Warga Kampung Ciganitri, Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung mayoritas berprofesi sebagai pembuat ikan pindang. Geliat industri pembuatan ikan pindang tersebut masih bertahan hingga saat ini.
Pantauan detikJabar di lokasi, terdapat beberapa pengrajin yang tengah membersihkan ikan pindang di depan rumahnya. Tak hanya itu mereka langsung menata ikan pindang tersebut dibalut dengan kertas khusus.
Ikan pindang tersebut disimpan dan ditata di atas sebuah mangkok berukuran besar. Dalam satu mangkuk tersebut diisi 30 sampai 50 ikan yang telah ditata dan diberi garam khusus ikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu para pengrajin biasanya langsung merebus ikan pindang tersebut menggunakan kompor gas. Kemudian ikan pindang tersebut diberi bumbu khusus dan dimasak kembali hingga beberapa jam.
Salah satu pengrajin ikan pindang, Endang Suhendi (51) mengatakan telah melakoni usaha tersebut sejak tahun 1997. Dirinya menggeluti usaha tersebut turun temurun dari ayahnya.
"Kalau saya mah dari tahun 1997, nerusin usaha ayah saya. Kalau ayah saya mah udah ada dari tahun 1980. Jadi ini mah turun temurun aja ke saya," ujar Endang, saat ditemui detikJabar, Selasa (5/12/2023).
Ikan pindang yang ada di wilayah tersebut dipasok dari pasar Caringin Kota Bandung. Namun ada beberapa warga juga yang membeli secara langsung ke pasar tersebut.
"Jadi dari pagi-pagi kita udah bawa ikan dari pemasok yang ada di sini. Pemasok itu dari Caringin ikannya. Terus ikan itu kita bersihkan dan olah. Kadang suka beresnya sampai jam 12 siang. Terus direbus sampai lima jam dan dimasak kembali menggunakan bumbu bisa sampai jam 11 malam," katanya.
Menurutnya nama ikan pindang Ciganitri telah tersohor ke beberapa wilayah yang ada di Bandung Raya. Kata dia, terutama yang menjadi ciri khas adalah bumbu olahannya.
![]() |
"Ciri khas ikan pindang Ciganitri mah ada ikan mas, tongkol, bandeng, deles. Kalau ini mah ikan pindang beda sama dipasar, jadi pakai bumbu kuning, jahe, lengkuas. Terus dibungkus pakai kertas khusus supaya gak ancur pas dimasak," jelasnya.
Setelah satu hari memproduksi atau mengolah ikan pindang, Endang menjual hasil olahannya tersebut pada hari berikutnya. Dirinya telah mempunyai langganan tersendiri di wilayah Pangalengan.
"Saya ngejualnya ke pangalengan, soalnya udah langganan di sana. Jadi sehari produksi, sehari nganter pakai motor," ucapnya.
Satu mangkok besar ikan pindang tersebut dijual per bijinya sekitar Rp 7 ribu. Dirinya kerap menjual beberapa mangkok besar per harinya.
"Kalau ngirim ke pangalengan ada sekitar satu atau dua mangkok besar lah," bebernya.
Dia menambahkan pengrajin ikan pindang di wilayah tersebut saat ini mengalami pengurangan. Pasalnya beberapa pengrajinnya saat ini telah berusia lanjut dan tidak mampu melakukan produksi.
"Di sini hampir semua tukang pindang, sekarang mah ada beberapa yang udah berhenti, udah pada tua juga. Dulu ada lah 100 orang, skrang mah tinggak 40 orangan. Soalnya udah pada tua," pungkasnya.
(dir/dir)