Beragam kuliner dan minuman hasil kreasi para pelaku UMKM marak bermunculan di Kabupaten Sumedang. Salah satunya adalah bir pletok Sambeang.
Bir pletok adalah jenis minuman khas Betawi yang sudah dikenal sejak zaman Hindia Belanda. Beda bir pletok dengan bir pada umumnya, minuman ini tak beralkohol atau 0% alkohol.
Bir pletok dengan merek Sambeang sendiri adalah hasil kreasi Mahbub Junaidi yang karib disapa Bobby, warga Dusun Sembir, Desa Gunasari, Kecamatan Sumedang Selatan. Bir pletok buatannya cukup unik lantaran tidak seperti bir pletok pada umumnya lantaran terbuat dari bahan utama berupa daun pucuk teh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilihan pucuk teh sebagai bahan utama tidak terlepas dari daya kreativitasnya. Hal itu berawal saat Bobby yang semula tinggal di Jakarta harus hijrah ke Sumedang setelah menikah dengan istrinya yang memang asli orang Sumedang.
Kala itu, ia melihat sumber daya alam yang dimiliki Sumedang atau tepatnya potensi dari perkebunan teh Cisoka di Kecamatan Sumedang Selatan. "Saya melihat potensi dari kampung istri saya, di sana ada perkebunan teh yang menurut saya kualitasnya cukup bagus. Kebetulan istri saya juga ada kenalan ke sang pemilik kebun teh itu," ungkapnya.
Bobby yang awalnya sebagai warga Jakarta memiliki ide untuk membuat minuman bir pletok dengan citarasa khas atau disesuaikan dengan kondisi alam tempat tinggalnya kini.
Ia sempat bereksperimen membuat bir pletok dengan bahan utama buah-buahan seperti buah mangga, salak dan sawo. Namun dari semua yang telah dicobanya, bahan utama pucuk teh yang dianggap paling unik dan memenuhi kriterianya agar tak menghasilkan alkohol dan cocok dikonsumsi siapa saja.
Bobby mengaku butuh waktu sekitar satu tahun hingga menemukan formulasi yang pas untuk membuat bir pletok Sambeang dengan bahan utama daun pucuk. "Butuh waktu satu tahun hingga saya berhasil membuat minuman teh hijau Cisoka dengan teknik fermentasi," terangnya.
Bir pletok buatannya itu diberinya nama Sambeang. Bukan tanpa alasan ia memilih nama berbahasa Sunda tersebut atau yang berarti sembahyang atau ibadah. Baginya, nama tersebut sebagai bagian dari doanya dalam menjalankan ikhtiar ibadahnya dengan membuka bisnis baru di tempat tinggalnya.
Khasiat 'Unik'
Meski dibuat dengan teknik fermentasi, Bobby mengklaim kalau Bir Pletok Sambeang tidak mengandung alkohol. "Minuman bir pletok buatan saya bahkan sudah saya uji dengan alat alkohol meter dan minuman Sambeang saya ini tak beralkohol," tegasnya.
Menurut Bobby, minuman buatannya justru bisa menjadi pilihan bagi mereka yang kecanduan minuman beralkohol. Bahkan ada satu pengalaman dari konsumennya yang sebelumnya kecanduan obat-obatan terlarang kini bisa berhenti setelah mencoba minum bir pletok Sambeang.
"Ada beberapa pelanggan justru mantan pemabuk, bahkan ada yang sebelumnya suka pakai obat-obatan terlarang, tapi pas udah minum Sambeang, mereka bisa berhenti mengonsumsi barang-barang tersebut," ujarnya.
![]() |
Pembuatan Bir Pletok Sambeang
Bobby menjelaskan bir pletok Sambeang terbuat dari bahan-bahan seperti pucuk teh Cisoka, air mineral matang, garam, gula dan ragi. Dalam proses pembuatannya untuk 200 liter air dengan dua kilo teh hijau dapat menghasilkan 600 botol bir pletok Sambeang.
Air mineral bersama pucuk teh digodok selama tiga jam, kemudian didiamkan semalaman sambil pendinginan. Lalu kemudian dikasih garam.
"Soalnya garam kalo direbus atau dimasak, itu yang menyebabkan darah tinggi. Kalo dicampurinnya setelah proses masak selesai, itu malah jadi mineral yang dibutuhkan tubuh," terang Bobby.
Kemudian keesokan harinya, baru masuk pada tahap fermentasi selama 5 hari. Setelah itu berlanjut ke tahap penuaan selama 15 hari dengan memindahkan cairan ke drum atau wadah yang lain.
Bobby menjelaskan kenapa bir pletok bisa non alkohol. Menurut Bobby, kuncinya ada pada takaran gula dan lamanya masa fermentasi.
"Sambeang bisa non alkohol karena untuk memproduksi dengan kandungan alkohol sebanyak 4 sampai 5 persen, dibutuhkan gula sebanyak 250 gram tiap liternya. Masa fermentasi 15 hari, dan penuaan 90 hari. Sedangkan bir pletok Sambeang, cuma pakai 35 gram gula tiap liternya," paparnya.
"Jadi kalau salah satu syarat yaitu jumlah gula, lama fermentasi dan penuaan tidak terpenuhi, ya ga akan bisa menghasilkan alkohol. Ini kuncinya Sambeang bisa non alkohol," katanya lagi.
Bir pletok buatan Bobby bahkan pernah diteliti oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) melalui Laboratorium Penguji Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Hasilnya, produk minuman buatan Bobby justru tergolong minuman menyehatkan dan tidak berbahaya.
Buah semangatnya dalam memperkenalkan minuman bir pletok khas Sumedang membuat Bobby dikenal di kalangan para pelaku UMKM.
Bahan Bakarnya Memanfaatkan Limbah
Pada proses penggodokan teh, Bobby memanfaatkan limbah bengkel berupa oli bekas sebagai bahan bakar. Dirinya pun membuat sendiri kompor untuk proses memasaknya.
Tak hanya itu, sisa air fermentasi sekitar 5 liter dimanfaatkannya dengan cara dibagikan kepada petani untuk digunakan sebagai pupuk organik cair.
"Sementara teh sisa penggodokan dipakai untuk diolah lagi jadi bahan pupuk kompos," terangnya.
Pemasaran dan Harga Sebotol Bir Pletok Sambeang
Bobby menyebut, minuman hasil kreasinya baru dipasarkan di wilayah sekitar Jawa Barat seperti Sumedang, Kuningan, Cirebon, Bogor, Bandung dan Jakarta. Namun berkat bantuan istrinya, bir pletok Sambeang kini sudah dijual di sejumlah marketplace atau e-commerce.
"Sejauh ini sih kalau saya julannya baru offline di sekitar Sumedang, Kuningan, Cirebon, Bogor, Jakarta dan Bandung. dan itu pun udah cukup kewalahan. Kalau di online paling sama istri saya," ujarnya..
Bagi anda yang ingin mencoba bir pletok Sambeang, untuk per botolnya dibanderol dengan harga Rp20.000.
(orb/orb)