Ada toko camilan baru di Dipatiukur. Resmi dibuka Juni lalu, Tupkies hadir dengan sejumlah menu kukis uniknya. Toko kukis ini dirintis oleh seorang alumni Akademi Pariwisata NHI Bandung. Indri namanya.
Mulanya, saat pandemi, Indri merasa ingin menikmati kukis. Namun, pembatasan aktivitas kala itu memaksa Indri tidak bisa keluar dari rumah. Jadilah Indri mencari resep kukis untuk dirinya sendiri. Dari sana, Indri berpikir untuk menjual kukis buatannya itu.
Sebagai lulusan jurusan Pastry yang telah mencoba mengolah berbagai macam menu kategori pastry, Indri memilih kukis sebagai bisnisnya. Menurut Indri, masyarakat Indonesia pada umumnya memang memiliki ketertarikan pada kukis. Entah itu kukis yang biasa ditemukan di rumah-rumah saat lebaran, atau chocochips cookies yang menjadi pilihan Indri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku ngerasa cookies tuh digemari orang gitu. Karena cookies simple aja gitu. Gampang dimakan, gampang dibawa kemana mana, gampang untuk disimpen dan gampang dibuat. Pada dasarnya orang indonesia suka cookies aja," imbuh Indri.
Sebelumnya, Tupkies berbasis di Bekasi pada 2020 lalu. Berbeda dengan di Bandung yang memiliki toko, Tupkies Bekasi beroperasi langsung dari dapur rumah Indri.
Bandung dipilih oleh Indri karena ia melihat adanya kesempatan yang terbuka lebar. Menurut Indri, ketertarikan warga Bandung yang tinggi akan sesuatu yang baru dapat membuka peluang yang lebar bagi bisnis kukisnya berkembang lebih pesat.
"Intinya kita ngerasa Bandung tuh punya peluang yang besar juga, karena ya aku ngeliat orang-orang Bandung tuh sangat, lebih ke suatu yg baru tuh pasti mereka kayak mau nyoba gitu. Ada perasaan fear of missing out gitu lho kalau nyoba," tutur Indri.
Meskipun berlokasi di tempat yang cukup tertutup dari publik, Indri tetap optimis dengan bisnis yang dijalankannya. Indri dan rekan bisnis kukisnya terus melakukan inovasi baru untuk menarik perhatian masyarakat.
Inovasi baru dituangkan Indri lewat menu yang unik. Sebut saja varian kukis Klepon, Pisang Aroma, YTTA (Yang Tahu-Tahu Aja), dan Bukan Amer. Menu-menu tersebut bersifat periodik, di mana hanya ada di saat tertentu. Ketika stock adonannya sudah habis, menu tersebut tidak diperjualkan lagi. Namun, menurut Indri, jika ada permintaan yang tinggi, besar kemungkinan untuk mereka kembali memproduksi menu tersebut.
Varian YTTA sebenarnya adalah buah karya Indri dalam tugas akhirnya sebagai mahasiswa Pastry. Pada menu ini, Indri ingin memberikan opsi bagi penikmat kukis yang tidak bisa mengonsumsi telur. Seperti namanya, kukis ini menggunakan tahu sebagai pengganti telur.
Baca juga: Salah Sangka di Gerai Penjual Susu |
Sementara varian Klepon dan Pisang Aroma berangkat dari camilan favorit Indri dan kakaknya. Varian klepon dibuat mirip dengan jajanan pasar berwarna hijau tersebut. Kukis klepon dibalut dengan parutan kelapa, dengan isian gula merah yang lumer di mulut.
Sama halnya dengan YTTA, varian Pisang Aroma bisa menjadi alternatif untuk mereka yang tidak bisa mengonsumsi telur. Tidak hanya sebagai topping, pisang pada varian ini juga digunakan dalam adonannya. Selain pisang, salted caramel juga menjadi bahan kunci di sini. Menurut Indri, salted caramel dan pisang adalah kombinasi yang sempurna.
"Nah jadi akhirnya kita inovasi pisang aroma. Base-nya nggak ada telur tapi pake pisang. Terus dalamnya ada salted caramel. Pisang sama salted caramel itu menurut aku cocok banget gitu. Dan di atasnya dikasih cinnamon biar wangi," jelas Indri.
![]() |
Bukan Amer mengambil konsep cookie shot, di mana adonan kukis dibentuk seperti gelas kecil yang di dalamnya dilapisi cokelat, agar tidak terjadi kebocoran. Di dalamnya, terdapat liquid yang terbuat dari cranberry dan blueberry. Dengan liquid dari beri dan base kukis dari lemon, Bukan Amer memberikan rasa segar ketika di makan, tidak seperti cookie shot pada umumnya yang cenderung manis.
Di samping menu-menu uniknya, Tupkies memiliki dua varian yang digemari pengunjungnya. Kedua varian tersebut adalah Nutella Cookies dan Dark Chocolate Cookies. Varian kedua memiliki ragam rasa dalam satu gigitan. Ada rasa manis dari base kukis, pahit dari cokelat, dan gurih dari sea salt yang ditabur di atasnya.
Dari segi pemasaran, Indri dan rekan bisnisnya menggunakan gimmick dalam hal positif sebagai upaya menarik pengunjung. Pada awal pembukaan di Juni lalu, Tupkies menggunakan gimmick "1 Telur = 1 Cookies", di mana pelanggan bisa menukarkan satu butir telur dengan satu kukis di Tupkies. Selain itu promo seperti harga pelajar juga sering diterapkan Indri. Hal ini dilakukan karena Indri ingin Tupkies bisa menjangkau berbagai kalangan.
"Karena kita tujuannya juga di sini bikin cookies yg enak tapi affordable juga. Jadi kita mau semua kalangan bisa (menikmati)," katanya.
Tujuan Indri ini sejalan dengan nama yang terselip pada Tupkies. Tuparo Cookies. Tuparo adalah nama yang disebut ayah Indri harus selalu mengikuti anak-anaknya. Berangkat dari bahasa Batak, Tuhan Pasano Rohaku, Indri berharap Tupkies bisa membawa kesenangan bagi semua orang lewat cookies-nya.
"Artinya intinya Tuhan tuh menyenangkan hatiku. Kita pengen bisa menyenangkan hati orang juga. Berangkat dari keluarga, kita menyebarkan segala kepositifan ke orang-orang," jelas Indri.
Tidak hanya menjual kukis, Indri juga mengupayakan agar pelanggan bisa merasakan berbagai pengalaman saat datang ke Tupkies, khususnya di akhir pekan. Sejak awal September ini, Indri menginisiasi kegiatan akhir pekan untuk pelanggannya. Kegiatan Nonton Bareng Kabogoh mengajak pengunjung untuk menikmati satu film tiap malamnya dengan ditemani kukis lengkap dengan minumannya.
Indri berharap, dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi wadah bagi pengunjung untuk bersenang-senang dan berkenalan dengan teman baru. Tentunya benefit yang sama juga akan dirasakan oleh Tupkies.
"Kita mau tetep ada aktivitas di setiap minggu. Biar orang-orang semakin tertarik untuk datang ke sini. Nggak cuman untuk makan cookies, nongkrong. Tapi mereka bisa cari kegiatan baru juga kayak nonton bareng. Tempat untuk ngobrol, ketemu temen-temen baru juga. Semoga minggu ini bisa jadi start yang baiklah untuk ke depannya," jelasnya.
Selain kegiatan nonton bareng, Tupkies juga menyediakan tempat Garage Sale dan kegiatan lokakarya membuat kukis. Lokakarya dibuka atas kerjasama dengan Eksploraksi, program kegiatan kreatif yang dikelola seorang teman Indri semasa sekolah dahulu.
"Karena dengan kolaborasi bersama Eksploraksi, orang-orang bisa dapat banyak benefit. Selain belajar bikin kukis dapat benefit lainnya," katanya.
Benefit lain yang dimaksud adalah hadiah yang disediakan oleh Eksploraksi. Indri menyebutkan bahwa Eksploraksi selalu mengajak pihak eksternal untuk turut bekerja sama dalam memberi hadiah pada peserta lokakarya. Sebut saja toko emas dan brand perawatan kulit Tavi.
Ke depannya, Indri berharap dapat mengupayakan inovasi lainnya, baik dari menu maupun kegiatan di akhir pekan.
Tupkies dapat dikunjungi di Jl Dipatiukur No. 29, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Tepatnya di belakang Taman Gesit. Semua kukis di Tupkies siap dinikmati fresh from the oven setiap harinya mulai pukul 8 pagi hingga 8 malam.
(yum/yum)