Jarum jam menunjukkan pukul 18.05 WIB. Petang itu, seorang pria mengenakan sweater hitam sedang sibuk di sudut jalan. Pria tersebut mulai mengeluarkan satu persatu peralatan dari dalam sebuah gerobak.
Dia bernama Mang Anwar, di usianya yang sudah 66 tahun, dia terlihat masih segar bugar meski malam itu angin berhembus kencang. Mang Anwar adalah penjual bubur yang bisa dibilang legendaris di Kota Bandung.
Sudah berpuluh-puluh tahun dia menjual bubur yang dikenal dengan nama Bubur Bareto. Jalan Gedong Sembilan di Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo jadi tempat Mang Anwar menjalani kesehariannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJabar berkesempatan berbincang dengan Mang Anwar. Dia menceritakan sejarah Bubur Bareto yang kini cukup dikenal oleh warga Bandung. Bubur Bareto kata Mang Anwar sudah ada sejak tahun 1947. Kedua orang tuanya adalah yang pertama menjual Bubur Bareto.
"Kalau ibu sama bapak jualan dari tahun 1947 sampai 1985. Tahun 1986 diteruskan sama saya sampai sekarang," kata Mang Anwar, Sabtu (14/10/2023).
Mang Anwar menceritakan, Bubur Bareto merupakan istilah yang diberikan oleh pelanggan. Dia mengungkapkan, Bubur Bareto adalah bubur asli Bandung yang disajikan dengan sangat sederhana.
"Bubur Bareto karena ini bubur dari zaman dulu sudah 76 tahun, yang kasih nama itu pelanggan. Selama 76 tahun gak pakai daging ayam, hanya bubur, kacang, bawang, seledri, kerupuk udah itu aja," ujarnya.
Menurutnya bubur yang dia sajikan tidak memiliki rasa apapun alias tawar. Karena itu, pembeli mau tidak mau harus mengaduk bubur dengan kecap untuk mendapatkan cita rasa khas Bubur Bareto.
"Aslinya bubur Bandung mah ini, buburnya tawar gak ada rasanya. Kalau makan bubur ini ya harus diaduk, kalau gak diaduk ya masing-masing ya rasanya," ungkapnya.
![]() |
Bubur Bareto disajikan dengan kerupuk berwarna merah muda. Kerupuk ini menjadi salah satu keunikan Bubur Bareto. Mang Anwar mengungkapkan, kerupuk itu tidak bisa diganti dengan kerupuk lain. Begitupun dengan kecap yang jadi penambah rasa Bubur Bareto.
"Pernah coba diganti tapi besoknya ganti lagi karena pada komplain pelanggan, kok kecapnya rasanya gini, ada pahitnya apanya. Jadi ganti lagi pakai yang awal. Jadi semuanya utuh gak ada yang dirubah. Dari kerupuk, bawang, kacang, sambel, kecap gak ada yang dirubah," tutur Mang Anwar.
"Emang resep dari ibu ini, enak udah pas kalau pakai kerupuk ini. Termasuk kecap segala macam," imbuhnya.
Namun sejak 2010, Mang Anwar mulai menambahkan topping pada Bubur Bareto. Irisan daging ayam dan potongan telur menambah variasi menu Bubur Bareto. Penambahan topping itu dilakukan karena mulai banyak pembeli yang meminta.
"Pertama coba pakai ayam sama telor tiap malam habis terus ya sampai sekarang. Yang aslinya mah yang original, mulai ada tambahan tahun 2010 itu," katanya.
Setiap hari, Mang Anwar berjualan Bubur Bareto mulai pukul 6 sore hingga 10 malam. Selain malam hari, dia juga berjualan pada pagi hari di lokasi berbeda.
Baca juga: Supermarket Canggih ala Jepang |
Untuk harganya, Bubur Bareto terbilang sangat murah. Satu porsi bubur original dijual seharga Rp 10.000, sedangkan bubur dengan topping daging ayam dan telur dijual seharga Rp 17.500.
Di usianya yang sudah tak lagi muda, Mang Anwar mengaku masih akan terus berjualan Bubur Bareto. Meski memiliki 6 anak dan 12 cucu, namun dia tidak pernah memaksa untuk melanjutkan usahanya itu.
"Belum ada yang nerusin karena memang belum ada kemauan, namanya dagang itu harus kemauan sendiri, ilmunya mah sudah dikasih semua," tutup Mang Anwar.
(bba/yum)