermula ketika Tiongkok mengalami paceklik. Penduduk di daerah yang mengalami kekeringan mengungsi ke daerah subur.

"Dalam perjalanan panjang itu mereka membuat makanan yang tahan lama dan mengenyangkan. Bahan dasar kue keranjang adalah tepung ketan dan gula. Gula dicairkan kemudian diaduk bersama dengan tepung ketan dan dikukus. Adonan ini dicetak dengan menggunakan keranjang-keranjang bulat berdiameter 8-10 cm yang telah dilapisi dengan daun pisang atau plastik kemudian dibungkus," tulis Hendra dalam bukunya.

Dari perbekalan tersebut, mulai lah dikenal kue keranjang yang tetap berkualitas baik untuk enam bulan hingga satu tahun lamanya. Legenda ini dipercaya terjadi pada 2.500 tahun lalu, setelah kematian Jenderal dan Politikus Kerajaan Wu bernama Wu Zixu.

Konon, kue keranjang kemudian mulai digunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek. Puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).

Bicara soal legenda, memang ada beragam versi. Seperti yang dikutip detikNews dalam situs China Highlight misalnya, sejarah kue keranjang Imlek biasa dikaitkan dengan Legenda Dewa Dapur. Kala itu masyarakat Tionghoa, menggunakan kue sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur, yang diyakini bersemayam di setiap rumah.

Menurut legenda, setiap tahunnya Dewa Dapur ini membuat laporan kepada Kaisar Giok. Masyarakat menawarkan Nian Gao atau kue keranjang sebagai 'tutup mulut' untuk mencegah Dewa Dapur mengejek rumah mereka. Oleh karena itu, kue keranjang atau Nian Gao dipersiapkan untuk persembahan sebelum tahun baru Imlek.

Terlepas dari beragam legenda yang ada, Musni Umberan dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kebudayaan Kalimantan menyebut saat Sin Chia (Imlek), sembahyang tahun baru Imlek dilaksanakan di rumah atau di kuil dengan sajian berbagai makanan dan kue keranjang. Upacara sembahyang ini dilaksanakan dengan maksud membersihkan diri.

Alasan Kue Keranjang Identik dengan Imlek

Karakter khas kue keranjang ini ternyata melambangkan harapan tertentu. Rasa manis dan legit menyimpan harapan agar di tahun mendatang selalu mendapatkan kehidupan yang serba manis dan jauh dari kepahitan.

Sedangkan bentuknya bundar dan teksturnya yang kenyal serta lengket melambangkan pengharapan agar keluarga besar selalu bersatu, rukun, dan lekat satu sama lain. Pengharapan dan doa baik ini lah yang mendasari identiknya kue keranjang dengan Tahun Baru Imlek.

"Sehari sebelum Tahun Baru Imlek, keluarga Tionghoa mulai sibuk mengatur persiapan untuk menyambutnya. Mereka mengadakan sembahyang untuk mendoakan leluhur keluarganya. Sebelum ritual sembahyang dimulai, orang harus bersih lahir dan batin. Selain itu, juga disiapkan meja altar di ruang depan untuk meletakkan foto para leluhur, hiolo (tempat hio), dan berbagai sajian. Dalam sembahyang ini, kue keranjang (nian gao) menjadi sajian wajib dengan berbagai macam ukuran," tulis buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia The Untold Histories.

Dalam persembahyangan, kue keranjang disusun bertingkat meninggi. Semakin ke atas bentuk kuenya semakin mengecil. Maknanya, melambangkan harapan peningkatan rezeki atau kemakmuran di tahun mendatang.

Semakin banyak dan tinggi kue keranjang yang digunakan dalam sembahyang juga menandakan kemakmuran keluarga. Kue keranjang biasanya diletakkan di pojok kanan altar dengan sarung hiasan dari kertas warna merah atau kadang terbuat dari sulaman.

Di negeri asalnya, Cina, terdapat kebiasaan untuk menyantap kue keranjang terlebih dahulu ketika tahun baru Imlek agar mendapatkan keberuntungan. Setelah menyantap kue keranjang, barulah mulai menyantap makanan lainnya.

Nah detikers, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai kue keranjang beserta makna dan sejarah tradisinya. Selamat merayakan Tahun Baru Imlek!

(aau/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads